Senin, 08 Oktober 2012

Devi Yuliana Jurnalistik 1A

Teori Max Weber
1.       Tindakan sosial
                Secara keseluruhan sosiologi weber, jika kita menerima sebagaimana adanya, didasarkan kepada pemahamannya tentang tindakan sosial(S.Turner1983). Beliau membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan perilaku terjadi, dengan sediki saja jarak antara stimulus dengan respons. Perilaku semacam itu tidak menjadi minat sosiologi weber. Beliau memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (tindakan bermakna yang ditimbulkan olehnya ) antara terjadinya stimulus dengan respons. Secara berbeda, tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Bagi Weber, mengenai tindakan sosial dapat ditemukan dalam pembahasannya tentang tindakan ekonomis, yang didefinisikan sebagai "orientasi sadar dan primer kea rah pertimbangan ekonomis " , karena yang dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan. Dalam memasukan analisisnya ke dalam proses mental dan tindakan bermakna yang ditimbulkannya, Weber (1921/1968) dengan hati-hati mengatakan bahwa suatu kesalahan besar memandang psikologi sebagai landasan penafsiran tindakan sosiologis. Tampaknya weber mengemukakan hal yang pada dasarnya sama dengan apa yang dikemukakan Durkheim, setidaknya ketika dia mendiskusikan fakta sosial nonmaterial, yaitu sosiologi tertarik pada proses mental namun tidak sama dengan minat psikologi terhadap pikiran, kepribadian, dan lain sebagainya. Dalam teori tindakannya, tujuan weber tidak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. "tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual". Weber mengakui untuk beberapa tujuan kita mungkin harus memperlakukan kolektivitas sebagai individu, namun untuk menafsirkan tindakan subjektif dalam karya sosiologi, kolektivitas-kolektivitas ini, harus diperlakukan semata-mata sebagai resultan dan mode organisasi dari tindakan individu tertentu, karena semua itu dapat diperlakukan sebagai agen dalam tindakan yang dapat dipahami secara subjektif. Tampaknya bahwa weber sendiri mengemukakan bahwa sosiologi tindakan pada akhirnya berkutat pada individu, bukan kolektivitas. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar. Tipologi ini tidak hanya sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud weber dengan tindakan, namun juga menjadi salah satu dasar bagi minat weber pada struktur dan institusi sosial yang lebih luas. Yang terpenting adalahbpembedaan yang dilakukan weber terhadap kedua tipe dasar tindakan rasional. Pertama adalah rasionalitas sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain. Harapan-harapan ini digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan melalui upaya dan perhitungan yang rasional. Kedua adalah, rasionalitas nilai, yaitu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek kebrhasilannya. Tindakan afektual ditentukan oleh kondisi emosi. Tidakan tradisional ditentukan oleh cara bertindak yang telah biasa dan telah lazim dilakukan. Walaupun weber membedakan empat bentuk tindakan ideal-tipikal, beliau sepenuhnya sadar bahwa tindakan tertentu biasanya terdiri dari kombinasi dari keempat tipe tindakan ideal tersebut. Selain itu, weber berargumen baha sosiolog harus memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memahami tindakan yang didominasi oleh perasaan atau tradisi.
2.       Rasionalisasi
                seperti diketahui sebelumnya, weber memang mendefinisikan rasionalitas, beliau membedakan dua jenis rasionalitas – rasionalitas sarana-tujuan dan rasionalitas nilai. Namun, konsp-konsep tersebut merujuk kepada tipe tindakan. Itu semua adalah dasar, namun tidak sama dengan pemahaman tentang rasionalisasi skala-skala luas yang dikemukakan weber. weber tidak terlalu tertarik pada orientasi tindakan yang terfragmentasi perhatian pokoknya adalah keteraturan dan pola-pola tindakan dalam peradaban, institusi, organisasi strata, kelas, dan kelompok. Tipe-tipe rasionalitas, pertama adalah rasionalitas praktis. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan segala hal yang mengancam akan melampaui rutinitas sehari-hari. Dia mendorong orang untuk tidak percaya pada seluruh nilai yang tidak praktis, religius, utopia sekuler, maupun rasionalitas teoritis kaum intelektual. Kedua adalah rasionalitas teoritis, melibatkan upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukan melalui tindakan. rasionalitas ini melibatkan proses kognitif abstrak seperti deduktif logis, induksi, atribusi kausalitas, dan semacamnya.  Ketiga adalah rasionalitas substansif, secara langsung menyususn tindakan-tindakan kedalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai. Rasionalitas tipe ini melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Suatu sistem nilai tidak lebih rasional dari pada sistem lainnya. Jadi tipe rasionalitas ini bersifat peradaban dan lintas sejarah, selama ada postulat nilai yang konsisten. Keempat adalah rasionalitas formal, melibatkan kalkulasi sarana-tujuan. Namun, jika dalam rasionalitas praktis kalkuasi ini terjadi dengan merujuk pada kepentingan diri yang pragmatis, maka dalam rasionalitas formal, hal ini terjadi dengan merujuk aturan, hukum, dan regulasi yang berlaku secara keseluruhan.
Contoh rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari :
Ketika seorang siswa SD kemudian beranjak ke SMP cara belajarnya pun berbeda, begitu pula dengan cara struktur organisasi. Ketika di SD, belum mengenal tentang organisasi khususnya adalah OSIS. Akan tetapi, ketika beranjak SMP siswa mulai dikenalkan oleh organisasi, sehingga siswa pun harus beradabtasi terhadap lingkungan barunya tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini