Rabu, 26 September 2012

e.durkheim_harryjrnb_tugaske2

EMILE DURKHEIM (1858-1917)
OLEH: HARRY RIANDAYASA. JURNALISTIK-B
I.AGAMA
II. PEMBAGIAN KERJA
III. ANOMI
IV. FUNGSIONALISME
V. FAKTA SOSIAL
 
 
I.                    AGAMA
Definisi agama menurut Durkheim suatu agama adalah sebuah system kepercayaan dan tingkah laku yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap sakral, yaitu hal-hal yang dipisahkan dan dilarang kepercayaan dan perilaku yang mempersatukan semua penganutnya menjadi satu komunitas moral, yaitu berdasarkan nilai-nilai bersama, yang disebut umat.
Walaupun Durkheim sendiri termasuk orang atheis, dalam semua karyanya ia berulang kali menekankan sumbangan positif agama terhadap kesehatan masyarakat.  Seperti halnya frazer, Durkheim juga mencerna perbedaan tajam antara religi dan magi. Namun letak perbedaan itu juga dilihat dari sudut sosiologi, religi adalah kolektif sedangkan magi adalah individual (tidak ada umat).
Ritual religi adalah berkaitan dengan sesuatu yang sakral, sedangkan ritual magi seringkali mengingkari, menolak, memprofankan, malahan meledek yang sakral.
Melanggar larangan religius maupun magi menyebabkan hukuman  namun dalam hal magi hukuman itu menyusul otomatis, dan tidak ditambah dengan hukuman oleh masyarakat. Dalam religi, hukuman itu ada dua : yang satu oleh tuhan atau kekuatan lain yang diimani, yang kedua oleh masyarakat. (kalo kita mengambil islam sebagai contoh, dosa-dosa dibalas dengan siksa kubur dan neraka, dan disamping itu juga terdapat hukum syar'i) dalam magi tidak ada konsepsi dosa  kalo larangan magi ( misalnya pantangan ) dilanggar, masyarakat  tidak peduli ; akibat buruk yang dipercayai adalah pribadi saja (lukes, 1988).
 
 
 
II.                  PEMBAGIAN KERJA (DIVISION OF LABOR)
Di dalam argument Durkheim bahwa adanya eksploitasi yang inheren dalam pembagian kerja yang "dipaksakan" akan mengakibatkan konflik kelas dan menghalangi solidaritas social. Walaupun begitu, Durkheim tidak menganggap Marxisme memberikan solusi yang memadai. Dalam pandangannya, problem-problem yang berkaitan dengan transisi menuju modernitas tak akan dapat diatasi baik lewat revolusi maupun reaksi konservatif, kecuali lewat ilmu-ilmu sosial. Persoalan yang terdapat dalam sosialisme, menurutnya, adalah bahwa kesimpulan-kesimpula serta prasyarat-prasyaratnya didasarkan pada pemahaman ilimiah yang tak memadai mengenai realitas sosial yang ada.
 
III.                ANOMI
Durkheim mengatakan anomi adalah kondisi masyarakat yang sudah tidak mempunyai system pengaturan utama dan tidak berfungsi lagi dalam membentuk ketraturan dan hubungan harmonisnya. Secara subyektif individu mengalami keadaan tidak pasti, tidak aman, dimana keinginan dan ambisi pribadinya tidak mungkin untuk dipenuhinya secara realistik , ada perasaan tidak punya hati yang merasa curiga bahwa hidup ini benar-benar tidak punya tujuan dan tidak punya arti.
Fenomena anomi dalam bentuk penyakit dalam masyarakat :
1.       Anomi pada pembagian kerja, seperti kasus krisis industri dimana terjadi permusuhan antara buruh dan pengusaha, sehingga indidu terisolasi
2.       Tingginya intensitas pembagian kerja, sehingga penempatan individu tidak berdasarkan kemampuannya.
3.       Bentuk katologis lainnya yaitu fungsi tugas tidak dikerjakan secara penuh pada system.
 
 
 
 
IV.                FUNGSIONALISME
Asumsi-asumsi dasar Durkheim mencerminkan pokok-pokok pikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme. Asumsi dasar itu adalah :
a.       Masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat dibedakan dari bagian-bagiannya. Masyarakat juga tidak dapat di habiskan kedalam bagian-bagiannya. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu keseluruhan
b.       Bagian-bagian suatu system dianggap memenuhi fungsi-fungsi pokok, maupun kebutuhan system secara keseluruhan.
c.       Kebutuhan pokok suatu system social harus dipenuhi, untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau partologis
d.       Setiap system mempunyai pokok-pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.
Durkheim mengakui anilsa yang diperkenalkannya mengandung berbagai bahaya, namun dia memberikan beberapa alternative untuk mengatasi kelemahan itu. Pertama-tama dia menyadari analisa teleogis, yakni bahwa berbagai konsekuensi terjadi di masa mendatang suatu gejala. Dengan tujuan akhirnya ,yaitu fungsinya.
Durkheim memberi peringatan mengenai kelemahaman  atau bahayabya mempergunakan pemikiran teleologis ,namun durkheim  mempergunakannya dalam karya-karyanya yang penting. Dalam karyanya  mengenai pembagaian kerja , Durkheim senantiasa mengadakan pembedaan antara sebab dengan fungsi. Penalaran dapat dianggap sebagai teleology  yang tidak tepat.akibat pembagian kerja merupakan  penyebab pula dari pembagian kerja. Durkheim memberika tekanan pada keselurahan system social, namun dengan memasukkan asumsi-asumsi organismic seperti fungsi , kebutuhan, keadaan normal, patologi. Durkheim memasukkan konsep-konsep kedalam teori sosiologi hampir tiga perempat abad lamanya.
 
 
V.                  FAKTA SOSIAL
Emile Durekheim adalah orang pertama yang menunjukkan fakta social sebagai pokok persoalan yang harus dipelajari oleh disiplin sosiologi. Fakta social dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda dari dunia ide yang menjadi sasaran penyelidik dari filsafat. 
Pendapat Durkheim fakta social di anggapnya sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek penyelidikian seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta social terdiri atas dua jenis, yaitu :
1.       Dalam bentuk material, berupa barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi, contohnya arsitektur atau norma hokum.
2.       Dalam bentuk non material, merupakan fenomena yang terkandung dalam diri manusia sendiri hanya muncul dalam kesadaran manusia.
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini