1. Sonnie Wicaksono dan Hapsari Budi Utami (Pendiri Warung Ikhlas)
Sonnie Wicaksono dan Hapsari Budi Utami adalah orang yang mencetuskan sebuah warung yang diberi nama Warung Ikhlas dicetuskan pada tahun 2012. Diawali dari mimpi dibacakan surat Al-Ma'un beribu-ribu kali, hati Sonnie tergerak untuk bersedekah, karena menurut dia hidup ini harus bisa bermanfaat untuk orang lain dan ketika berkomunikasi dengan istri juga anak-anakanya mereka tidak keberatan, bersama keluarganya pada bulan februari 2009 sonnie membagikan nasi bungkus setiap hari sebanyak 60 bungkus kepada kaum dhuafa.
Pada tahun 2009, Hapsari Budi Utami atau yang biasa dipanggil Ari bertemu dengan sonnie, kemudian dia belajar agama dengan sonnie dan menemukan sebuah ayat yang jika seandainya memberi makan orang miskin itu ada angka 10 dan 60, tapi Ari berusaha memenuhi angka yang 60 itu. Awalnya untuk membagi kan nasi itu Ari membeli nasi diwarteg kemudian beliau bagikan kepada pekerja menyapu jalanan.
Karena kedekatan Sonnie dan Ari kemudian mereka membahas bagaimana kelanjutan dari program ini kedepannya.kemudian mereka berinisiatif untuk membuat makanan sendiri yang sehat dan kualitasnya bagus dengan sayurannya organik dan lauknya ikan. Untuk menjajakn warungnya itu mereka menggunakan mobl box yang didapat dari patungan dengan teman-temannya, adapun gaji karyawan didapat dari penjualan nasi bungkus yang harganya Rp. 2000 itu. Agar tidak membuat warung-warung lain menurun pendapatannya, maka sasaran Warung Ikhlas adalah tempat pengumpul sampah dan sasaran nya adalah para pekerja pemulung-yang berjasa bagi Ibu Kota.
Dari Sonnie dan Ari kita dapat belajar bahwa kerja itu harus dengan ikhlas. Warung Ikhlas memberikan contoh kepada kita bahwa berbuat baik itu apa saja tidak harus dengan warung Ikhlas tapi berbuat baik itu sesuai kesanggupan masing-masing.
2. Indah Khoiriyah (Pendiri Komunitas Rumah Merah Putih Bogor)
Banyaknya anak jalanan yang tidak terurus di Bogor, membuat Indah Khoiriyah prihatin sehingga turun ke jalan dan ikut merasakan kehidupan jalanan. Lewat komunitas Rumah Merah Putih Bogor, dia bersama teman - temannya berupaya melindungi anak-anak malang itu.Sosok Indah tak ubahnya anak muda pada umumnya.
Gaya bicaranya apa adanya dan energik. Dia masih menempuh pendidikan tinggi di Bogor. Di tengah kesibukan kuliah, Indah yang juga menjadi pendiri Rumah Merah Putih ini masih menyisakan waktu untuk mengurusi anak jalanan. Dengan kerja kerasnya bersama teman-teman, komunitas yang dibangunnya itu bisa membujuk anak jalanan di daerah Baranangsiang, Bogor, untuk belajar. Pengalaman tidur di rumah singgah yang serba-terbataslah yang memunculkan rasa empati Indah terhadap anak jalanan.
Kegelisahan dan keprihatinan itulah yang membangkitkan rasa untuk merangkul para anak jalanan ini, khususnya di Kota Bogor. Apalagi anak-anak jalanan rentan dengan kekerasan, belum lagi jika ada razia dari aparat keamanan. Meski pernah merasakan menjadi anak jalanan, Indah dan teman-temannya mengaku tak mudah menggugah anak jalanan, terutama di kawasan Baranangsiang, agar mereka tidak menggantungkan hidup sebagai anak jalanan.
Untungnya, sejak setahun lalu, Rumah Merah Putih sudah berhasil mengajak 50 anak jalanan untuk belajar bersama. Setelah merangkul anak-anak jalanan, Indah bersama teman-temannya menyusun jadwal berbagai aktivitas. Di antaranya, Sabtu Ceria dengan aktivitas belajar sambil bermain di lokasi mereka mengamen.
Hingga kini, Rumah Merah Putih terus memperdayakan anak jalanan untuk terus berkreasi dengan kegiatan positif dan menjauhi mereka dari efek buruk hidup di jalanan. Dengan begitu, mereka bisa menjadi generasi muda yang lebih baik dan bermanfaat.
3. Adil Mustofa (Pendiri Majlis Ta'lim Khusus Bangkok)
Majlis Ta'lim Khusus Bangkok berada di Jl. Gunung Indah 3 No. 12, KP Gunung Utara-Cirendeu. Pendiri MTKB itu adalah Bapak Adil Mustofa, beliau asli orang Ponorogo kemudian beliau pindah ke Jakarta untuk Kuliah Di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang berganti nama menjadi UIN. Sejak muda Bapak Adil bisa dibilang orang yang sukses.
Sejarah dibangunnya MTKB adalah pada saat itu ada seseorang yang berasal dari Yogyakarta bernama Pak Jumia, beliau akhlaknya baik, sabar dan jujur akan tetapi tidak mengenal agama, kemudian pada saat itu Pak Jumia ditawarkan oleh Pak Adil untuk belajar agama, setelah lama belajar dengan Pak Adil rupanya pak Jumia mengajak teman-temannya, ahirnya bertambahlah anggota jamaah MTKB tersebut kira-kira 60 jamaah bapak-bapak yang terbagi menjadi 2 kelas dan remaja juga 2 kelas, sehingga jumlahnya sekitar 115 jamaah. Pada saat itu aktifitas belajar mengajarnya masih numpang dirumah-rumah teman pak Adil. Kegiatan yang dilakukan oleh jamaah MTKB adalah kegiatan sosial bersama anak yatim piatu dan dhuafa.
Karena banyakanya santri, maka Pak Adil beserta teman-temannya berinisiatif membuat sebuah bangunan sendiri untuk aktifitas belajarnya. Ahirnya pada tahun 2006 dibangunlah sebuah tempat yang luasnya 100 M dan memiliki 2 lantai dalam jangka waktu 4 bulan. Disitulah aktifitas belajar mengajar beliau lakukan bersama pengajar lainnya.
Pada saat ini anak yatim asuh dan didik MTKB berjumlah 60 anak, khusus anak yatim dan dhuafa biaya sekolahnya akan ditanggung oleh MTKB. Dengan adanya MTKB masyarakat sekitar yang sekiranya kurang mampu bisa terbantu dalam segi eknominya akan tetapi harus mau belajar disitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar