Pengantar Sosiologi
1) Apa itu Sosiologi?
Sosiologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan social yang mempelajari tentang pola-pola hubungan antara manusia dan manusia, baik secara individu maupun secara kelompok yang berakibat pada lahirnya pola-pola social, diantaranya : nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan yang dianut oleh manusia di kelompok tersebut. Kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang artinya teman, dan kata bahasa Yunani logos yang berarti cerita, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
2) Tokoh-tokoh Utama Sosiologi
a. August Comte (1798-1857)
Comte adalah seorang berkebangsaan Perancis yang pertama kali memberikan nama sosiologi pada ilmu yang mengkaji hubungan social kemasyarakatan ini sehingga ia mendapat julukan Bapak Sosiologi. Ia berpendapat bahwa sosiologi harus didasarkan pada fakta-fakta yang objektif (bukan harapan, prediksi atau ramalan, opini). Ia juga membagi sosiologi dalam 2 kelompok besar yaitu, statistika social yang mewakili stabilitas dan kemantapan dan dinamika social yang mewakili perubahan.
b. Karl Marx (1818-1883)
Latar belakang pemikiran Karl Marx adalah eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum pemilik modal atau para pengusaha (kapitalis) yang disebut borjuis terhadap para buruh atau pekerja (proletar). Secara garis besar, sasaran revolusi tersebut adalah membentuk kehidupan masyarakat tanpa kelas (tidak ada lagi kelas-kelas social) dengan pola-pola pembagian ekonomi yang sama rata sama rasa. Keadaan masyarakat seperti iniyang disebut oleh Marx sebagai masyarakat sosialis.
c. Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer adalah seorang kebangsaan Inggris yang menguraikan materi sosiologi secara terperinci dan sistematis. Dalam pandangannya ia mengatakan bahwa objek kajian sosiologi adalah kehidupan keluarga, perilaku politik, tingkah laku antar pengantu agama, kontrol social, dan kehidupan masyarakat industry yang di dalamnya terdapat asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan social, sosiologi pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.
d. Emile Durkheim (1858-1917)
Durkheim adalah seorang yang mempelopori perkembangan sosiologi. Ia membagi sosiologi ke dalam 7 bagian diantaranya yaitu Sosiologi Umum, Sosiologi Agama, Sosiologi tentang perilaku kejahatan, Sosiologi Hukum dan Moral, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi tentang perilaku masyarakat perkotaan, dan Sosiologi Estetika. Salah satu dari karyanya yang terkenal di antaranya yaitu Rules od Sociological Method (1895), yang banyak membahas tentang metodologi dalam penelitian klasik tentang "bunuh diri" di berbagai kelompok masyarakat.
e. Max Weber (1864-1920)
Ia yang memperkenalkan pendekatan vestehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku masyarakat yang melahirkan interaksi social. Di antara contoh karya Max Weber tentang perkembangan sosiologi adalah analisis tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.
3) Teori-teori Besar Sosiologi
a. Fungsionalisme Struktural
Robert Nisbet pernah berpendapat bahwa fungsionalisme structural "tak diragukan lagi, adalah satu-satunya teori paling signifikan dalam ilmu social pada abad ini" (dikutip dalam Turner dan Maryanski, 1979: xi). Kingsley Davis (1959) berpendapat bahwa dalam hal maksud dan tujuan, fungsionalisme structural sinonim dengan sosiologi. Dalam fungsionalisme structural, istilah structural dan fungsional tidak boleh digunaka secara bersamaan, meskipun pada dasarnya keduanya adalah satu kesatuan. Meskipun fungsionalisme structural memiliki beragam bentuk (Abrahamson, 1978), fungsionalisme masyarakat adalah pendekatan dominan di antara para fungsionalis structural sosiologi (Sztompka, 1974)
b. Neofungsionalisme
Istilah Neofungsionalisme digunakan untuk menunjukkan kesinambungan dengan fungsionalisme structural namun juga menujukkan bahwa upaya ini dilakukan untuk memperluas fungsionalisme structural dan mengatasi kesulitan-kesulitan utamanya. Jeffrey Alexander dan Paul Colomy mendefinisikan Neofungsionalisme sebagai "aliran kritik dari teori fungsional yang berusaha memperluas cakupan intelektual fungsionalisme sambil mempertahankan inti teoretisnya" (1985:11). Jadi, terlihat jelas bahwa Alexander dan Colomy melihat fungsionalisme structural terlalu sempit dan mereka ingin menciptakan teori yang lebih sintetis, yang sering mereka sebut dengan "Neofungsionalisme".
c. Teori Konflik
Teori konflik, paling tidak sebagian darinya, dapat dilihat sebagai perkembangan yang terjadi sebagai reaksi atas fungsionalisme structural. Masalah utama teori konflik adalah ia tidak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar-akar structural-fungsional. Teori ini lebih sebagai salah satu jenis fungsionalisme structural yang memalingkan mukanya ketimbang sebagai teori masyarakat yang benar-benar kritis.
Sumber dari : Buku PENGANTAR SOSIOLOGI, Elly M. Setiadi dan Usman Kolip
Buku TEORI SOSIOLOGI MODERN edisi 7, George Ritzer dan Douglas J. Goodman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar