Kamis, 06 Desember 2012

Trs: Institusi Bisnis_Nur Triana Yuliani_KPI 1D

Menciptakan Inovasi Warteg yang Modern
(Peneliti               : Nur Triana Yuliani 1112051000116)
LATAR BELAKANG
Warung Tegal atau yang biasa disebut warteg adalah adalah salah satu jenis usaha yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau. Nama warteg seolah sudah menjadi istilah generik untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di Kota Tegal maupun di luar Kota Tegal, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal maupun dari daerah lain.
Warung Tegal pada mulanya banyak dikelola oleh masyarakat pada dari tiga desa di Tegal yaitu warga desa Sidapurna, Sidokaton dan Kradon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Mereka mengelola warung Tegal secara bergiliran (antar keluarga dalam satu ikutan famili) setiap 3 s/d 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelelola waung biasanya bertani di kampung halamannya. Pengelola warung Tegal di Jakarta orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang populer dengan singkatan Kowarteg.
Hidangan-hidangan di warteg pada umumnya bersifat sederhana dan tidak memerlukan peralatan dapur yang sangat lengkap nasi goreng dan mie instan hampir selalu dapat ditemui, demikian pula makanan ringan seperti pisang goreng, minuman seperti kopii, teh dan minuman ringan. Beberapa warung tegal khusus menghidangkan beberapa jenis makanan, seperti sate tegsl, gulai dan minuman khas Tegal teh poci.
Yang unik dari bisnis Warteg ini, meski melayani masyarakat menengah ke bawah, hasil yang didapatkan cukup besar. Hal ini terbukti dari tingkat ekonomi para pengusaha Warteg yang cukup membanggakan. Di Kelurahan, Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon kita tidak perlu heran menyaksikan rumah-rumah mewah dibangun di sana. Rumah-rumah itu kebanyakan milik para pengusaha Warteg yang membuka usaha di Jakarta
PERTANYAAN POKOK
1.       Kenapa bapak memilih warteg yang bernuansa modern sebagai peluang usaha?
Ingin mengangkat nama warteg menjadi warteg yang modern dan menghilangkan kesan-kesan warteg yang yang dianggap kumuh atau ketinggalan zaman.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang saya pilih untuk penelitian kali ini adalah metode kualitatif, yaitu dengan wawancara langsung dengan pemilik.
Lokasi  : Rumah makan Restdoor pesanggrahan / Warteg Modern
Waktu : Kamis, 06 Desember 2012
GAMBARAN SUBJEK
Yang menjadi narasumber adalah Bapak Feri Subiyanto yang berusia 29 tahun, pemilik dari rumah makan Restdoor pesanggrahan / Warteg Modern Pesanggrahan.
ANALISIS
Rumah makan Restdoor atau warteg modern pesanggrahan berdiri sejak 15 April 2010, dibentuk dari komunitas "ayo mandiri" bersama Ari Wibowo yang memiliki 45 cabang rumah makan. Pada awalnya konsep rumah makan yang dipilih adalah wardoor yang berasal dari kata bahasa inggris war dan door, war berarti perang dan door berarti pintu. Namun kata wardoor tersebut dirasa kurang pas untuk dijadikan konsep rumah makan. Dan akhirnya dipilihlah konsep Restdoor, dalam bahasa inggris kata rest yang dimaksud adalah istirahat. Namun, kata Restdoor sendiri adalah singkatan dari Restoran Dorong Rakyat, perpaduan antara konsep Warteg dengan Restauran. Bapak Feri (pemilik restoran) sendiri ingin menghilangkan gambaran warteg yang terkesan kumuh. Ruang makan Restdoor dimodifikasi seperti restoran dengan meja makan lesehan untuk para pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Bapak Feri Subiyanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini