Dampak Bank Sampah Terhadap Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Ekonomi di Komplek Atsiri Permai Desa Ragajaya Kabupaten Bogor.
Muhammad Fikri Adha
BPI 6
1112052000029
Metode Penelitian Kulaitatif
I. Gambaran umum
Hidup sehat dan bersih adalah idaman semua kalangan masyarakat, namun terkadang prilaku masyarakat tidak mendukung dari apa yang diidam-idamkannya. Banyak prilaku-prilaku masyarakat yang tidak mencerminkan hidup sehat dan Beberapa prilaku tersebut anatara lain : kesadaran lingkungan yang kurang. Membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya, mencuci dengan air yang tidak mengalir, membiarkan air menggenang, penumpukan sampah yang menyebabkan bau yang menyengat, itu adalah sebagian dari prilaku hidup tidak sehat.
Salah satu yang sedang menjadi permasalahn di perumahan Atsiri permai DesaRagajaya adalah tidak adanya pembuangan sampah akhir (TPA) yang menyebabkan sampah menjadi menumpuk juga menyebabkan bau yang menyengat dan sudah pasti menimbulkan penyakit, ini menjadi salah satu factor indicator lingkungan tidak sehat.
Sebuah kegiatan provit yaitu Bank Sampah Melati Bersih yang mana kegiatannya adalah memilah sampah dan mendaur ulangnya. Bank Sampah Melati Bersih bekerja sama dengan ibu-ibu komplek Atsiri permai sejak bulan Agustus 2013. Hingga saat ini jumlahnya mencapai 106 orang. Struktur kepengurusannya yaitu: ibu Joko sebagai ketua, sebagai Sekretaris Ib Eti dan pemegang keuangan atau bendahara Ibu Siti Awan.
Sampah dikategorikan menjadi dua yakni: sampah organic dan sampah non orgnik. Sampah organic berupa sayur-sayuran, buah-buahan dan lainnya, sampah mode ini biasanya dijadikan bahan untuk membuat pupuk organik. Yang selanjutnya adalah sampah non organic berupa kaleng, botol, seng, dan lainnya, jenis sampah ini di dalam bank sampah di timbang dan beri harga sesuai harga lapak. Aktifitas ini sangatlah menguntungkan bagi kedua belah pihak antara bank sampa dan juga peenmbang atau nasabah.
II. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan yaitu mengunakan teknik wawancara kepada tiga orang dari anggota bank sampah Melati Bersih di komplek Atsiri Permai. Tiga orang nasabah yang diwawancara adalah ibu Aas Sarinah dari rt 06, ibu ria dart 01 dan ibu khairudin dari rt 010.
III. Kesimpulan
Setelah saya menanyakan beberapa pertanyaan kepada para narasumber terkait pengaruh prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mereka sangat senang dengan kehadiran bank sampah melati bersih ini dan memamang program dari bank sampah ini membantu dalam mendidik poa hidup sehat bagi warga komlek atsiri permai. Karena dengan adanya program ini mampu mengurangi hingga 50 persensampah yang dibuang di tong sampah, yang mana sebagian sampah ini dimanfaatkan untuk ditimbang. Sampah yang berada didekat rumah pun suka dibersihkan oleh ibu-ibu ini karena dalam penyuluhan awal disampaikan oleh pengurus bank sampah, bahwa jangan saja membersihkan sampah sendiri jika ada sampah yang berserakan juga semetinya dibersihkan agar nyaman untuk dilihat.sampa-sampah yang awalnya dibuang percuma seperti botol mineral, botol beling, kardus bekas pun dapat di jadikan uang, hingga jika sedang membersihkan rumah ibu-ibu ini sudah tidak perlu bingung kemana harus membungnya. Pemilihan sampah non-organik dinilai sangat mudah bagi kaum ibu ini karena hampir semua sampah dapat dipilah dan juga tidak akan membusuk.
Kekurangnya adalah bank sampah tidak memfasilitasi tong sampah untuk menampung sampah organic. Dan sampah organic belum masuk ke dalam program untuk kemudian dijadikan pupuk kompos, jadi biasanya sampah-sampah organic dibuang ke tong sampah atau dibuat pupuk sendiri oleh ibu-ibu ini.Yang ke dua, program ini hanya sampai pada penimbangan saja, belum pada tahap kreasi atau kerajinan tangan, contohnya seperti bungkus kopi yang masih bagus dapat dijadikan tikar atau bungkus pembersih lantai dapa dijadikan tas.
Kemudian terkait pengaruhnya terhadap ekonomi. Para narasumber merasa program ini harus tetap dijalankan karena kapan lagi bisa membuat sampah menjadi berkah, atau from trash to cash. Karen sampah yang banyak sepeti botol dihargai 600 rupiah, kardus berkas dihargai 500 rupiah, dan barang-barang yang lain sesuai dengan harga pasaran.
Penimbangan ini dilakukan sebulan sebanyak dua kali atau dua minggu sekali. Ini sangat menghasilkan karena rata-rata para ibu ini menimbang hingga mendapat 20 ribu rupiah per bulan apalagi jika mereka sedang bongkar gudang, ada juga pemilik warung yang setiap harinya membeli sembako yang dibungkus oleh kardus, keyika telah dua minggu ditimbang bayangkan jika hasil itu dikalikan setahun atau dua belas bulan hampir 200 ribuan dalam setahun mereka bisa dapat, karena peraturan di bank sampah ini dapat diambil ketika sudah 6 bulan atau 6 bulan sekali. Ibu-ibu disini biasanya mengambil tabungn ketika ingin lebaran karena untuk menambah-nambah ongkos lebaran.
IV. Saran
Saran saya untuk Bank sampah ini adalah terus dilaksanakan programnya, di sosialisaikan lagi kepada ibu-ibu yang belum mengikuti, masukanya yakni adakan pelatihan membuat daur ulang sampah atau kerajinan tangan yang bisa membuat sampah lebih berharga mahal lagi, untuk memudahkan bagi yang ingin menabung agar ada jemput barang. selain itu membuat program pelatihan daur sampah untuk pupuk kompos krena di komplek ini banyak sekali pepohonan, dan juga menjadi lebih bernilai jika dijadikan pupuk.
V. Lampiran
Narasumber yang dipilih berdasarkan masukan dari ketua bank sampah Ibu Joko, beberapa Tanya jawab saya. Menabung dibank sampah maksudnya menabung samaph yang dapat dijadikan bahan daur ulang, penimbanan dilakukan dua minggu sekali, dan nasabah boleh mengambil setelah enam bulan setelah menabung dan setiap enam bulan sekali, tabungan nasabah setiap menabung bervariatif rata-rata 20 ribu rupiah.
Ibu Aas Sarinah merupakan pemilik warung yang menjual beberapa kebuthan pokok, ibu aas ini rutin menabung setiap dua minggu sekali dan ibu aas ini bisa mendapat sampai 50 ribu setiap bulannya karena banyaknya bahan pembungkus makanan yang didapat dari pasar, seperti kardus, kertas, plastic. Kemudian yang tadinya sampah berserakan dimana-mana sekarang menjadi tersusun rapid an cepat habis karena selalu ditabung setiap dua minggu. Ibu aas ini biasanya mengambil tabungn setiap menjelang lebaran. Merasa senang karena lingkungan bersih dan kocek bisa bertambah. Keluhan dari ibu ini tidak ada yang membawa barang dari rumah menuju tempat penimbangan barang.
Selanjutnya ibu Ria, seorang ibu rumah tangga, yang biasanya menabng sebulan sekali karena mengumpulkan barang-barang terlebih dahulu. Ib Ria juga biasanya mengambil uang ketika lebaran karena sangat membantu dalam kebutuhan menjelang lebaran, ibu ria rata-rata mendapat tabugan sebesar 20 ribu setiap bulan. Setelah ada sosialisai dari bank sampah, ibu ria lebih menyadari akan kebersighan lingkungan, ibu ria tidak hanya membersihkan pekarangan rumahnya namun terkadang jika ada sampah yang berserakan ibu ini suka membersihkan, ibu ini mengaku bisa mengurangi hingga 50 persen sampah yang dibuang ke tong sampah. Keluhan dari ibu ria ini adalah tidak adanya tempat pembuangan sampah yang disediakan oleh bank sampah, jadi kebanyakan orang malu jika buang samph di tong sampah milik orang lain.
Terakhir adalah ibu Khairudin juga ibu rumah tangga dari rt 10. Ibu Khairudin mengaku setelah adanya bank sampah lingkungan menjadi lebih bersih, menjadi lebih enak untuk dilihat. Namun tidak semua ibu-ibu dikomplek mengikuti menabung dibank sampah ini, dan ingin mengikuti pelatihan membuat pupuk dan juga membuat kerajinan tangan, sambil mengisi waktu kosong dirumah, namun tidak ada di bank sampah ini. Ibu khairudin juga biasanya mengambil uang setiap ingin memasuk lebaran, uang yang didapatkan bisa mencapai 250 ribu setiap ingin mengambil, lumayan sampah jadiberkah Cuma ngumpulin tapi dapat uang, kata ibu Khairudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar