1) Teori Tentang Kelas-Kelas Sosial Marx
Analisis tentang masyarakat dalam masalah kelas social sebenarnya tidak ditemukan oleh Marx. Perkembangan kapitalisme pernah mengacau-balaukan masyarakat feudal yang terstruktur pada tiga aturan besar yaitu: kaum petani,kaum aristocrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, idustri dan pusat-pusat urban muncullah dua kelas baru: pertama kelas borjuis(bourgeois) yang telah mendestabilisikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan, dan kemudian kalangan proletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industry besar.
Proyek yang dilakukan Marx kurang mengungkapkan eksistensi kelas-kelas social atau mendeskripsikan situasinya disbanding memahami dinamika pergulatan kelas. Pertama ia mendefinisikan kelas-kelas itu lewat situasi yang dikaitkan dengan hubungan produksi. Kaum Borjuis menjadi pemilik modal. Namun yang terpenting menurut Marx bukanlah membuat deskripsi tentang stratifikasi social. Ia ingin mendeskripsikan dinamika sebuah masyarakat yang menurut pendaapatnya bergerak dalam satu konflik sentral yaitu: perjuangan kelas, yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Karena pergulatan antar kelas ini harus berujung pada terjadinya perubahan dalam masyarakat, maka pemberontakan haruslah bertransformasi dalam bentuk revolusi.
2) Teori Agama Marx
Marx memiliki sebuah teori tentang ideology sebagai semacam aliensi. Pengertian ini dipinjam filsuf Ludwig Feurbach yang merupakan penulis L'Essence du christianisme (Esensi Kristianisme) (1864). Bagi Feurbach agama itu merupakan proyeksi dalam bentuk "surga bagi pemikiran (ide)", harapan dan keyakinan manusia. Orang bias mempercayai eksistensi Tuhan secara riil seperti ditemukannya. Marx mengambil kembali pemikiran ini (bahwa agama adalah "candu bagi masyarakat"). Selanjutnya ia akan mengusungnya ke dalam analisis komoditas.
3) Modal Produksi
Marx sangat tertarik terhadap pendirian para ekonom politik. Ia memuji premis dasar mereka yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan sumber seluruh kekayaan. Pada dasarnya premis inilah yang menyebabkan Marx merumuskan teori nilai tenaga kerja. Dalam teori ini ia menegaskan bahwa keuntunga kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja. Kapitalis melakukan muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari yang selayaknya mereka terima, karena mereka menerima upah kurang dari nilai barang yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu periode kerja.
Daftar Pustaka
TeoriRitzer,George, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007
Jurusan KPI D
Dinda Tiara Alfianti
(Tugas Ke_3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar