Rabu, 26 September 2012

Emile durkheim _ yasir arafat _ jurnalistik_1b_tugas ke 2


FUNGSIONALISME
Sebagai ahli waris teradisi pemikiran sosial prancis khususnya ajaran organisme yang di ajarkan oleh comte, tidaklah terlalu mengherankan hasil- hasil karya emile durkheim terpengaruh teologi organistik. Walaupun dalam bukunya the division of labor durkheim melancarkan kritik terhadap specer, namun hasil – hasil karya sesudahnya sangat terpengaruh oleh aliran biologis dalam situasi intelektual abad ke-19, kecuali, itu asumsi – asumsi dasar durkheim mencerminkan pokok – pokok pemikiran mereka yang sangat terpengaruh oleh aliran organisme. Asumsi dasar itu adalah :     
A.    Masyarakat tidak dapat di pandang sebagai suatu hal yang berdiri sendiri yang dapat di bedakan dari bagian – bagiannya. Masyarakat harus di lihat sebagai suatu kesuluruhan.
B.     Bagian – bagian suatu sistem dianggap memenuhi fungsi – fungsi pokok. Maupun kebutuhan sistem secara keseluruhan.
C.     Kebutuhan pokok suatu sistem sosial harus di penuhi. Untuk mencegah terjadinya keadaan abnormal atau patologis.
D.    Setiap sistem mempunyai pokok – pokok keserasian tertentu yang segala sesuatunya akan berfungsi secara normal.
Durkhiem mengakui analisa yang diperkenalkannya mengandung berbagai bahaya. Namun dia memberikan berbagai alternatif untuk mengatasi kelemahan itu. Pertama – tama dai menyadari kelemahan analisa teologis. Yakni berbagai konsekuensi yang terjadi di masa mendatang suatugejala menjadi penyebab terjadinya gejala tersebut. Dengan demikian harus dibedakan antara sebab – sebab terjadinya gejala dengan tujuan akhirnya. Yaitu fungsinya.             
AGAMA
Durkheim berusaha memahami esensi fenomena keagamaan. Kemudian ia menyimpulkan bahwa agama itu " sesungguhnya adalah masalah sosial " dan ia juga meyakini bahwa  "agama adalah hal yang paling perimitif dari segala fenomena sosial. Semua menifestasi lain dalam kolektif berasal dari agama melalui berbagai transformasi secara berturut – turut antara lain menyangkut hukum, moral, seni, bentuk politik dsb"
 
FAKTA SOSIAL
Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian di ujinya melalui studi empiris. Dalam the rule of sosiological method (1895/1982) durkheim menekankan bahwa sosiologi adalah mempelajari apa yangg ia sebut sebagai fakta – fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan (forces) (takla dan pope,1985) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Studi tentang kekuatan dan struktur berkala luas ini misalnya. Hukumyang melembaga dan keyakinan moral bersama dan pengaruhnya terhadap individu menjadi sasaran studi banyak teoritisi sosiologi di kemidian hari (misalnya parons). Dalam bukunya yang berjudul suicide (1897/1951) durkheim berpendapat bahwa ia dapat menghubungkan prilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab – sebab sosial (fakta sosial) maka ia dapat akan menciptakan alasan keyakinan tenteng pentingnya disiplin sosiologi. Tetapi, durkheim tak sampai menguji mengpa individu A atau B melakukan bunuh diri, ia lebih tertarik tehadap penyebab yang berbeda – beda dalam rata – rata perilaku bunuh diri dikalangan kelompok, wilayah, negara, dan kalangan golongan individu yang berbeda (misalnya antara orang yang kawin dan lajang). Argumen dasarnya bahwa sifat dan perubahan fakta sosiallah yang menyebabkan perbedaan rata – rata bunuh diri.  Misalnya, perang atau depresi ekonomi dapat menciptakan perasaan depresi kolektif yang selanjutnya dapat meningkatkan angka bunuh diri masih banyak lagi yang dapat di bahas dalam masalah ini tetapi tijuan kita disini adalah untuk mengatakan bahwa durkheim mengembangkan pandangan sosiologi tersendiri dan mencoba menunjukan kegunaannya dalam studi ilmiah tentang bunuh diri.               
ANOMALI
Untuk sampai ke sebuah moral baru kita tidak cukup hanya membcarakannya. Tetapi pertama – tama harus mempercepat moment terjadinya reformasi yang bertujuan untuk membangun solidaritas baru antara individu.
Saat ini "'ruang lingkup kehidupan kolektif tunduk pada peraturan yang menjadi perantaranya. Dari situasi snomi inlah asal – usul berbagai konflik tiada henti bermunculan beserta kekacauan segala jenis seperti yang di berikan oleh dunia ekonomi sehingga menjadikan pandangan yang menyedihkan sia – sia saja kita mejusttifikasikan ketidak teraturan ini dengan menilai bahwa hal ini akan mendukung pengembangan kebebasan individu. Tidak ada yang lebih keliru lagi selain antagonisme antara otoritas pemegang peraturan dengan kebebasan inidividu. Sebaliknya kebebasan tersendiri adalah hasil peraturan"
PEMBAGIAN KERJA
ia menyimpulkan bahwa mastarakat primitif di persatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh ikatan moralitas bersama, atau apa oleh yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat tetapi, karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadarn kolektif itu telah menurun. Ikatan utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang ruwet, yang yang mengikat orang yang satu dengan yang lainnya dalam hubungan yang saling bergantung, tetapi menurut durkheim, pembagian kerja adalah dalam masyarakat modern menimbulkan beberapa patologi(patologos). Dengan kata lain, divisi kerja bukan metode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. Kecendrungan sosiologi konsevatif durkhiem terlihat ketika ia menganggap revolus itak di perlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurutnya. Berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sisitem sosial modern agar tetap berfungsi. Meski ia mengakui bahwa tak mungkin kembali ke masa lalu dimana kesadaran kolektif masih menonjol. Namun ia mengangap bahwa masyarakat modern moralitas bersama dapat diperkuat dan karna itu manusia akan dapat menanggulangi penyakit sosial yang mereka alami dengan cara yang lebih baik            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini