Rabu, 26 September 2012

Tugas 3 Sosiologi Karl Marx_ KPI 1 D_AGUN AKBAR TABRANI

PERTENTANGAN KELAS KARL MARX :
                Analisis tentang masyarakat dalam masalah kelas sosial sebenernya tidak ditemukan oleh marx. Bahkan para penulis dari kalangan "borjuis" seperti adam smith atau alexis de tocqueville juga mengakui sebelumnya bahwa masyarakat memang terbagi atas kelas-kelas yang di tentukan oleh posisi ekonomi, status, penghasilan, posisi kekuasaan yang berbeda dan memiliki kepentingan yang berkelindan. Untuk memahami teori marx dan kemudian mendiskusikan relevansi teori ini maka kita perlu memahami spesifikasinya.
                Perlu diingat lagi dalam masyarakat seperti apakah Marx pernah hidup. Perkembangan kapitalisme pernah mengacaubalaukan masyarakat feodal yang terstruktur pada tiga aturan besar yaitu: kaum petani, kaum aristokrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, industri dan pusat-pusat urban muncullah dua kelas baru: pertama kelas borjuis (bourgeois) yang telah mendestabilisasikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan, dan kemudian kalangan proletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industri besar.
                Yang terpenting menurut Marx bukanlah membuat deskripsi tentang stratifikasi sosial. Dia hanya ingin mendeskripsikan dinamika sebuah masyarakat yang menurut pendapatnya bergerak dalam satu konflik sentral yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Kaum borjuis yang didorong oleh persaingan dan haus akan keuntungan tergerak untuk semakin lama semakin mengeksploitasi kaum proletar. Karena terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran yang bersifat endemik maka kelas proletar hanya memiliki satu-satunya jalan keluar yaitu pemberontakan sporadis atau melakukan revolusi. Karena pergulatan antar kelas ini harus berujung pada terjadinya perubahan dalam masyarakat, maka pemberontakan haruslah bertransformasi dalam bentuk revolusi.
                Dengan mempergunakan kosakata istilah yang diwarisi dari Hegel, Marx membedakan "kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri" dari "kelas bagi dirinya sendiri". Kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan individu yang secara umum memiliki kondisi kerja yang sama, status yang sama dan permasalahan yang sama, namun tidak harus terorganisasikan dalam suatu proyek atau rencana bersama. Sedangkan kelas nagi dirinya sendiri merupakan sebuah kelas yang karena telah menyadari akan adanya kepentingan bersama, lalu mengorganisasikan diri menjadi gerakan sosial berbentuk sindikat dan partai, yang berarti menempa diri untuk mencari identitas.
MODAL PRODUKSI :
                Dasar atau fundamen masyarakat terletak dalam kehidupan materiilnya. Dengan bekerja manusia menghasilkan (berproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat. Jadi "dalam ekonomi politik kita bisa menemukan anatomi masyarakat sipil". Struktur ekonomi masyarakat merupakan "fondasi riil yang menjadi dasar pendirian bangunan yuridis dan politik, serta menjadi jawaban atas bentuk-bentuk kesadaran sosial yang telah ditentukan". Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, malahan "sebaliknya eksistensinya sosiallah yang menentukan kesadaran mereka".
                Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa "tenaga kerja produksi" (manusia,mesin dan tekhnik) dan "hubungan produksi (perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk 'kaki penopang' yang menyangga superstruktur politik, yuridis dan ideologis masyarakat. Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi: dari yang model kuno, model asia, feodalistis, dan borjuis.
                Awalnya dia hendak berposisi terhadap pandangan sejarah idealis, terutama yang berasal dari "pemuda penganut aliran Hegel" yang dikritiknya secara tajam dalam L'Ideologie allemande (1845). Kaum idealis ini menganggap bahwa pemikiran mengatur dunia , oleh karena itu perlu diterapkan pemikiran-pemikiran yang baru pula. Menghadapi aliran "ideolog" ini Marx mempertahankan pendapatnya tentang materiliasme dalam hal prinsip yang rumusan yang begitu meyakinkan. Kritiknya terhadap Hegelianisme "menjatuhkan" posisi aliran idealis dan menegaskan adanya konsep materialis dimana masyarakat dianggap semacam piramida. Bagian terbawah terdiri atas dasar material, ekonomi dan diatasnya politik, hukum dan kemudian pemikiran. Bergantinya suatu cara produksi lain menimbulkan kontradiksi-kontradiksi ekonomi, dan ini mengakibatkan pertarungan kelas. Dalam manifeste du parti communiste materialisme dianggap tak kenal ampun dan determinisme di pandang begitu kuat.
AGAMA MENURUT KARL MARX :
  Marx menempatkan agama sebagai candu bagi masyarakat, karena seperti dalam kutipan Marx dalam Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right (1843). "Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat."
Marx percaya bahwa agama itu seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun berbandingterbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk agama. Marx menyatakan dengan jelas bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
 
DAFTAR PUSTAKA
Cabin, Phillipe. 2004. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta : Penerbit Kreasi Wacana.
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini