Rabu, 09 Oktober 2013

Muhammad Ihsan Fauzi_KPI1C_Tugas5_Teori Kritis (marxian)

Muhammad Ihsan Fauzi; 1113051000118
TEORI KRITIS

Teori kritis ini di resmikan di Frankfurt, Jerman, 23 Februari 1923.
Teori kritis merupakan produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tidak
puas dengan teori Marxian, terutama kecenderungan determinisme
ekonomi. Tetapi terjadi perubahan besar (1930) karena kelompok
pemikir mulai menggeser perhatian mereka dari sistem ekonomi ke
kultural.
Kritik Utama terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual
Teori kritis terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek (lebih ke
kehidupan sosial dan intelektual).
Kritik terhadap teori Marxian
Teoritisi kritis tidak sepakat dengan pemikir Marxis (penganut
determinisme ekonomi mekanistis). Mereka mengritik determinisme Marx
yang terlalu mekanistis. Teoritisi kritis tidak menyalahkan
determinis ekonomi keliru, karena saat memusatkan perhatian di bidang
ekonomi, seharusnya memusatkan perhatian pada aspek kehidupan sosial
juga.

Kritik terhadap Positivisme
Aliran kritis menentang positivisme, karena lebih cenderung melihat
kehidupan sosial sebagai proses alamiah. Positivisme dianggap
mengabaikan aktor, di mana menurunkan aktor ke derajat yang pasif yang
ditentukan kekuatan ilmiah. Kritik ini mengarah ke pandangan bahwa
positivisme bersifat konserfatif, karena dengan teorinya menyebabkan
aktor dan ilmuan sosial menjadi pasif.

Kritik terhadap Sosiologi
Karena "keilmiahannya" sosiologi mendapat serangan. Pandangan
sosiolog bahwa sosiologi lebih memperhatikan masyarakat sebagai satu
kesatuan daripada memperhatikan individu dalam masyarakat. Pandangan
ini yang menjadi landasan serangan teoritisi kritis terhadap
sosiologi.

Kritik terhadap Masyarakat Modern
Pandangan aliran kritis, bahwa dalam masyarakat modern penindasan
dihasilkan oleh rasionalitass yang mengganti eksploitasi ekonomi
sebagai masalah sosial dominan.
Kritik terhadap Kultur
Kritik terhadap "industri kultur (struktur yang dirasionalkan dan
dibirokrasikan; seperti televisi; yang mengendalikan kultur modern)".
Kecemasan Teoritisi kritis adalah pengaruh yang bersifat menindas dan
membius dari industri kultur terhadap rakyat.
Kontribusi-kontribusi Utama

Subjektivitas
Memahamkan kita tentang elemen subyektif (individu dan kultur) dan
kehidupan sosial.
Dialektika
Pendekatan dialektika berarti fokus pada totalitas sosial. Totalitas
sosial merupakan tidak adanya aspek parsialdari kehidupan sosial dan
tidak ada fenomena yang terisolasi yang dapat difahami kecuali
dikaitkan dengan sejarah secara keseluruhan, kepada struktur
sosialyang dibayangkan sebagaientitas global.
Pengetahuan dan kepentingan manusia
Faktor objektif dan subjektif, di mana keduanya tidan ditangani
secara terpisah. Sistem pengetahuan berada pada level objektif dan
kepentingan manusia adalah subjektif.

Kritik terhadap Teori Kritis

Teori kritis dituduh bersifat ahistoris.
Mengabakan ekonomi
Pekerja telah hilang sebagai mana halnya kekuatan revolusione.


Pada tanggal 01/10/13, Ihsan Fauzi <ican085643@gmail.com> menulis:
> Muhammad Ihsan Fauzi (1113051000118)
>
> *KEKUATAN SOSIAL DALAM PERKEMBANGAN TEORI SOSIOLOGI*
>
> * *
>
> *I. Auguste Comte*
>
> Comte mengembangkan fisika sosial (yang pada tahun 1839 disebut
> sosiologi).*
> *Penggunaan istilah fisika sosial jelas menunjukkan bahwa Comte berupaya
> agar sosiologi meniru model *"hard sciences". *Ilmu baru ini adalah ilmu
> yang mempelajari *social statics *(statika sosial atau struktur sosial) dan
> *social dynamics* (dinamika sosial atau perubahan sosial). Meski keduanya
> dimaksudkan untuk menemukan hukum-hukum kehidupan sosial, Comte merasa
> bahwa dinamika sosial lebih penting daripada statika sosial. Tekanan pada
> perubahan sosial ini mencerminkan perhatiaannya yang sangat besar terhadap
> reformasi sosial terutama pada penyakit-penyakit sosial yang diciptakan
> oleh Revolusi Perancis dan pencerahan kala itu. Comte tidak menginginkan
> perubahan revolusioner karena ia merasa revolusi masyarakat secara alamiah
> akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Reformasi hanya diperlukan
> untuk membantu proses. Meskipun Comte mempunyai basis akademik yang kurang
> kuat untuk membangun teori sosiologi alirannya sendiri, tetapi ia telah
> meletakkan fondasi bagi pengembangan aliran teori sosiologi.
>
> *II. Emile Durkheim*
>
> Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi dan diujinya melalui
> studi empiris. Dalam *The Rule of Socioloogical Method* (1895/1982)
> Durhkeim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia
> sebut sebagai *fakta-fakta sosial. *Ia membayangkan fakta sosial sebagai
> kekuatan (*force*) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa
> individu. Ia membedakan fakta sosial antara dua tipe fakta sosial:
> material dan nonmaterial. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya,
> perhatian utamanya lebih tertuju pada *fakta sosial nonmaterial* (misalnya
> kultur, institusi sosial) daripada *fakta material* (birokrasi,
> hukum). Perhatiannya
> terhadap fakta sosial nonmaterial ini telah jelas dalam karyanya paling
> awal, The Division of Labor in Society (1893/1964). Dalam buku ini
> perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa
> yang membuat masyarakat dikatakan primitive atau modern.
>
> *III. Karl Marx*
>
> Marx sebenarnya sedikit sekali memimpikan keadaan masyarakat
> seperti yang diimpikan pemikir sosialis utopian (Lovell,1992). Marx lebih
> memikirkan upaya mematikan kapitalisme menggantinya dengan sosialisme.
> Untuk
> menciptakan sistem sosialisme, orang harus bertindak pada waktu dan dengan
> cara yang tepat. Sosialisme menurut pengertian paling mendasar adalah
> suatu masyarakat di mana mula-mula orang akan mendekati citra ideal Marx
> tentang produktivitas. Dimana produktivitas manusia bersifat alamiah, yang
> memungkinkan manusia mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang manusia
> miliki. Dorongan itu diwujudkan bersama-sama dengan orang lain. Dengan kata
> lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial.
>
> *IV. Max Weber*
>
> * *Weber pada dasarnya mengemukakan teori kapitalisme, sedangkan
> karya Weber pada dasarnya adalah teori tentang proses rasionalisasi. Weber
> tertarik pada masalah umum seperti mengapa institusi sosial di dunia barat,
> berkembang semakin rasional sedangkan rintangan kuat tampaknya mencegah
> perkembangan serupa di belahan bumi lain. Meski konsep rasionalitas
> digunakan dengan berbagai cara yang berlainan dalam karya Weber, yang
> menjadi sasaran perhatian disini adalah salah satu dari empat jenis proses
> yang diidentifikasi oleh Kalberg (1980,1990,1994; lihat juga Brubaker,
> 1981) yakni *rasionalitas formal.* Rasionalitas formal meliputi proses
> berfikir actor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal
> ini pilihan dibuat dengan merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang
> diterapkan secara universal. Ketiganya berasal dari berbagai struktur
> berskala besar, terutama struktur birokrasi dam ekonomi. Weber
> mengembangkan teorinya dalam konteks dtudi perbandingan sejarah masyarakat
> Barat, Cina, India, dan beberapa masyarakat lain. Dalam studi ini mencoba
> melukisan faktor yang membanntu mendorong atau kembali merintangi
> perkembangan rasionalisasi.
>
> *Kesimpulan*
>
> *Auguste Comte *disetiap definisinya menuju kearah reformisme sosial yang
> menentang adanya revolusi perancis dikala itu. Begitu juga dengan *Emile
> Durkheim, *penekanannya terhadap sains dan reformisme sosial.
>
> Perbandingan atas teori Karl Marx dengan Max Weber yang tidak berbanding
> lurus. Dalam hal ini *Karl Marx* lebih menekankan kepada sector ekonomi
> yang melukiskan kehidupan kapitalis. Hal ini berbeda *Max Weber* yang
> lebih menngunakan rasionalisasi dalam teorinya.
>
> *Referensi*
>
> George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
> Penerbit Prenada media grup, 2012
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini