Nama ;Meylli Pratiwi Apriani
NIM :1112052000016
Mata kukiah : Metode Penelitian Kulalitatif
PENELITIAN KUALITATIF POST-POSITIVISME
Anderson mengemukakan bahwa paradigma adalah : " Ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat yang sama untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa. Sementara itu Nasution menyatakan bahwa paradigma ialah suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma mengarahkan penelitian jadi Paradigma Post Positivisme melalui metodologi penelitian kulatatif paling cocok untuk penelitian yang bersifat interpretatif
Kaum post-positivis mempertahankan filsafat deternsti bahwa sebab-sebab (faktor-faktor kausatif) senat mungkin mrnentukan akibat atau hasil akhir. Untuk itulah, problem-problem yang dikaji oleh kaum post-positivis mencerminkan adanya kebutuhan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang memengaruhi hasil akhir sebagimana yang banyak kita jumpai alam penelitian eksperimen kualitatif. Filsafat kaum post-positivis juga cenderung reuksionistis yang orientasinya adalah mereduksi gagasan-gagasan besar menjadi gagasan-gagasan terpisah yang lebih kecil untuk diuji lebih lanjut, seperti halnya variabel-variabel yang umunya terdiri dari sejumlah rumusaan masalah dan hipotensis penelitian.
Akibatnya, mucul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur dunia, yang menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut agar dunia ini dapat dipahami oleh.manusia.asumsi asaumsi post-positivis merepresentasikan bentuk tradisional penelitan, yang kebenarannya lebih sering disematikan untuk penelitian kuantitatif ketimbangan penelitian kualitatif.
PENELITIAN KUALITATIF KUNSTRUKTIVISME SOSIAL
Konstruktivisme sosial meneguhkan asumi hahwa individu-individu selalu berusaha memahami dunia dimana merekan hidup dan berkerja. Mareka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka-mereka makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu. Makna-makna subjek ini sering kali dinegosiasi sacara sosial dan historis. Makna-makna ini tidak sekedar dicetak untuk kemudian dibagikan kepada individu-individu, tetapi harus dibuat melalui interaksi dengan mereka (karena itulah dinamakan konstruktivisme soial) dan melalui norma-morma historis dan sosial yang berlaku dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam konteks konstruktivisme, penelitian memiliki tujuan ulama, yakni berusaha memaknai (atau menafsikan) makna-makna yan dimiliki orang lain tentan dunia ini. Ketimbang mengawali penelitian dengan suatu teori (seperti dalam post-positivisme), penelitian sebaiknya membuat atau mengembankan suatu teori atau pola makna tertentu secara induktif.kelompok lain memiliki pandangan- dunia yang berbeda salah satunya adalah pandangan-dunia konstruktivesme sosial (yang sering kali dikombinasikan dengan interpertivisme) (lihat mertens, 1998).
PENELITIAN KUALITATIF ADVOKASI DAN PERTISIPATORIS
Pandangan-dunia advokasi atau partisipatoris berasumsi bahwa penelitian harus dihubungkan dengan politik dan agenda politis. Untuk itulah, penelitian ini pada umumnya memiliki agenda aksi demi reformasi yang diharapkan dapat mengubah kehidupan para partisipan, institusi-institusi dimana mereka hidup dan berkerja, dan kehidupan para peneliti sendiri. Disamping itu pandangan-dunia ini menyatakan bahwa ada isu-isu tertentu yang perlu mendapat perhatian lebih, utamanya isu-isu menyangkut kehidupan sosial, seperti pemberdanyan, dan pengasingan.
Penelitian advokasi menyediakan saran bagi paratisipan untuk menuarakan advokasi menyediakan sararan bagi partisipan untuk menyuarakan pandapat dan hak-hak mereka yang selama ini tergadaikan.pandangan-dunia filosofis advokasi atau partisipatoris fokus pada kebutuhan-kebutuhan suatu kelompok atau indidivu tertentu yang mungkin termarginalkan secara sosial. Untuk itulah, tidak menutup kemungkian diinterasikannya pandangan-dunia ini denhan perspektif-persfektif teoretis lain yang mengkonstuksi suatu gambaran tentang isu-isu atau masalah- masalah yang hendak diteliti, orang-orang yang diselidiki, dan perubahan-perubahan yang dinginkan, seperti perspektif feminis, diskursus resialisme, teori kristis, teori querr.[2]
PENELITIAN KUALITATIF PRAGMATIK
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970), Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Norman K. Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan metodologi.Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfocuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Dari definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan;
Dalam penelitian kualitatif, 'proses' penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan 'hasil' yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
Pragmatisme sebagai pandangan-dunia lahir dari tindakan-tidakan, situasi-situasi dan konsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, dan bukan dari kondisi- kondisi sebelumnya (seperti dalam post-positivisme). Pandangan-dunia ini berpijak pada aplikasi-aplikasi dan solusi-solusi atas problem-problem yang ada. Ketimbang berfokus pada metode-metode, para peneliti pragmatik lebih menekankan pada ada untuk memhasil dan menggunakan semua pendekatan yang ada untuk memehami asalah tersebut (lihat rossman dan Wilson, 1985). [2]
[1] http/www.penelitian Kalitatif.com ,WIB 24.00, tangal,12,maret,2014.
[2] John W. creswell, Pedekatan kualitatif,kuantitatif, dan mixed, h. 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar