Senin, 19 November 2012

Mortalitas_adiatma_PMI5


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Untuk jangka wktu yang sangat lama di masa lampau, fenomena mortalitas seperti halnya fertilitas pada umumnya di pandang sebagai sesuatu yang sama sekali berada di luar kontrol manusia. Walaupun dalam bagian ke dua abad ke 17 telah ada suatu studi yang sistematis mengenai kematian oleh John Graunt yang terkenal itu, sebenarnya sampai akhir abad ke 17 dan tahun-tahun permulaan abad ke 18 masih sedikit sekali orang di berbagai bagian eropa yang mempertanyakan angka-angka kematian. Baru kemudian langkah kemajuan yang berarti di capai ketika jenner pada tahun 1789 mengemukakan keefektifan inokulasi cowpox bagi imunisasi terhadap smallpox ( penyakit cacar ). Telah berabad-abad sebelumnya pada waktu-waktu tertentu penyakit cacar bejangkit dan banyak merenggut jiwa penduduk dunia. Sejak meluasnya revolusi industri, yang kesemuanya mempengaruhi angka-angka kematian . di berbagai tempat angka dan sebab-sebab kematian di pertanyakan. Sejalan dengan gejala ini berkembang pula ukuran-ukuran tingkat kematian.

Mortalitas merupakan salah satu dari tiga komponen dari demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. 0rganisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu tanda-tanda menghilangnya suatu kehidupan secara permanen, yang terjadi setiap saat kelahiran hidup.
            Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian ( umumnya atu karena akibat yang spesifik )  pada suatu populasi, sekala besar suatu populasi, perdikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 indvidu pertahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada  individual yang mempunyai penyakit sampai waktu  tertentu
            Mortalitas atau kematian dapat siapa saja, tua, muda kapan dan dimana saja berada kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
Reit Kematian Kasar (CDR) dan Reit Kematian Khusus
            Dalam studi-studi kematian sebelumnya dikenal konsep angka atau Reit Kematian Kasar (CDDR) dan konsep Reit Kematian Khusus, kematian di ukur dengan membandingkan jumlah penduduk dan jumlah kematian. Umpamanya suatu wilayah yang berpenduduk 3 juta jiwa mempunyai jumlah kematian sebanyak 100.000 akan memberikan angka :
             30 atau 1 kematian setiap 30 penduduk.
            Cara mengukur kematian seperti ini kemudian berkembang dengan cepat menjadi konsep Reit Kematian Kasar (CDR) yang mempunyai kegunaan praktis yang luas. Reit kematian kasar di hitung seperti berikut ( lihat juga Rasio dan Reit:
           
            CDR =
Dimana :
            CDR                            : Reit Kematian Kasar
            D                              : jumlah kematian selama 1 tahun atau tahun tertentu
            P tengah tahun                        : jumlah tengah tahun dari tahun yang sama
            K                                 : konstanta, lazimnya angka 1000
Seperti terlihat pada rumus tersebut, Reit kematian kasar biasanya di nyatakan dalam jumlah kematian per 1.000 penduduk per tahun
            Ukuran Reit Kematian Kasar memberikan berbagai manfaat disamping ada hal-hal yang kurang menguntungkan. Berbagai manfaat dapat dirinci sebagai berikut !
1.      Mendeskripsikan reit kematian keseluruhan penduduk suatu wilayah atau negara
2.      Makna Reit Kematian kasar dengan mudah dapat di mengerti oleh khalayak umum.
3.      Proses perhitungannya mudah dan cepat, data yang di butuhkan minimal.
4.      Meskipun direncanakan untuk analisis terinci dari tingkah-tingkah kematian, Reit Kematian Kasar memberikan gambaran pendahuluan yang berguna baik mengenai tingkat maupun kecenderungan-kecenderungan kematian.
Sebaliknya ada dua hsl yang menyababkan penggunaan ukuran Reit kematian Kasar kurang menguntungkan yaitu :
1.      Reit kematian kasar merupakan angka campuran yang komponen-komponen penyusunnya adalah kelompok-kelompok penduduk yang angka-angka kematian spesifikasinya sangat berbeda.
2.      Reit Kematian Kasar dipengaruhi oleh distribusi penduduk menurut kelompok.
Kematian Sekitar Kelahiran dan Sbelumnyya
            Dikenal berbagai istilah untuk menunjukan pada kematian-kematian yang terjadi selama masa kehamilan hingga bayi berumur satu tahun. Semua kematian yang terjadi sebelum lahir atau sebelum lepas dari ibunya disebut kematian janin. Suatu Janin dikatakan  non-viable apabila janin tersebut masih berumur kurang dari 20-28 minggu dalam kandungan, dan setelah itu dipandang sebagai viable. Abortus merupakan istilah yang di gunakan bagi kematian janin yang umumnya terjadi sebelum 20 minggu, dan kadang-kadang juga sampai dengan 28 minggu masa kehamilan. Dua kategori dari abortus masing-masing abortus yang disengaja yang dapat disebut sebagai pengangguran, dan abortus yang tidak disengaja atau abortus spontan disebut sebagai keguguran. Kematian-kematian janin sering dibagi 3 kelompok yaitu :
1.      Kematian jani dini ; yang umumnya dibatasi 20 minggu dalam kandungan atau dengan berat hingga 499 gram;
2.      Kematian janin intermediater; bilamana kematian terjadi antara 20-28 minggu dalam kandungan atau dengan berat antara 500-999 gram;
3.      Kematian janin lanjut; dimana kematian terjadi setelah 28 minggu dalam kandungan atau dengan berat 1.000 gram atau lebih.
Kematian yang terjadi setelah 20 minggu dalam kandungan hingga 28 hari atau 4 minggu setelah lahir sering dikatakan sebagai kematian periental. Sedangkan kematian periental standar di batasi pada kematian setelah 28 minggu dalam kandungan hingga 7 hari setelah lahir. Kematian extr uterine atau extra uterine death merupakan istilah bagi kematian setelah lepas secara sempurna dari tubuh ibu. Apabila kematian terjadi kira-kira antara 28 hingga 36 minggu dari umur janin di kenal kematian prematur. Kematian neonatal dan kematian post neonatal ­masing-masing menunjukan pada kematian yang terjadi setelah lahir hidup hingga umur 28 hari dan kematian setelah umur 28 hari hingga 365 hari ( 52 minggu ). Kematian neonatal dibagi pula menjadi kematian neonatal dini yaitu kematian umur antara 0-7 hari dan kematian neonatal lanjut yang merupakan kematian umur antara 7-28 hari setelah lahir hidup. Kematian perinatal yang telah dikemukakan diatas juga disebut sebagai mencakup lahir mati dan kematian neonatal. Kematian neonatal dan kematian post neonatal merupakan komponen-komponen penyusun kematian bayi yang merupakan kematian setelah lahir hidup sehingga berumur kurang dari satu tahun (52 minggu ). Reit kematian bayi ( IMR ) di hitung dengan menggunakan rumus :
            IMR = 
Dimana :
            IMR    : Reit Kematian Bayi
            ∑Do    : Jumlah Kematian Penduduk dibawah satu tahun dalam tahun tertentu
            ∑B       : Jumlah kelahiran ( lahir hidup ) dalam tahun yang sama,
            K         : konstanta, lazimnya angka 1.000
Penyebab Kematian
            Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas ( ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah.
 Kematian dan Faktor Sosial Ekonomi
            Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat ( Budi Oetomo, 1985) tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan.
Daftar Pustaka
[1]. Said rusli, pengantar ilmu kependudukan
[2] .Junaidi wawan, 2009. (Definisi mortalitas sosial media belajar)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini