MAX WEBER
Marxisme
Perkembangan Marxisme Eropa di Akhir Abad 19
Antara 1875 dan 1925 terdapat sedikit tumpang-tindih antara Marxisme dan sosiologi (kecuali Weber). Kedua aliran pemikiran ini (Marxisme dan Weberian) berkembang secara paralel dengan sedikit atau tak ada pertukaran pemikiran antara keduanya.
Setelah kematian Marx, teori Marxian mula-mula didominasi oleh orang yang melihat adanya determinisme ekonomi dan ilmiah dalam teorinya. Wallerstein menyebutkan era ini sebagai era "Marxisme ortodoks" (1986:1301). Pada dasarnya Marxisme ortodoks ini adalah teori ilmiah Marx yang telah membuka kedok hukum ekonomi yang menguasai dunia kapitalis. Hukum ekonomi itu menunjukkan keruntuhan sistem kapitalis yang tak terelakkan. Pemikir Marxian awal seperti Karl Kautsky berupaya mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai cara berperannya hukum ekonomi itu.
Marxis Hegelian menolak untuk menurunkan Marxisme menjadi teori ilmiah yang mengabaikan pemikiran dan tindakan individu. Mereka dinamakan Marxis Hegelian karena mereka mencoba menyatukan pemikiran Hegel tentang kesadaran dengan determinisme ekonomi Marx yang memusatkan perhatian pada struktur ekonomi masyarakat. Sederhananya, pemikiran Marxis Hegelian ini menekankan pada pentingnya tindakan individu dalam melaksanakan revolusi sosial.
Teori Kritis
Teori kritis adalaha produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan teori Marxian (Bernstein, 1995; Kellner, 1993), terutama kecenderungannya menuju determinisme ekonomi.
Kritik Utama terhadap Kehidupan Sosial dan Intelektual
Kritik terhadap Teori Marxian. Teori kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teori kritis ini merasa sangat terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang mekanistis (Antonio, 1981; Schroyer, 1973; Sewart, 1978). Teoritisi kritis tak menyatakan bahwa determinis ekoonomi keliru, ketika memusatkan perhatian pada bidang ekonomi, tetapi karena mereka seharusnya juga memusatkan perhatian pada aspek kehidupan sosial yang lain. Selain menyerang teori Marxian lain, aliran kritis mengkritik masyarakat seperti bekas Uni Soviet yang pura-pura dibangun berdasarkan teori Marxian (Marcuse, 1958).
Kritik terhadap Positivisme. Kritik terhadap positivisme sekurangnya sebagian berkaitan dengan kritik terhadap determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang pengetahuan. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah tunggal dapat diterapkan pada seluruh bidang studi. Penganut positivisme yakin bahwa pengetahuan bersifat netral. Mereka merasa bahwa mereka dapat mencegah masuknya nilai-nilai kemanusiaan ke dalam pemikiran mereka.
Aliran kritis menentang positivisme karena berbagai alasan (Sewart, 1978). Pertama, positivisme cenderung melihat kehidupan sosial sebagai proses alamiah. Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor (Habermas, 1971), menurunkan aktor ke derajat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan ilmiah. Positivisme diserang karena berpuas diri hanya dengan menilai untuk mencapai tujuan tertentu, dan karena tak membuat penilaian seni terhadap tujuan.
Kritik terhadap Sosiologi. Sosiologi diserang karena "keilmiahannya" yakni karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan di dalam dirinya sndiri. Menurut aliran kritis, sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas oleh masyarakat masa.
Kritik terhadap Masyarakat Modern. Sebagian besar karya dari para ilmuan sosial dari Frankfurt School mengkritik masyarakat modern dengan segala komponennya. Menurut mereka, penyebab utama problem-problem sosial di dalam masyarakat modern telah bergeser dari sebab-sebab ekonomi ke sebab-sebab rasionalitas. Mereka membedakan dua macam rasionalitas, yakni rasionalitas formal dan rasionalitas substansif.
Hal lain lagi yang dikritik oleh kelompok ini adalah teknologi. Marcuse misalnya melihat bahwa teknologi adalah salah satu metode yang paling efektif untuk mengontrol individu dari luar. Contohnya adalah televisi. Dia tidakpercaya bahwa teknologi itu bersifat netral. Sebaliknya ia melihat teknologi sebagai alat untuk mendominasi orang-orang lain. Kebebasan bathiniah individu diserbu oleh teknologi modern. Marcuse sendiri tidak melihat teknologi ini sebagai musuh, tetapi teknologi sebagaimana diterapkan di dalam masyarakat modern oleh kelompok berkuasa yang menjadi alat untuk mendominasi orang-orang lain.
Krritik terhadap Kebudayaan Massa (Kultur). Kebudayaan massa adalah kebudayaan yang merupakan produk industri, seperti kebudayaan-kebudayaan yang disebar-luaskan oleh jaringan televisi. Ada dua hal yang mencemaskan teoritikus dari Frankfurt School berhubungan dengan kebudayaan massa ini. Pertama, mereka prihatin dengan kepalsuan-kepalsuan yang terdapat di dalamnya. Kedua, mereka merasa terganggu dengan efek-efek dari budaya ini yang menentramkan, membius, tetapi menekan orang. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa kebudayaan massa adalah alat yang dipakai untuk memanipulasi individu-individu untuk mengikuti apa saja yang ada di dalam masyarakat yang sudah 'diatur' itu. Di dalam masyarakat yang demikian individu-individu menjadi tidak kreatif melainkan mengikuti begitu saja apa yang terjadi.
Kontribusi-kontribusi Utama
Subjektivitas. Kontribusi besar dari aliran kritis adalah usahanya untuk mengorientasikan teori Marxian ke arah subjektif. Kontribusi subjektif dari aliran ini adalah pada tingkat individual dan kultural.
Dialektika. Fokus positif utama kedua dari teori kritis adalah minat pada dialektika secara umum, dan variasi dari manifestasi spesifiknya. Pada tingkat yang paling umum, pendekatan dialektika berarti fokus pada "totalitas" sosial. Pendekatan ini melibatkan penolakan terhadap fokus pada setiap aspek "spesifik" dari kehidupan sosial, khususnya sistem ekonomi di luar konteksnya yang lebih luas. Dialektika juga memuat rumusan metodologis: satu komponen kehidupan sosial tidak dapat dikaji tanpa menyertakan komponen selebihnya.
Pengetahuan dan Kepentingan Manusia. Salah satu perhatian dialektika yang terkenal dari teori kritik adalah minat Jurgen Hbermas (1970, 1971) terhadap hubungan antara pengetahuan dan kepentingan manusia-sebuah contoh dari perhatian dialektika yang lebih luas terhadap hubungan antara faktor subjektif dan objektif.
Habermas membedakan tiga sistem pengetahuan dan kepentingannya yang saling berhubungan. Tipe pertama dari pengetahuan itu adalah ilmu analitik, atau sistem saintifik positivik klasik. Menurut Habermas, ilmu analitik cenderung memperkuat kontrol opresif. Tipe sistem pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan humanistik, dan kepentingannya adalah untuk memahami dunia ini beroperasi dari pandangan umum bahwa masa lalu kita pada umumnya membantu kita untuk memahami apa-apa yang terjadi pada masa sekarang ini mengandung kepentingan praktis untuk memahami diri dan orang lain. Pengetahuan ini tak bersifat operasif diri dan orang lain. Tipe ketiga adalah pengetahuan kritis, yang didukung oleh Habermas dan aliran Frankfurt pada umumnya. Kepentingan yang melekat pada pengetahuan jenis ini adalah emansipasi manusia.
Kritik terhadap Teori Kritis
Sejumlah kritik telah diajukan kepada teori kritik (Bottomore,1984). Pertama, teori kritis dituduh bersifat ahistoris, meneliti berbagai peristiwa tanpa banyak memperhatikan pada konteks sejarah dan komparatifnya. Kedua, aliran kritis, seperti telah kita lihat, umumnya mengabaikan ekonomi. Ketiga, teoritisi kritik cenderung berargumen bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya kekuatan revolusioner, pandangan yang bertentangan dengan analisis Marxian tradisional.
Sumber: Teori Sosiologi Modern
Teori Sosiologi Modern (Bernard Raho, SVD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar