Senin, 16 Maret 2015

Nurul Andani_Tugas Antropologi 1_pmi 4

ANTROPOLOGI
Sebelum membahas ntropologi lebih dalam sebaiknya kita harus mengetahui mengapa harus mempelajari antropologi?. Dengan mempelajari antropologi kita dapat mengetahui pola perilaku tiap-tiap masyarakat dari berbagai suku bangsa. Dengan kata lain, kita dapat memahami seseorang yang berbeda suku bangsanya. Bukan hanya dapat memahami pola tingkah laku seseorang saja, kita dapat mengetahui peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang. Selain itu dengan kita mempelajari antropologi, kita dapat mengetahui berbagai macam permasalahan dalam masyarakat sehingga kita mampu memberi suatu gagasan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
 
Istilah "antropologi" berasal dari bahasa Yunanai asal kata "anthropos" berarti "manusia", dan "logos" berarti "ilmu", dengan demikian secara harfiah "antropologi" berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland, 1999: 7; Koentjaraningrat, 1987: 1-2). Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya.
Secara khusus ilmu antropologi tersebut terbagi ke dalam lima sub-ilmu yang mempelajari:
(1) masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis;
(2) masalah terjadinya aneka ragam cirri fisik manusia;
(3) maslah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kbudayaan      manusia.
(4) masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan di seluruh dunia;
(5) masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam sukubangsa yang tersebar di seluruh dunia masa kini.
 
Sedangkan antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland (1999: 12) cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni; arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi. Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi budaya, kita harus tahu tentang;
(1) hakikat kebudayaan yang menyangkut tentang konsep kebudayaan dan karakteristi-karakteristiknya,
(2) bahasa dan komunikasi, menyangkut; hakikat bahasa, bahasa dalam kerangka kebudayaan, serta
(3) kebudayaan dan kepribadian. Dalam 'antropologi budaya' mengkaji tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, di mana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan masyarakat.
 
Istilah ini biasanya dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan antropologi di Amerika. Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk -bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, di mana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh masyarakat manusia (Burke, 2000: 193).
 
Dalam teori antropologi terdapat macam-macam teori, salah satunya teori fungsionalitas. Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
 
Antropologi dan pengembangan masyarakat memiliki keterkaitan yang sangat erat, karena boleh dikatakan bahwa diantara banyak ilmu sosial hanya antropologi yang mengembangkan teorinya dari titik pandang masyarakat.  Kedekatan para antropolog dengan masyarakat dan kecenderungan pendekatan holistik pada hampir seluruh studinya  secara teoritis memungkinkan ahli antropologi dapat memahami sebahagian besar (jika bukan semua aspek)  kehidupan masyarakat yang ditelitinya, dan karena itu pula semestinya dapat memainkan perannya dalam usaha pembangunan. Dalam usaha pengembangan masyarakat harus memperhatikan taraf perkembangan kebudayaan masyarakat peserta program pembangunan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini