Rabu, 09 September 2015

Andi Dewi Mahardika_pengantar sosiologi_tugas 1

PENGANTAR SOSIOLOGI
Kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang artinya teman, dan kata bahasa yunani logos yang berarti cerita, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive"karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi baru lahir di Eropa sejak awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Substansi dari batasan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia satu dan lainnya di dalam suatu kelompok berakibat timbulnya pola hubungan antarmanusia guna menghindari benturan antar-individu dan individu dengan kelompok.

Objek kajian sosiologi adalah manusia, manusia memiliki banyak aspek yang dapat dijadikan sebagai objek kajian ilmu pengetahuan, diantaranya adalah aspek fisik, psikis, sosial, rohani, dan sebagainya. Dalam hal ini sosiologi mempelajari manusia dari aspek sosialnya yang sering disebut masyarakat.
Dilihat dari sejarah perkembangannya, sosiologi berkembang di Eropa, tetapi perkembangan selanjutnya yang mengantar pada sosiologi modern justru banyak terjadi di Amerika Serikat dan Kanada. Perkembangan ini erat kaitannya dengan situasi dan kondisi masyarakat di daerah tersebut. Dalam Indonesia sosiologi secara tidak langsung dituangkan dalam berbagai ajaran dan karya pujangga Nusantara. Sebagai misal adalah ajaran "Wulang Reh"yang ditulis oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari keraton surakarta.
Tokoh tokoh utama sosiologi :
August Comtee (1798-1857)
Comtee adalah seorang berkebangsaan Perancis yang pertama kali memberikan nama sosiologi pada ilmu yang mengkaji hubungan sosial kemasyarakatan ini sehingga ia mendapat julukan Bapak Sosiologi. Comtee telah menulis beberapa buah buku yang berisi pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Sebagian dari paparan ilmiahnya adalah bahwa, agar bermanfaat ilmu sosiologi harus didasarkan pengamatan, perbandingan eksperimen (percobaan), dan metode historis (kesejahteraan). Ia berpendapat bahwa sosiologi harus didasarkan pada fakta-fakta yang objektif (bukan harapan, prediksi, atau ramalan, opini). Berdasarkan pendapat tersebut, maka melalui sosiologi akan diperoleh kajian tentang masyarakat yang objektif (berdasarkan kenyataan).
Claude Henri Saint-Simon (1760-1825)
Saint-Simon lebih tua dari Auguste Comte. Dan Comtee sendiri adalah murid dan pernah menjadi sekertaris dari Saint-Simon. Keduanya memiliki kesamaan gagasan pikiran namun tak jarang berkembang perdebatan sengit antara keduanya yang menyebabkan mereka berpisah. Sisi pentingnya Saint-Simon adalah peran pentingnya baik terhadap pengembangan teori Sosiologi Konservatif dan teori Marxian Radikal.


Karl Marx (1818-1883)
Sang ahli filsafat sejarah Jerman, Karl Marx, telah menerima gelar doktor dari Universitas Jena. Das Kapital  adalah karyanya yang paling penting, namun buku ini lebih ditunjukan kepada para pembaca dari kalangan sarjana. Sebaliknya Communist Manifesto ditulis untuk konsumsi publik dan karya ini secara jelas menjabarkan keyakinan politik dan seruannya untuk melakukan revolusi
Emile Durkheim (1857-1917)
 Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April 1858. Ia keturunan pendeta Yahudi. Durkheim menerbitkan sejumlah buku di antaranya adalah tentang pengalamannya selama di Jerman (R.Jones, 1994) penerbitan bukunya itu membantu Durkheim mendapatkan jabatan di jurusan Filsafat Universitas Bordeaux tahun 1887. Di sinilah Durkheim pertama kali memberikan kuliah ilmu sosial di Universitas Perancis.
Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt dan keluarganya pindah ke Berlin saat usianya masih muda. Weber belajar beragam subjek, mencakup hukum, ekonomi, sejarah dan filsafat. Dia juga pernah menduduki jabatan penting di akademik Jerman, dia juga seorang politisi terkenal pada massanya. Weber mendedikasikan sebagian karirnya untuk menyerang gagasan-gagasan Marxist, namun kedua pemikir ini tiba dengan beberapa kesimpulan terkait kehidupan di bawah kapitalisme industri. Sementara Marx menekankan aliensi, weber menekankan rasionalisasi.
Teori Struktural Fungsional
 Istilah struktural dan fungsional tidak selalu perlu di hubungkan meskipun keduanya bisa dihubungkan .Teori struktural fungsional menekankan kepada keteraturan (order) mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial bersifat fungsional terhadap yang lainnya.
Teori Konflik
Teori konflik berkembang sebagai reaksi terhadap fungsional struktural. Perhatian utama pelbagai teori konflik adalah menegal atau menaganalisa kehadiran konflik dalam kehidupan sosial. Tokoh utama teori konflik ini adalah Karl Marx yang menekankan dasar Ekonomi untuk kelas sosial, dan Max Waber yang ditentang oleh kaum Marxian karena tekanan Weber pada ide-ide agama dan ideologi sebagai penolakan terhadap materialisme Marx
Teori Aksi
Teori aksi mencapai puncak perkembangan sekitar tahun 1940, melalui karya-karya klasik dari Florian Znaniecki, The Method of Sociology, Beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle.
1.      Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
2.      Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, jadi manusia bertindak bukan tanpa tujuan
Sumber : Setiadi. Elly M, Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. 2013

Oleh :Andi Dewi Mahardika/ KPI 1B/ 1110510000086
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini