1. Abdul Rohim (Pencetus Komunitas Sapu Bersih Ranjau)
Kebaikan yang dilakukan Rohim bersama komunitas yang didirikannya yaitu SABER (Sapu Bersih Ranjau), yang setia menyisir jalanan Ibu Kota Jakarta dari sebaran paku yang membahayakan para pengendara. Bermula dari rasa kesal karena ban bocor akibat paku, membuat Rohim bertindak sendirian. Namun, tak hanya berhenti disitu, ia menggunakan magnet besar agar dapat mengambil lebih banyak lagi.
Usaha kebaikannyapun tidak sia-sia, hingga berdirilah komunitas SABER (Sapu Bersih Ranjau) yang tenyata benar-benar bermanfaat bagi masyarakat sekitar Jakarta. Kesuksesan menurutnya tidak diukur dari berapa banyak materi yang dimiliki. Melainkan, dapat berupa apa saja. Salah satunya sebuah perbuatan kecil yang nyata, dengan membuat orang merasa nyaman dan aman ketika sedang berpergian di jalan ataupun sedang mengendarai kendaraan.
2. Kiswanti (Pendiri Warung Baca Lebak Wangi dan Penggagas Gerakan Membaca)
Mantan pembantu rumah tangga (PRT) ini banyak menginspirasi banyak orang. Meski bukan berasal dari keluarga yang mapan, namun ia tetap mampu mewujudkan bentuk kepeduliannya melalui warung baca yang didirikannya. Kiswanti diibaratkan sebagai sebuah pelita yang mampu menerangi suramnya suasana kampungnya.
Tahun 1987 Kiswanti pindah ke Jakarta menjadi pembantu rumah tangga (PRT) dengan tujuan mencari uang untuk menambah koleksi buku. Kiswanti bekerja sebagai PRT dan meminta digaji dengan buku karena membuat perpustakaan gratis. Saat kecil ia ingin menjadi anggota perpustakaan tapi karena kemiskinannya ia tidak mampu menjadi anggota perpustakaan, karena pada saat itu menjadi anggota perpustakaan harus membayar setiap bulan.
Menurutnya kesuksesan itu ketika ia bisa bermanfaat bagi orang lain. Tahun 2006 membangun perpustakaan diatas lahan 4x10 meter itupun harus membayar selama lima tahun. Saat ini koleksi buku Kiswanti sebanyak 8715 buku dengan 6500 judul, dan jumlah anak yang belajar di WARABAL berjumlah 305 orang. Ia tidak pernah merekrut tenaga pengajar, namun banyak orang berdatangan ingin menjadi pengajar di warung bacanya sebagai relawan.
Dengan adanya Warung Baca Lebak Wangi ini tentu sangat memberi pengaruh positif bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat luar. Karena banyak orang yang hendak menjadi relawan baik sebagai pengajar maupun menyumbangkan buku.
3. Dissa Syakinah Adhanisa (Pemilik Cafe & Workshop Finger Talk)
Cafe Finger Talk ini agak berbeda dari tempat makan biasanya. Jika berkunjung ke Cafe ini tentu kita melihat hal yang tidak biasanya, jika kita hendak memesan makanan kita harus menggunakan bahasa isyarat dikarenakan pramusaji yang bekerja di Cafe ini menyandang disabilitas atau tunarungu.
Tidak banyak Cafe yang mempekerjakan pramusaji penyandang tunarungu. Cafe Finger Talk ini jadi oase ditengah terbatasnya lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Ide mendirikan cafe dengan pramusaji tunarungu ini lahir dari Disa Syakinah Adhanisa, karena menurutnya para penyandang tunarungu ini menjadi lebih percaya diri apabila bertemu masyarakat luas.
Niat baiknya merekrut tunarungu bukan hal yang mudah, Disa meminta bantuan mantan Ketua Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia. Disini Disa memperlakukan karyawan secara profesional. Saat ini Cafe Finger Talk mempekerjakan sebanyak 6 karyawan dari berbagai daerah, seperti Bali, Jember, Bandung, Manado.
Cafe ini memunculkan motivasi yang luar biasa terutama bagi para penyandang tunarungu yang kerap kali ditolak dalam melamar pekerjaan. Sehingga hidup mereka merasa lebih bermakna karena mampu mencari nafkah diatas keternbatasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar