Selasa, 15 September 2015

Tugas 2_Ilmam Fachri Zen_Teori Struktural_Soskot

 

Nama   :      Ilmam Fachri Zen

NIM     :      11140540000017

Prodi    :      Pengembangan Masyarakat Islam

Konteks Sosiologi: Perspektif Teori Fungsionalisme Struktural

 

I.                   Pendahuluan

Teori fungsional juga populer disebut teori integrasi atau teori konsensus. Tujuan utama pemuatan teori integrasi, konsensus, atau fungsional ini tidak lain agar pembaca lebih jelas dalam memahami masyarakat secara integral. Pendekatan fungsional menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat anggota-anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, secara fungsional terintegarasi kedalam suatu bentuk ekuilibrium. Oleh sebab itu, aliran pemikiran tersebut disebut integration approach, order approach, equilibrium approach, atau structural-functional approach (fungsional struktural/fungsionalisme struktural).

 

II.                Pembahasan

Fungsionalisme structural, terutama dalam karya Talcott Parsons, Robert Merton, serta pengikut mereka mendominasi teori sosiologi selama beberapa tahun. Namun, dalam tiga decade terakhir arti pentingnya telah merosot secara dramatis. Kemerosotan ini tercermin dalam deskripsi Colomy (1990) terutama fungsionalisme structural sebagai "tradisi" teoritis.

Kita harus tau perbedaan antara teori sosiologi fungsionalisme struktural dan teori konflik menurut Thomas Bernard (1983). Teori consensus memandang norma dan nilai sebagai landasan masyarakat, memusatkan perhatian kepada keteraturan sosial berdasarkan atas kesepakatan diam diam dan memandang perubahan sosial terjadi secara lambat dan teratur. Sebaliknya, teori konflik menekankan pada dominasi kelompok sosial tertentu oleh kelompok lain, melihat keteraturan sosial didasarkan atas manipulasi dan control oleh kelompok dominan dan memandang perubahan sosial terjadi secara cepat dan menurut cara yang tak teratur.

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen elemen konstituennya terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan". Bagi Talcott Parsons, fungsionalisme struktural mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah madzhab pemikiran.

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran Structural Fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organism biologis yaitu terdiri dari organ organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap bertahan hidup.

Selain dari Durkheim, teori struktural ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Webber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah

1.      Visi substantif mengenai tindakan sosial

2.      Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.

Perkembangan Teori Struktural Fungsional

Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton. Parsons menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parsons berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parsons membangun teori sosiologinya melalui "analytical realism", maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep konsep tertentu yang memadai dalam melingkupi dunia luar. Dengan cara ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism analytic Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep abstrak ini dipakai dalam analisis sosiologi.

Selama hidupnya Parsons membuat sejumlah besar karya teoritis. Ada perbedaan penting antara karya awal dan karya yang belakangan. Bahasan tentang fungsionalisme struktural Parsons ini akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua system "tindakan", terkenal dengan skema AGIL.

AGIL, suatu fungsi (function) adalah "kumpulan kegiatan yang ditujukan kea rah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system" (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi ini, Parsons yakin bahwa empat fungsi penting diperlukan semua system yakni adaptation (A), goal attaintment (G), integration (I) dan latensi (L).

1.      Adaptation : sebuah system harus mengulangi situasi eksternal yang gawat. System harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya

2.      Goal attaintment (pencapaian tujuan) : sebuah system harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya

3.      Integration (integrasi) : sebuah system harus mengatur antarhubungan bagian bagian yang menjadi komponennya. System juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya.

4.      Latency (pemeliharaan pola) : sebuah system harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

 

III.             Penutup

 

Kesimpulan

 

Menurut teori struktural fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem memliki struktur yang terdiri atas banyak lembaga. Masing-masing lembaga memiliki fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi dengan kompleksitas yang berbeda-beda ada pada setiap masyarakat, baik masayarakat modern maupun masyarakat primitif.

 

Teori struktural konflik menganggap bahwa kehidupan sosial itu menghasilkan konflik terstruktur, yaitu konflik kepentingan antara lapisan atas dengan lapisan bawah. Teori konflik beranggapan, bahwa apabila segmen yang lebih lemah semakin menyadari kepentingan kolektif mereka, maka besar kemungkinannya mereka mempertanyakan keabsahan distribusi sumber-sumber yang tidak merata. Teori konflik berpendapat, bahwa konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukan fungsi negatifnya saja, tetapi dapat pula menimbulkan dampak postif, misalnya meningkatkan solidaritas dan integrasi suatu kelompok atau sistem.

 

Daftar Pustaka

Wirawan, Ida bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Asy'ari, Sapari Imam. 1993. Sosiologi Perkotaan dan Pedesaan. Surabaya:Usaha Nasional

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini