Senin, 10 Desember 2012

laporan ke 5_Fahmi Ali_Jurnalistik 1 A

Kepemimpinan Joko Widodo
Fahmi Ali (1112051100021)
Jurnalistik 1 A
 
I.                   Latar Belakang
Menurut  Irman Gusman Kepemimpinan itu menyangkut kultur dan di negara-negara demokrasi yang dibutuhkan adalah pemimpin yang amanah, fatanah, tabligh, dan sidiq sebagaimana Islam mengaturnya. Artinya, saat ini pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah pemimpin yang dapat dipercaya untuk membawa perubahan. Menurut Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan. Dan menurut Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983 : 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Tak bisa dibantah bahwa dalam organisasi dan perusahaan faktor kepemimpinan sangat penting dan menentukan. Yang menjadi permasalahan adalah: Apa yang menjadikan seorang pemimpin yang besar? Jawaban sementara yang memiliki pengikut atau pengaruh yang besar, meski sebenarnya masalahnya jauh lebih kompleks. Lalu apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan ? Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan, yang bentuknya bisa formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi.
 
II.                Pertanyaan Pokok Penelitian
Bagaimana pola dari kepemimpinan Joko Widodo dan pengaruh terhadap masyarakat luas?
 
III.             Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian Kualitatif, dengan menggunakan teknik gathering data (pengumpulan data) menggunakan buku, serta media internet.
 
IV.             Gambaran Subjek penelitian
Ir. H. Joko Widodo (lahir di Surakarta21 Juni 1961; umur 51 tahun), Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun. Dengan performa akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
 ia bekerja di BUMN, namun tak lama memutuskan keluar dan memulai usaha dengan menjaminkan rumah kecil satu-satunya, dan akhirnya berkembang sehingga membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, Jokowi. Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya.
Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali di masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Walikota Surakarta saat harus menertibkan pemukiman warga lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi, adalah Gubernur DKI Jakarta dari 15 Oktober 2012. Ia merupakan gubernur ke-17 yang memimpin ibu kota Indonesia tersebut.
Sebelumnya, Jokowi menjabat Wali Kota Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015, namun tidak terselesaikan lantaran terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta. Dalam masa jabatannya di Solo, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Dia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
 
V.                Analisis
Joko Widodo adalah sosok sederhana dan membela kesederhanaan. Tanpa banyak mengumbar kata, dia memberi teladan. Tanpa banyak retorika, dia melakukan gebrakan. Kesederhanaan itu pula yang membuat dia berhasil memimpin Kota Solo. Bagi Joko Widodo, kesederhanaan merupakan bagian dari gaya kepemimpinannya. Tiap orang boleh beda, tapi leader dan leadership, menurut dia, merupakan dua hal yang menentukan lemah kuatnya seorang pemimpin daerah, bahkan Negara. Jokowi ini juga dikenal sebagai pribadi yang demokratis dan mengayomi kepentingan warganya hingga level yang paling bawah. Pendekatan personal yang mendahulukan dialog untuk mendengarkan aspirasi dari bawah, kebijakan yang dikeluarkan Jokowi minim penolakan. Menurut kompas.com, Gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dinilai mirip dengan gaya memimpin di militer. Sebagai pimpinan, Jokowi lebih banyak keluar meninjau langsung permasalahan dan segala sesuatunya. Sementara wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, lebih mengurus hal-hal internal, seperti kepegawaian dan birokrasi.  Hal menonjol yang terlihat dalam kepemimpinan Jokowi adalah perhatian dan apresiasinya terhadap masyarakat dari berbagai golongan. Joko  Widodo memiliki ciri menonjol dalam kepemimpinan transformasional, diversitas, fokus kepada warga, komunikasi dan kerja sama, kepekaan global, dan pengambilan risiko. Itu semua ditampilkannya ketika memimpin Solo. Ia mendorong bawahan mencapai kinerja yang baik, tetapi kurang memberi rangsangan intelektual. Ia sendiri tidak mau terlalu mengandalkan teori dan lebih memilih mencermati persoalan di lapangan. Dengan pengalaman memimpin Kota Solo dan menjadi pengusaha berskala ekspor, ia menantang kemampuan dan keahliannya untuk memimpin di Jakarta. 
 
Transformasional
            Ciri kepemimpinan transformasional yang menonjol pada Jokowi adalah kemampuan mengenali dan mengartikulasikan visi. Ia bisa membumikan gagasan-gagasan perbaikan menjadi langkah-langkah praktis yang operasional sehingga memudahkan bawahan untuk menjalankannya. Reformasi pelayanan KTP dan Sistem Perizinan Terpadu yang dijalankannya mengindikasikan kemampuannya. Ia mengubah birokrasi rumit-tak efektif menjadi prosedur sederhana. Kemampuan ini dapat menjadi modalnya mengubah birokrasi di Jakarta.  Jokowi mampu memberi inspirasi kepada anak buah dan para birokrat untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan manusiawi. Relokasi PKL tanpa kekerasan dan penataan pasar tradisional menjadi contoh dari kemampuannya menyelesaikan masalah yang menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak terkait. Meskipun memakan waktu, ia dapat membangun kepercayaan publik dan mengajak masyarakat berpartisipasi. Kepercayaan, komitmen kuat, ketegasan, kegigihan mendorong partisipasi adalah jurus-jurus kunci kepemimpinannya. 
Ia memimpin dengan "melakukan" ketimbang hanya "mengatakan". Ia mengedepankan kesederhanaan dan menolak suap. Ia mendapat Bung Hatta Anti Corruption Award dan peringkat ketiga dari Transparency International Indonesia (TII) se-Indonesia. 

Diversitas 
Jokowi mempraktikkan kemajemukan secara nyata. Ia meyakini bahwa perpaduan beragam orang berbeda di Indonesia akan menyatukan, menggerakkan, dan mengaktualisasi potensi positif warga Jakarta. Rekam jejaknya ketika memimpin Solo menunjukkan bahwa ia memahami makna kepemimpinan yang menempatkan perbedaan kelamin bukan sebagai problem, tetapi solusi. Salah satunya, ia mengangkat perempuan sebagai kepala satpol pamong praja. Ia terbuka pada beragam budaya, bahkan menjadikannya sebagai keunggulan. Di tengah pertentangan antara tradisi dan kemajuan, ia memanfaatkan budaya justru untuk memajukan masyarakat. Solo sekarang dikenal sebagai jantung budaya Jawa, "Spirit of Java", bukan lagi dikenal sebagai sumbu pendek yang gampang ricuh-rusuh. Ia juga memfasilitasi festival musik cadas berskala internasional. Jokowi punya apresiasi tinggi terhadap keragaman dan keunikan. Besar kemungkinan jika menjadi gubernur Jakarta, ia akan menyelami perbedaan yang ada dan mencari cara untuk menjadikannya sebagai kekuatan. Prinsipnya adalah prinsip pengusaha: membangun manajemen produk dan brand, sekaligus melakukan positioning kota dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia atau di dunia. 

Kerja sama dan komunikasi 
Ketika memimpin Solo, ia menggerakkan masyarakat dengan komunikasi terbuka. Hubungan dengan wakilnya juga harmonis. Pembagian peran dan delegasi jelas mendukung efektivitas kepemimpinannya. Gaya komunikasinya membuat anak buah berkomitmen mencapai tujuan organisasi. Cara kerjanya yang menekankan rasa percaya sangat menonjol memengaruhi kinerja anak buah. Anak buahnya pun terdorong menjadi anggota yang aktif dan bersemangat mencapai tujuan. Keberpihakan Jokowi kepada kesejahteraan kelompok masyarakat di Solo membangun solidaritas kelompok masyarakat asal Jawa Tengah di Jakarta, terutama kalangan status ekonomi menengah ke bawah. Idenya membangun Jakarta bersama semua elemen membuatnya tidak eksklusif. Tampilannya yang sederhana membuat ia terasa dekat dan tidak berjarak. Gaya komunikasi yang ia tunjukkan ini sangat efektif menimbulkan antusiasme di kalangan masyarakat umum. Ia juga tidak segan mendatangi dan membujuk pihak lain yang dapat membantunya mendatangkan nilai positif bagi kota. 

Fokus kepada warga 
Jokowi adalah orang yang sangat mengerti dan mengutamakan warga yang dipimpinnya. Baginya, pemimpin tidak boleh punya kepentingan, selain mengutamakan warga. Keberhasilannya di Solo menunjukkan fokus pada kebutuhan warga. Perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang "kecil" menonjol padanya. Di Jakarta, masalah yang terkait dengan orang kecil, selain pendidikan dan kesehatan, adalah tempat tinggal yang tidak memadai. Program kesehatan adalah prioritas Jokowi, lalu pelayanan publik dan solusi kemacetan. Orientasinya yang fokus kepada warga juga ditunjukkan dari niatnya membangun ruang terbuka publik yang bisa diakses tanpa biaya, seperti pantai terbuka yang dikelola dengan mekanisme badan layanan umum. 

Kepekaan global, inovasi, dan pengambilan risiko
 
Kepekaan global terbentuk saat Jokowi menjadi eksportir mebel. Pengalamannya mengunjungi kota besar dunia memberinya inspirasi tentang kota teratur, tertib, dan nyaman. Ia lalu membuat city walk di ruas-ruas jalan raya Kota Solo, memberikan hak kepada pejalan kaki agar menikmati kota. Selain menata pasar tradisional dan relokasi PKL, sistem transportasi kota ditata dengan sistem railbus yang beroperasi di dalam kota dan diproyeksikan terkoneksi dengan kota-kota terdekat. Ia juga menerapkan Sistem Terpadu Tiket Transportasi sehingga pengguna transportasi umum dimudahkan dengan moda transportasi yang saling terhubung, juga menerapkan student card untuk mendidik pelajar menggunakan transportasi umum. 
Uniknya, kepekaan global ini ia cirikan dengan identitas dan karakter lokal. Ia tegaskan Solo sebagai kota budaya, dengan memanfaatkan kereta api kuno sebagai ikon pariwisata kota, menjadikan aksara Jawa sebagai media informasi pada papan nama kantor pemerintahan, sekolah, dan pusat perbelanjaan. Ia juga perintahkan penggunaan seragam dengan busana tradisional Jawa, bukan hanya batik. Kemampuan inovasinya tinggi. Ia mampu menghasilkan ide baru dan berharga serta menggunakan ide itu untuk meningkatkan pelayanan baru yang lebih baik. Ia juga berani mengambil risiko. Ia berani dicemooh ketika memasang pelat nomor AD 1 di mobil Esemka. Ia berbeda pendapat dengan atasan secara terbuka dalam kasus Pabrik Es Sari Petojo, dan sekarang ia mengambil risiko maju sebagai calon gubernur DKI. Di Solo jelas lebih nyaman, baginya. Sindiran para ahli kebijakan publik, tata kota, pemerintahan, dan ilmu politik yang mencibirnya karena ia dianggap menyederhanakan masalah Ibu Kota ditanggapi dingin. Baginya, semua akan ada solusi, selama ada kemauan kuat. Karena itu, slogannya adalah 1 jam di belakang meja, selebihnya bekerja dan bekerja.  
Daftar Pustaka
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini