SOSIOLOGI MENURUT KARL MARX
Karl Marx sebenarnya bukan seorang sosiolog. Bahkan istilah sosiologi tidak pernah muncul dalam karya-karyanya. Namun demikian jelas bahwa ia bisa ditempatkan di antara sekian tokoh klasik dari displin ilmu. Hal penting dari analisisnya tidak hanya diakui oleh para pengikut "Marxis" saja (meski sekarang jumlah mereka agak berkurang) namun juga oleh para penulis lain seperti Max Weber atau Raymond Aron yang meski tidak memiliki pandangan sama tetapi tetapi telah mengakui Karl Marx sebagai referensi wajib dan menakui kegeniusannya.
1. Teori Tentang Kelas
Perkembangan kapitalisme pernah mengacaubalaukan masyarakat feodal yang terstruktur pada tiga aturan besar yaitu: kaum petani, kaum aristocrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, industry dan pusat-pusat urban muncullah dua kelas baru: pertama kelas borjuis (bourgeois) yang telah mendestabilisasikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan, dan kemudian kalangan proletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkel kerja dan firma-firma industri besar. Berbagai kondisi kerja dan eksistensi kaum proletar pada pertengahan abad XIX banyak dilaporkan melalui sejumlah penelitian. Friedrich Engels rekan kerja Marx pernah mendeskripsikan kodisi kaum proletar Inggris yang mengenaskan dalam rapport surlasituation delaclasse laborieuse angleterre (laporan tentang situasi kelas pekerja di Inggris) (1844).
2. Teori Tentang Agama
Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi sebagai semacam alienasi. Pengertian ini dipinjam filsuf Ludwig Feuerbach yang merupakan penulis L'Essence du christianisme (Esensi Kristianisme) (1864). Bagi Feuerbach agama itu merupakan proyeksi dalam bentuk "surge bagi pemikiran (ide)", harapan dan keyakinan manusia. Orang bisa memercayai eksistensi Tuhan secara riil seperti yang ditemukannya. Marx mengambil kembali pemikiran ini (bahwa adalah "candu bagi masyarakat"). Selanjutnya ia akan mengusungnya ke dalam analisis komoditas.
3. Teori Tentang Modal Produksi
Marx sangat tertarik terhadap pendirian para ekonom politik. Ia memuji premis dasar mereka yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan sumber seluruh kekayaan. Pada dasarnya premis inilah yang menyebabkan Marx merumuskan teori nilai tenaga kerja. Dalam teori ini ia menegaskan bahwa keuntunga kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja. Kapitalis melakukan muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari yang selayaknya mereka terima, karena mereka menerima upah kurang dari nilai barang yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu periode kerja.
Suatu masyarakat cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh karena itu, relasi-relasi produksi bergantung pada wilayah kekuatan-kekuatan material produksi. Kekuatan tersebut adalah alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya. Dalam Ideologi Jerman (1844-6), Marx dan Engels mengajukan ada empat bentuk moda produksi pokok dalam perjalanan sejarah manusia, yaitu moda kesukuan yang terkait dengan bentuk-bentuk produksi primitif seperti berburu-meramu dan pertanian sederhana, sistem kepemilikan budak Yunani-Romawi Kuno, moda produksi feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi di Perancis
dan Inggris sebelum Revolusi Perancis, dan modal produksi kapitalis.
Daftar Pustaka
Cabin, Phillipe. 2004. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta: Penerbit Kreai Wacana
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar