PENGANTAR SOSIOLOGI
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Latin socius yang artinya teman atau masyarakat, dan logos dari bahasa Yunani yang berarti cerita atau ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yag mempelajari tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Oleh sebab itu, objek kajian sosiologi adalah masyarakat.
Secara garis besar, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok (Roucek dan Warren). Sosiologi diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Cours De Philosophie Positive karangan August Comte (1798-1857), yang kemudian dikenal sebagai bapak sosiologi dunia. Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Jauh sebelumnya, sosiologi telah dipelajari dan dituliskan oleh seorang tokoh muslim yakni Ibnu Khaldun dalam bukunya yang berjudul Al-Muqaddimah.
Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa. Sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Jika August Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi Dunia dan Ibnu Khaldun sebagai Bapak Sosiologi Islam, maka untuk Indonesia sendiri adalah Selo Soemardjan (1915-2003) yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia.
Sosiologi adalah sebuah studi ilmiah atau bisa juga disebut sebagai ilmu (science). Oleh karena itu, sebagai sebuah ilmu pengetahuan, sosiologi harus memenuhi kriteria ilmu pengetahuan. Kriteria yang bisa menjelaskan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.
1. Sosiologi bersifat empiris, berarti sosiologi didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak ersifat spekulatif. Sosiologi didasarkan pada pengamatan dan penalaran. Pengamatan berarti semua yang berhubungan dengan pancaindera manusia yang dialaminya dalam kehidupan sosial. Adapun penalaran berarti semua yang berhubungan dengan akal budi manusia atau bersifat rasional.
2. Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil obserasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga terjadi teori. Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.
3. Sosiologi bersifat kumulatif yang berasal dari bahasa Latin cumulare yang berarti menimbun, menumpuk, lama-lama makin besar. Artinya, teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperhalus, serta memperluas teori-teori lama.
4. Sosiologi bersifat nonetis, artiya yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta tertentu, melainkan tujuannya untuk mejelaskan secara analitis.
Dalam sosiologi, ada banyak sekali teori-teori yang beberapa dari itu akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Teori Sosiologis
Teori ini merupakan hasil kegiatan ilmiah untuk menyatukan fakta tertentu sedemikian rupa, sehingga lebih mudah untuk mempelajari keseluruhan. Ada banyak teori sosiologi yang besar kemungkinan akan sangat sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, diperlukan teori lain sebagai alternatif.
b. Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional adalah teori yang menjelaskan bahwa ada suatu sistem dalam struktur sosial, dimana sistem ini mengatur sehingga tiap anggota memiliki pekerjaannya masing-masing dan tiap anggota harus menjalankan bagiannya masing-masing. Namun walau terpisah-pisah, mereka tetap merupakan suatu himpunan yang harus bekerjasama dan berhubungan antara yang satu dengan yang lain (saling mempengaruhi).
c. Teori Konflik
Di masyarakat selalu akan ada kelompok atas yang menguasai kelompok bawah, kelompok ini dibagi berdasarkan kekuasaan, kemampuan, kekayaan, kekuatan, dsb. Kelompok bawah yang lemah akan ditindas dan menjalankan kehendak kelompok atas. Fenomena ini akhirnya memicu pertikaian / konflik antar kelompok.
Rintisan Comte tentang sosiologi disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin yang semuanya berasal dari Eropa. Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Sedangkan Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
Sumber
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Jakarta: Kencana Prenada Medio Group
Murdiatmoko, Janu. 2007. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar