Rabu, 26 September 2012

Tugas 3 Sosiologi Karl Marx_ KPI 1 D_Nur Triana Yuliani


KARL MARX
Karl Marx (1818-1883) sebenarmya bukan seorang sosiolog. Bahkan istilah sosiologi tidak pernah muncul dalam karya-karyanya. Hal penting dari analisisnya tidak hanya yang diakui oleh para pengikut "Marxis" saja namun juga oleh para penulis lain seperti Max Weber atau Raymond Aron yang meski tidak memilliki pandangan sama tetapi telah mengakui kegeniusannya. Karl Marx adalah seseorang yang sangat terpengaruh oleh pemikiran Hegel.
1.       Pertentangan Kelas Menurut Karl Marx
Konflik kelas diambil sebagai titik sentral dari masyarakat. Konflik antara kaum kapitalis dan proletar adalah sentral dari masyarakat. Segala macam konflik mengasumsikan bentuk dari peningkatan konsolidasi terhadap kekacauan. Kaum kapitalis telah mengelompokkan populasi, memusatkan tujuan produksi dan mengkonsentrasikan produksi pada segelintir orang saja. Kaum borjuis telah menciptakan kekuatan produktif dari semua generasi dalam sejarah sebelumnya. Tetapi kelas-kelas itu juga berlawanan antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat menjadi terpecah ke dalam dua kelas besar yaitu borjuis dan proletar.
Dasar analisis kalangan Marxis adalah konsep kekuatan politik sebagai pembantu terhadap kekuatan kelas dan perjuangan politik sebagai bentuk khusus dari perjuangan kelas. Struktur administratif negara modern adalah sebuah komite yang mengatur urusan sehari-hari kaum borjuis. Sebuah bagian dari produksi umum membuat jalan masa depan bagi konflik-konflik ini. Hal itu memperkirakan bahwa kelas menengah pada akhirnya akan hilang. Pedagang, perajin masuk ke dalam golongan proletar sebab modal kecil tidak dapat bersaing dengan modal besar. Sehingga proletar direkrut dari semua kelas populasi. Perbedaan antara kaum buruh/pekerja kemudian akan terhapus. Kaum pekerja akan memulai bentuk kombinasi. Konflik akan sering muncul di antara dua kelas ini. Kaum buruh memulainya dengan bentuk perlawanan koalisi borjuis agar upah mereka terjaga. Mereka membentuk perkumpulan yang kuat dan dapat memberikan dukungan kepada mereka ketika perjuangan semakin menguat. Bagian dari proletarianisasi kaum borjuis telah menyebabkan kaum proletar dengan unsur-unsur pencerahan dan kemajuan, peningkatan potensial secara revolusioner.
2.    Modal Produksi
Cara produksi dari sebuah masyarakat ialah berupa tenaga kerja produksi (manusia, mesin dan teknik) dan hubungan produksi (perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk kaki penopang yang menyangga superstruktur politik, yuridis, dan ideologis masyarakat. Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi: dari yang model kuno, model Asia, feodalistis dan borjuis. Ketika sampai pada tingkat perkembangan tertentu, tenaga produksi mulai terlibat konflik dengan hubungan produksi. Itu sebabnya maka, "dimulailah era revolusi sosial."
Di dalam produksi sosial eksistensi, manusia menjalin hubungan tertentu, yang dibutuhkan dan bebas sesuai keinginan mereka; hubungan-hubungan produksi ini berkaitan dengan level tertentu yang terkait dengan perkembangan tenaga produksi material. Keseluruhan hubungan ini membentuk struktur ekonomi masyarakat, sebagai fondasi riil yang menjadi dasar berdirinya bangunan yuridis dan politik, dan sebagai jawaban atas bentuk-bentuk tertentu dalam kesadaran sosial. Cara produksi dalam kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, namun sebaliknya, eksistensi sosial mereka menentukan kesadaran tersebut.
3.    Pandangan Agama Menurut Karl Marx
Marx menempatkan agama sebagai candu bagi masyarakat, karena seperti dalam kutipan Marx dalam Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right (1843). "Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat." Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi sebagai aliensi. Pengertian ini dipinjam filsuf Ludwig Feurbach yang merupakan penulis L'Essence du christianisme (Esensi Kristianisme) (1864). Bagi Feurbach agama itu merupakan proyeksi dalam bentuk "surga bagi pemikiran (ide)".
DAFTAR PUSTAKA
Cabin, Phillipe. 2004. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta : Penerbit Kreasi Wacana.
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini