Senin, 08 Oktober 2012

Max Weber; Reza Armanda jurnalitik 1A

Teori Weber

                Marx pada dasarnya mengemukakan teori kapitalisme, sedangkan Weber pada dasarnya adalah teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah umum seperti mengapa institusi social di dunia Barat berkembang semakin rasional sedangkan rintangan kuat tampaknya mencegah perkembangan serupa di belahan bumi lain. Meski konsep rasionalitas digunakan dengan berbagai cara yang berlainan dalam karya Weber, yang menjadi sasaran perhatian kita disini adalah salah satu dari empat jenis proses yang diidentifikasi oleh Karlberg yakni rasionalitas formal. Rasionalitas formal meliputi proses berpikir actor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal ini pilihan dibuat dengan merujuk pada kebiasaan, peraturan dan hokum yang diterapkan secara universal. Ketiganya berasal dari berbagai struktur barskala besar, terutama struktur birokrasi dan ekonomi. Weber mengembangkan teorinya dalam konteks studi perbandingan sejarah masyarakat Barat, China, India, dan berbagai masyarakat lain. Dalam studi ini ia mencoba melukiskan factor yang membantu mendorong atau merintangi perkembangan rasionalisasi.

                Weber melihat birokrasi (dan proses historis birokrasi) sebagai contoh klasik rasionalisasi, tetapi mungkin contoh terbaik rasionalisasi dewasa ini adalah restoran cepat saji. Restoran cepat saji adalah system rasional formal dimana seorang pekerja dan pelanggan digiring untuk mencari cara paling rasional dalam mencapai tujuan. Mendorong makanan melalui jendela, misalnya, adalah cara rasional karena dengan cara demikian pelayan dapat menyodorkan dan pelanggan memperoleh makanan secara cepat dan efisien. Kecepatan dan efisiensi didiktekan oleh restoran cepat saji dan peraturan operasionalnya.

                Weber memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi ke dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Ia membedakan antara tiga jenis system otorisasi- tradisional, karismatik, dan rasional-legal. System otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat modern dan hanya dalam system otoritas rasional-legal itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh. Masyarakat lain di dunia tetap didominasi oleh sistemotoritas tradisional atau karismatik yang umumnya merintangi perkembangan system. Singkatnya, system otoritas tradisional berasal dari system kepercayaan di zaman kuno. Contohnya adalah seorang pemimpin yang berkuasa karena garis keluarga atau sukunya selalu merupakan pemimpin kelompok. Pemimpin karismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut bahwa pemimpin itu memang mempunyai ciri-ciri seperti itu. Meski kedua jenis otoritas itu mempunyai arti penting di masa lalu, Weber  yakin bahwa masyarakat Barat, dan akhirnya masyarakat lainnya, cenderung akan berkembang menuju system otoritas rasional legal. Dalam system otoritas semacam ini, otoritas berasal dari peraturan yang diberlakukan secara hukum dan rasional. Jadi, Presiden Amerika memperoleh otoritasnya yang tertinggi dari peraturan hukum masyarakat. Evolusi otoritas hokum rasional yang diiring evolusi birokrasinya hanyalah merupakan sebagian dari argumen umum Weber tentang rasionalisasi masyarakat Barat.

                Weber juga membuat analisis rinci dan canggih tentang rasionalisasi fenomena seperti agama, hukum, kota, dan bahkan music. Kita dapat memikirkan cara berpikir Weber dengan satu contoh lain-rasionalisasi institusi ekonomi. Diskusi ini tertuang dalam analisis Weber yang lebih luas tentang hubungan antara hokum dan kapitalisme. Dalam studi sejarah bercakupan luas, Weber berupaya memahami mengapa system ekonomi rasional (kapitalisme) berkembang di Barat dan  mengapa gagal berkembang di masyarakat lain masyarakat Barat. Dalam studi ini Weber mengakui peran sentral agama. Di satu tingkat, ia terlibat dialog dengan Marxis dalam upaya untuk menunjukkan bahwa, bertentangan dengan keyakinan kebanyakan Marxis di masa itu, agama bukanlah sebuah epifenomena semata. Agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme bangsa Barat, tetapi sebaliknya gagal mengembangkan kapitalisme di masyarakat lain. Weber menegaskan bahwa sostem agama rasionallah (Calvinisme) yang memainkan peran sentral dalam menumbuhkan kapitalisme di Barat. Sebaliknya, di belahan dunia lain yang ia kaji, Weber menemukan system agama yang lebih irrasional (misalnya, konfusianisme, Taoisme, Hinduisme) merintang perkembangan system ekonomi rasional. Tetapi, pada akhirnya agama-agama itu hanya memberikan rintangan sementara, karena system ekonomi-dan bahkan seluruh struktur social-masyarakat pada akhirnya akan menjadi rasional.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini