Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang pola-pola hubungan antara manusia dan manusia, baik secara individu maupun secara kelompok yang berakibat pada lahirnya pola-pola sosial, di antaranya: nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan yang dianut oleh manusia di dalam kelompok tersebut. Sejak awal kelahirannya, sosiologi banyak dipengaruhi oleh filsafat sosial. Tetapi, berbeda dengan filsafat sosial yang banyak dipengaruhi ilmu alam dan memandang masyarakat sebagai "mekanisme" yang dikuasi hukum-hukum mekanis, sosiologi lebih menempatkan warga masyarakat sebagai individu yang relatif bebas.
Menurut Augeste Comte, sosiologi berasal dari kata Latin socius artinya teman, dan kata bahasa Yunani logos yang berarti cerita seperti yang diungkapkannya pertama kali dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive".
Tokoh-tokoh utama sosiologi di antaranya adalah:
1. Auguste Comte (1798-1857)
Lahir di Mountpelier, Perancis, 19 Januari 1798. Ia adalah seorang berkebangsaan Perancis yang pertama kali memberikan nama sosiologi pada ilmu yang mengkaji hubungan sosial kemasyarakatan ini sehingga ia mendapat julukan Bapak Sosiologi. Sebagian dari paparan ilmiahnya adalah bahwa, agar bermanfaat ilmu sosiologi harus didasarkan pengamatan, perbandingan, eksperimen (percobaan), dan metode historis (kesejarahan). Ia berpendapat bahwa sosiologi harus didasarkan pada fakta-fakta yang objektif (bukan harapan, prediksi, atau ramalan, opini).
2. Karl Marx (1818-1883)
Marx bukanlah seorang sosiolog dan tak menganggap dirinya sosiolog. Meskipun karyanya terlalu luas untuk dicakup dalam pengertian sosiologi, namun ada satu teori sosiologi yang ditemukan dalam karya Marx. Secara garis besarnya saja, dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat kapitalis berdasarkan citranya mengenai sifat mendasar manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer adalah seorang berkebangsaan Inggris yang menguraikan materi sosiologi secara terperinci dan sistematis. Dalam pandangannya ia mengatakan bahwa objek kajian sosiologi adalah kehidupan keluarga, perilaku politik, tingkah laku antar-penganut agama, kontrol sosial, dan kehidupan masyarakat industri yang di dalamnya terdapat asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.
4. Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim adalah salah seorang yang memelopori perkembangan sosiologi. Dalam buku yang pertama The Rules of Sociological Method, ia mengemukakan bahwa tugas utama sosiologi adalah mempelajari fakta-fakta sosial yaitu kekuatan-kekuatan (hukum, norma, kepercayaan, agama) dan struktur-struktur yang bersifat eksternal terhadap individu.
5. Max Weber (1864-1920)
Ia yang memperkenalkan pendekatan westehen (pemahaman), yang berupa menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntut perilaku masyarakat yang melahirkan interaksi sosial. Di antara contoh karya Max Weber tentang perkembangan sosiologi adalah analisis tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.
Teori-teori dasar sosiologi:
A. Teori Fungsionalisme Struktural
Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan, meski keduanya biasanya dihubungkan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa memperhatikan fungsinya (atau akibatnya) terhadap struktur lain. Begitu pula, kita dapat meneliti fungsi berbagai proses sosial yang mungkin tidak mempunyai struktur. Ciri utama pendekatan fungsionalisme struktural memperhatikan kedua unsur itu. Meski fungsionalisme struktural mempunyai berbagai bentuk, fungsionalisme kemasyarakatan adalah pendekatan dominan yang digunakan di kalangan fungsionalis struktural sosiologi. Sasaran perhatian utama fungsionalisme kemasyarakatan adalah struktur sosial dan institusi masyarakat berskala luas, antarhubungannya, dan pengaruhnya terhadap aktor.
B. Teori Konflik
Teori konflik adalah salah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen yang satu berusaha untuk menaklukan komponen yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.
Pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebetulnya tidak banyak berbeda dari pandangan teori fungsionalisme struktural karena keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian. Perbedaan antara keduanya terletak dalam asumsi mereka yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk masyarakat itu. Menurut teori fungsionalisme struktural, elemen-elemen itu fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa berjalan secara normal. Sedangkan bagi teori konflik, elemen-elemen itu mempunyai kepentingan yang berbeda-beda sehingga mereka berjuang untuk saling mengalahkan satu sama lain guna memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.
C. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik yang mempelajari proses-proses yang terjadi antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat. Juga pemahaman tentang proses-proses interaksi sosial dan akibat-akibatnya bagi individu dan masyarakat.
Istilah interaksionisme simbolik yang digunakan pertama kalinya oleh Herbert Blumer, pada dasarnya merupakan satu perspektif psikologi sosial. Perspektif ini memusatkan perhatiannya pada analisa hubungan antar-pribadi. Individu dipandang sebagai pelaku yang menafsirkan, menilai, mendefinisikan, dan bertindak.
Sumber: Teori Sosiologi Modern. George Ritzer. Douglas J. Goodman.
Pengantar Sosiologi. Elly M. Setiadi. Usman Kolip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar