Rabu, 09 September 2015

Tomi Syahrul Kurniawan KPI 1A 11150510000031

Kelas   : KPI 1A
Judul  : Pengantar sosiologi
Tugas  : 1
A.    Pendahuluan
Secara etimologis sosiologi berasal dari dua kata socious dan logos. Socius yang  artinya masyarakat /teman dan Logos artinya ilmu / cerita. Secara harfiah sosiologi berarti membicarakan pergaulan hidup manusia.

Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Pengaruhnya besar sekali tehadap teoritisi sosiologi selanjutnya (terutama Herbert Spencer dan Emile Durkheim). Ia yakin bahwa studi sosiologi akan menjadi ilmiah sebagaimana keyakinan teoritisi klasik dan kebanyakan sosiologi kontemporer (Lenzer, 1975)[1].
Orang tak dapat memastikan kapan teori sosiologi itu lahir. Manusia telah memikirkan dan membangun teori tentang kehidupan sosial sejak zaman paling awal dalam sejarah. Ini bukan karena zaman itu tak mempunyai gagasan tentang sosiologi, tetapi karena pembahasan itu akan menguras waktu kita yang sangat terbatas.[2]
B.     Pembahasan
Semua bidang intelektual dibentuk oleh setting sosialnya. Hal ini terutama berlaku untuk sosiologi, yang tak hanya berasal dari kondisi sosialnya, tetapi juga menjadikan lingkungan sosialnya sebagai basis masalah pokoknya. Kita akan memusatkan perhatian pada beberapa kondisi sosial terpenting abad 19 dan awal abad 20 yang sangat signifikan dalam  perkembangan teori sosiologi.[3]
Pembahasan ini akan dimulai dengan uraian mengenai beberapa sumbangan penting para perintis awal bagi perkembangan sosiologi sebagai ilmu. Pemahaman mengenai sumbangan pikiran para perintis awal ini perlu, karena antara pemikiran para perintis awal dan pemikiran para tokoh sosiologi masa kini terdapat suatu kesinambungan—suatu benang merah.
Dalam sosiologi di tempuh berbagai cara untuk mengklasifikasikan teori. Dengan mengacu pada pemikiran tokoh sosiologi seabad yang lalu sebagai titik tolak Collins, misalnya, mengidentifikasikan empat tradisi sosiologi: (1) tradisi konflik (2) tradisi rasional (3) tradisi Durkheim (4) tradisi mikrointerkasi.[4]
TEORI MAKROSOSIOLOGI (1): FUNGSIONALISME
            Gambaran yang disajikan Dahrendorf mengenai pokok teori fungsionalisme adlah sebagai berikut: (1) setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsure yang relative gigih dan stabil, (2) mempunyai struktur unsure yang terintegrasi dengan baik, (3) setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan seubangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem; dan (4) setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenal nilai di kalangan para anggotanya (lihat Dahdendorf, 1976;161).

TOKOH FUNGSIONALISME KLASIK
1.      Augustus Comte. Teori yang dikenal dengan berbagai nama seperti teori struktur-fungsi, fungsionalisme, dan fungsionalisme struktural merupakan teori yang tertua dan hingga kini paling luas pengaruhnya. Sumbangan pertama Comte bagi sosiologi,yaitu positivme, pembagian antara statika sosial dan dinamika sosial, dan organisme menampilkan kesalingterkaitan yang erat.
2.      Turner (1978 ) mengamukakan bahwa Comte merupakan perintis pendakatan positivisme yang memakai metode ilmiah untuk mengumpulkan data empiris. Positivisme yang dirintis Comte mengandung cirri pengkajian fakta yang pasti, cermat, dan bermanfaat melalui pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode  historis (lihat Laeyendecker, 1983:145).
3.      Herbert Spencer. Spencer melakukan perbandingan antara organisme individu dan organisme sosial dan mengamati bahwa, sebagaimana halnya dengan organisme biologis,masyarakat manusia manusia pun berkembang secara evolusioner dari bentuk sederhana ke bentuk kompleks.[5]

TOKOH FUNGSIONALISME MODERN
1.      Talcott Parsons. Tokoh sosiologi modern yang mengembangkan funsional dan secara sangat rincimenggunakannya dalam karya-karyanya. Karya pandangan Parsons yang tekenal ialah kajiannya mengenai fungsi sturktur bagi dipecahkannya empat masalah.
2.      Robert K. Merton. Ia memperkenalkan lebih lanjut dalam analisis fungsional dengan memperkenalkan fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest. Pemahaman ini di perlukan, karena menurut Merton para tokoh fungsionalisme sebelumnya hanya menitikberatkan perhatian mereka pada konsep fungsi saja dan mengabaikan konsep disfungsi, fungsi laten, dan fungsi manifest.
TEORI MAKROSOSIOLOGI (2): TEORI KONFLIK
            Asumsi-asumsi utama menurut Dahrendorf tentang teori konflik adalah sebagai berikut: (1) Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan, (2) disensus dan konflik terdapat dimana-mana, (3) setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintregarsi dan perubahan masyarakat, dan (4) setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa  anggota lain (lihat Dahrendorf, 1976:162).


TOKOH AWAL
1.      Karl Marx
Teori kelas, Marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat hingga kini adalah perjuangan kelas (lihat Coser, 1977:48).  Dengan munculnya kapitalisme terjadi pemisahan tajam antara mereka yang menguasai alat produksi dan mereka yang hanya mempunyai tenaga. Dalam rangka teori Marx cara produksi yang terdapat dalam masyarakat merupakan faktor yang menentukan struktur masyarakat tersebut. Dalam struktur Marx supra selalu  ditentukan dengan struktur infra. Aliensi juga salah satu konsep penting yang dikembangkan oleh Marx.
2.      Max Weber
Uraian Weber mengenai tindakan sosial sebagai pokok perhatian sosiologi dujadikan dasar bagi pengembangan teori interaksionisme simbolik (lihat Turner, 1978) Weber juga dianggap sebagai tokoh yang memberi sumbangan terhadap fungsionalisme awal.
3.      Ralf Dahrendorf
Menurut teori konflik versi Dahrendorf masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan (dominasi satu pihak atas pihak lain atas dasar paksaan) atau wewenang (dominasi yang diterima dan diakui oleh pihak yang dominasi) yang dinamakannya "imperatively coordinated associations" (asosiasi yang dikoordinir secara paksa). Dengan demikian  konflik, menurut Dahrendorf, merupakan sumber terjadinya perubahan sosial (lihat dahrendorf, 1976).
4.      Lewis Coser
Coser terkenal karena pandangannya bahwa konflik mempunyai fungsi positif bagi masyarakat (lihat Coser, 1964). Ia mengembangkan sejumlah proposisi mengenai fungsi konflik atas dasar asas yang ditegakkan oleh tokoh teori konflik lain, Georg Simmel. Menurut definisi kerja Coser konflik adalah "perjuangan mengenai nilai serta tuntutan atas status, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai dan melukai lawan" (Coser,1964:8).[6]

Daftar Pustaka
"Pengantar Sosiologi (edisi revisi)/ Kamanto Sunarto.—Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia, 2004.
George Ritzer & Douglas J. Goodman "Teori Sosiologi Modern", Edisi ke-6 Jakarta: Kencana, 2010



[1]               GEORGE RITZER & DOUGLAS J. GOODMAN, TEORI SOSIOLOGI MODERN, 2010, Hal: 16
[2]               GEORGE RITZER & DOUGLAS J. GOODMAN, TEORI SOSIOLOGI MODERN, 2010, Hal: 5
[3]               GEORGE RITZER & DOUGLAS J. GOODMAN, TEORI SOSIOLOGI MODERN, 2010, Hal: 7
[4]               SUNARTO KUMANTO, PENGANTAR SOSIOLOGI, 2004, Hal: 214-215
[5]               SUNARTO KUMANTO, PENGANTAR SOSIOLOGI, 2004, Hal: 215-216
[6]               SUNARTO KUMANTO, PENGANTAR SOSIOLOGI, 2004, Hal: 218-219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini