Senin, 16 Maret 2015

paradigma metodologi penelitian kualitatif

Paradigma Dalam Metode Kualitatif

Nama : Saepul Hilmi

Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

NIM : 1112052000036

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks ksusus atau dimensi waktu). Kuhn (1962 dalam 'The Structureof Scientific Revolutions' mendefinisikan 'paradigma ilmiah' sebagai 'contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang pelaksanannya di dasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama.

Berdasarkan definisi kuhn tersebut, Harmon (1970) mendefinisikan 'paradigma' sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara ksusus tentang visi realitas.

Baker (1992) dalam 'Paradigms: The Business of Discovering the Future', mendefinisikan paradigma sebagai 'seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal: (1) hal itu membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceritakan kepada anda bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil.

Capra (1996) mendefinisikan paradigma sebagai ' konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya'.

Pada dasarnya ada kesukaran apabila seseorang ingin mengkonstruksi realitas. Pertama, ada realitas objektif yang ditelaah, dan hal itu ditelaah melalui realitas subjektif tentang pengertian-pengertian kita. Kedua, paradigma sebagai pandangan dunia seseorang tersebut, membangun realitas yang di persepsikan tentang realitas , memfokuskan perhatian pada aspek-aspek tertentu dari realitas objektif dan membimbing interpreptasi seseorang pada struktur yang mungkin dan berfungsi pada ke dua realitas yang tampak maupun yang tidak tampak. Hal itu dapat di lihat pada ganbar di atas.

Ada bermacam-macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah scientiftc paradig (paradikma keilmuan, namununtuk mempermudah penulis menerjemahkannya aecara harfiah sebagai paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm atau paradigma alamiah. Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme sedangkan paradigma alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis sebagai yang di kemukakan dalam uraian sebelunnya.

Riwayat singkat kedua paradigma tersebut dikemukakan oleh bagdan dan taylor (1975:2) yang dapat diikuti dalam uraian berikut. Positivisme berakat pada pandangan teoretisi august comte dan emile durkheim pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Para positivis mencari fakta dan penyebab fenomena sosial, dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektif individu. Durkheim menyarankan kepada para ahli ilmu pengetahuan sosial untuk mempertimbangkan fakta sosial atau fenomena sosial sebagai sesuatu yang memberikan pengaruh tertentu terhadap perilaku manusia.

Paradigma alamiah bersumber mula – mula dari pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher, dan yang lebih dikenal dengan pandangan fenomologis. Fenomenologi berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak orang – orang itu yang dibayangkan atau dipirkan oleh orang – orang itu sendiri.

A.    Post Positivis

 Pandangan – Dunia Post – positivisme

Asumi – asumi positivis merepresentasikan bentuk tradisional penelitian, yang kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif ketimbang penilitian kualitatif. Pandangan dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik atau penelitian sains. Ada pula yang menyebutnya sebagai penelitian positivis / post – positivis, sains empiris dan post – postivisme. Istilah terakhir disebut post – positivisme karena ia mereppresentasikan pemikiran post – positivisme, yang menentang gagasan tradisional tentang kebenaran absolut ilmu pengetahuan ( philips & burbules, 2000 ), dan mengakui bahwa kita tidak bisa terus menjadi orang yang yakin / positif pada klaim – klaim kita tentang pengetahuan ketika kita mengkaji perilaku dan tindakan manusia. Dalam perkembangan historisnya, tradisi post – positivis ini lahir dari penulis – penulis abad XIX, seperti comte, mill, Durkheim, newton, dan locke ( smith, 1983 ) dan belakangan dikembangkan lebih lanjut oleh penulis – penulis seperti philips dan burbules ( 2000 )

            Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post – positivis selalu didasarkan kaum post – positivis selalu didasarkan pada observasi dan pengujian yang sangat cermat terhadap realitas objektif yang mucul didunia "luar sana ". Untuk itulah, melakukan observasidan meneliti perilaku individu – individudengan berlandaskan pada ukuran angka – angka dianggap sebagai aktivitas yang amat penting bagi kaum post – positivis. Akibatnya,muncul hukum – hukum atau teori – teori yang mengatur dunia,yang menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori – teori yang mengatur dunia, yang menuntut adanya pengujian dan vertifikasi atas kebenaran teori – teori tersebut agar dunia ini dapat dipahami oleh manusia. Untuk itulah, dalam metode santifik, salah satu pendekatan penelitian "yang telah disepakati" oleh kaum post – positivis, seorang penliti harus mengawali penlitiannya dengan menguji teori tertentu, lalu mengumpulkan data baik yang mendukung maupun membantah teori tersebut, baru kemudian membuat perbaikan – perbaikan lanjutan sebelum dilakukan pengujian ulang.

1.      Pengetahuan bersifat konjektural / terkaan (dan antifondasional/tidak berlandasan apa pun) –bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itulah, bukti yang di bangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula, banyak peneliti yang berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan, tak jarang mereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.

2.      Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim , kemudian menyaring sebagian klaim tersebut menjadi "klaim-klaim lain" yang kebenarannya jauh lebih kuat. Sebagian besar penelitian kuantitatif, misalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatu teori.

3.      Pengetahuan dibentuk oleh data, butik,dan pertimbangan-pertimbangan logis. Dalam pratiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan observasi mendalam di lokasi penelitian.

4.      Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan benar, statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam bentuk pertanyaan dan hipotesis.

5.      Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; para peneliti harus menguji kembali metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung bias. Untuk itulah, dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas menjadi dua aspek penting yang wajib dipertimbangkan oleh peneliti.

B.     Konstruktivisme Sosial

Pandangan-dunia konstruktivisme sosial

            Konstruktivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalau berusaha memahami dunia di mana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka –makna-makna yang di arahkan pada objek-objek benda tertentu. Makna-makna ini pun cukup banyak dan beragam sehingga peneliti di tuntut untuk lebih sempit makna-makna menjadi sebuah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Untuk mengeksplorisasi pandangan-pandangan ini, pertanyaan-pertanyaan pun perlu di anjurkan. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa jadi sangat luas dan umum sehingga partisipan dapat mengkonstruksi makna atas situasi tersebut, yang biasanya tidak asli atau tudak di pakai dalam interaksi dengan orang lain. Semakin terbuka pertanyaan tersebut tentu akan semakin baik, agar peneliti mendengarkan dengan cermat apa yang dibicarakan dan di lakukan partisipan dalam kehidupan mereka.

Terkai dengan konstruktivisme ini Crotty (1998) memperkenalkan sejumlah asumsi :

1.      Makna-makna di konstruksi oleh manusia agar mereka bisa terlibat dengan dunia yang mereka tafsirkan. Para peneliti kualitatif cenderung menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.

2.      Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka berusaha memahaminya berdasarkan prespektif historis dan sosial mereka sendiri –kita semua di lahirkan ke dunia makna (world of meaning) yang di anugrahkan oleh kebudayaan di sekeliling kita. Untuk itulah, para peneliti kualitatif harus memahami konteks atau latar belakang partisipan mereka dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan mengumpulkan sendiri informasi yang di butuhkan. Mereka juga harus menafsirkan apa yang mereka cari : sebuah penafsiran yang di bentuk oleh pengalaman dan latar belakang mereka sendiri.

C.    Advokasi Dan Partisipatoris

Pandangan – dunia advokasi dan partisipatoris

Pandangan- dunia advokasi/ partisipatoris berasumsi bahwa penelitian harus di hubungkan dengan politik dan agenda politis. Untuk itulah, penelitian ini memiliki agenda aksi demi reformasi yang di harapkan dapat mengubah kehidupan partisipan, institusi-institusi dimana mereka hidup dan bekerja, dan kehidupan para peneliti sendiri. Di samping itu, pandangan – dunia ini menyatakan bahwa ada isu-isu tertentu yang perlu mendapat perhatian lebih, utamanya isu-isu menyangkut kehidupan dewasa ini, seperti memberdayaan, ketidakadilan, penindasan, penguasaan, ketertindasan dan pengasingan. Peneliti dapat mengawali penelitian mereka dengan salah satu dari isu-isu ini sebagai fokus penelitiannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy J (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rodakarya

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini