Putri Dwi Pangestiningtiyas
1113051000142
Kpi 1-C
MARXISME
Lahirnya marxisme merupakan bentuk awal dari penolakan marx terhadap system kapitalis, dimana saat itu marx melihat telah terjadi kesenjangan social yang dipraktekkan oleh masyarakat Eropa yang mana kaum-kaum yang berasal dari bangsawan (borjuis) telah menguasai kawum bawahan (buruh). Saat itu kaum buruh (proletar) dipaksakan untuk bekerja hanya demi segelintir kaum bangsawan. Dengan kata lain, lahirnya Marxisme adalah beranjak dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bawah / kelas buruh.
Menurut pandangan Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan.
TEORI KRITIS
Teori kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian untuk tinjauan yang lebih luas terhadap teori kritis, terutama kecenderungan yang menuju determinisme ekonomi. Teori kritis telah berkembang melampaui batas aliran Frankfrut. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikiran Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika.
Teori kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya adalah menguangkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat.
1. Kritik atas Teori Marxian
Teori kritis menjadikan teori-teori Marxian sebagai pijakan awal kritiknya. Teori ini begitu terusik oleh para determinis ekonomi, para Marxis mekanistis, atau mekanis. Teoretisi kritis tidak mengatakan bahwa para determinis ekonomi salah ketika memusatkan perhatiannya pada ranah ekonomi, namun seharusnya mereka pun harus memusatkan perhatian pada aspek lain kehidupan sosial.
2. Kritik Positivisme
Teoretisi kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung penelitian ilmiah, khususnya yang beraliran positivisme. Positivisme dipahami sebagai pandangan yang menganggap adanya metode ilmiah tunggal yang dapat diberlakukan pada seluruh bidang kajian. Penganut positivisme yakin bahwa pengetahuan bersifat netral. Kaum ini merasa bahwa mereka dapat mencegah masuknya nilai-nilai kemanusiaan ke dalam pekerjaan.
3. Kritik terhadap sosiologi
Aliran kritis berpandangan bahwa sosiologi tidak secara serius mengkritik masyarakat atau melempaui struktur sosial yang ada, dan telah menghindar dari kewajibannya untuk membantu orang-orang yang ditindas oleh masyarakat kontemporer.
4. Kritik terhadap masyarakat modern
Kebanyakan karya aliran kritis ditunjukan untuk mengkritik masyarakat modern dan berbagai komponennya. Aliran kritis masih tetap memperhatikan masalah dominasi, meski masyarakat modern mungkin lebih didominasi oleh elemen ekonomi. Oleh karena itu, aliran kritis mencoba memusatkan pada penindasan cultural atas individu dalam masyarakat.
5. Kritik terhadap kebudayaan
Perhatian terhadap industri kebudayaan lebih mencerminkan perhatian mereka terhyadap konsep superstruktur Marxian ketimbang terhadap ekonomi. Ada dua hal yang dikhawatirkan para pemikir kritis terhadap industri ini. Pertama, mereka mencemaskan kepalsuan yang ada didalamnya. Mereka menganggapnya sebagai gagasan yang telah dikemas sebelumnya, yang dihasilkan secara massal dan disebarluaskan kepada masa oleh media. Kedua, para teori kritis terusik oleh efek menaklukkan, refresif, dan membodohkan bagi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar