Kepemimpinan Walikota Solo Joko Widodo
Restu Mayang Tampi (11120511000027)
Jurnalistik 1A
I. Latar Belakang
Menurut Tead; Terry; Hoyt, kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Menurut Young, kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Sedangkan menurut Moejiono, memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan.
II. Pertanyaan Pokok Penelitian
Bagaimana pola kepemimpinan Joko Widodo serta bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat Kota Solo?
III. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data (gathering data) dari data-data narasumber seperti biografi narasumber, juga tentang masa kepemimpinannya.
IV. Gambaran Tokoh
Nama Lengka : Joko Widodo
Alias : Jokowi
Kategori : Politikus
Agama : Islam
Tempat Lahir : Surakarta, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Rabu, 21 Juni 1961
Zodiac : Gemini
Hobby : Membaca | Traveling
Warga Negara : Indonesia
Pria kelahiran Surakarta, Solo, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini sejak kecil sudah terbiasa hidup sederhana dan prihatin. Dari kesederhanaan itulah Joko Widodo menjadi pribadi yang tegas, sederhana, jujur, apa adanya, berani melawan arus dan berkomitmen tinggi untuk mengabdi pada rakyatnya. Sikap tenggang rasa yang ditunjukkan kedua orang tuanya juga menjadi sumber inspirasi dan pegangan Joko Widodo dalam menjalani hidup. Sebagai "anak tukang kayu", setelah lulus dari SMAN 6 Solo, Joko Widodo meneruskan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Karena tergolong mahasiswa yang bermodal pas-pasan, ia harus pandai mengelola keuangan. Ia juga harus menahan diri bila menginginkan sesuatu. Kondisi ini belakangan menjadi bermanfaat ketika ia menggeluti dunia bisnis sebagai pengusaha mebel. Semasa kuliah, Jokowi mengisi waktunya dengan lintas alam seperti naik gunung, main basket dan camping. Setelah lulus menjadi Sarjana Kehutanan Unversitas Gajah Mada tahun 1985, ia tidak langsung bekerja di Solo. Jokowi merantau ke Aceh dan bekerja di sebuah BUMN. Tidak lama kemudian ia kembali ke Solo dan bekerja di CV. Roda Jati, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan.
Pada tahun 1998, Jokowi berhenti bekerja dan mulai berwirausaha di bidang mebel. Kesuksesan sebagai seorang pengusaha tidak memuaskan jiwa seorang Jokowi. Akhirnya Jokowi berniat untuk memasuki dunia politik. Ia memilih Partai Demokrasi Indonesia Pejuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai kendaraan politik yang pada saat itu sedang popular di masyarakat. Pada tahun 2005, Jokowi terpilih menjadi Walikota Solo menggantikan Slamet Suryanto. Dan pada akhirnya sekarang tahun 2012, Jokowi terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama wakilnya Ahok menggantikan Fauzi Bowo.
V. Analisis
Jokowi terbilang sebagai pemimpin yang fenomenal. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota bahkan hingga saat ia terpilih, banyak yang meragukan kemampuannya. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif yang ia lakukan. Dalam penataan kota, ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya dahulu.
Dibawah kepemimpinannya, solo mengalami perubahan yang sangat pesat. Gebrakan awal yang dilakukan dalam membenahi Solo adalah melakukan branding (pencitraan) dengan menjadikan Solo sebagai "The Spirit of Java". Kemudian ia mendeklarasikan Solo sebagai kota Cyber City. Untuk mengusung konsep tersebut, pemerintah kota Solo telah memulainya dengan memasang free hotspot di 51 titik kelurahan, 5 titik kecamatan dan 17 titik di area publik. Selanjutnya diteruskan dengan pemasangan hotzone sepanjang 7 kilometer antara kawasan Kleco hingga Panggung. Dalam menata kotanya, Jokowi juga selalu punya inovasi-inovasi baru seperti menggelar sayembara penataan kota yang diikuti oleh sejumlah arsitek dari seluruh Indonesia. Ke depannya, Solo akan selalu menggelar sayembara untuk penataan kawasannya. Menurut Jokowi, dalam konsep pembangunan penataan kota, ia berharap ide pembangunan kota muncul dari banyak orang bukan hanya dari satu orang atau satu kontraktor. Terobosan ini sudah ada paying hukumnya dan merupakan terobosan pertama kali di Indonesia.
Jokowi juga adalah seorang forestor sejati. Ia terinspirasi mengembalikan kota Solo ke jati dirinya sebagai kawasan tradisi yang sejuk. Ambisinya dimulai dengan merintis hijauan di sepanjang jalur CityWalk. Jokowi mengembangkan jalur pedestrian di berbagai penjuru di kotanya. Taman-taman kota telah direvitalisasi. Kawasan bantaran sungai ia sulap menjadi Green Belt atau Sabuk Hijau. Contohnya Taman Sekartaji seluas 38 hektare dan Taman Balekambang dijadikannya peneduh, paru-paru kota dan daerah tangkapan air. Maka tidak salah bila Wakil Presiden Boediono mencanangkan Solo sebagai The Indonesian City of Charm dalam the 7th China-ASEAN Expo, di Nanning, Guangxi, Cina, Oktober 2010. Untuk mengupayakan ikon tersebut, Jokowi bercita-cita mewujudkan Solo menjadi Kota Dalam Kebun. Selain itu, untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan kota, bila ia mempunyai program pembangunan kota, biasanya terlebih dahulu ia menulis idenya di media lokal untuk mendapatkan opini maupun tanggapan masyarakat. Setelah itu baru dirembug bersama apakah rencana tersebut jadi dilakukan atau tidak. Hal ini baginya lebih utama, dari pada mengajukan langsung kepada DPRD. Alasan beliau, sebab ia tidak pintar melakukan deal-deal yang nantinya akan tersangkut hukum dan lainnya.
Jokowi berprinsip bahwa untuk menjadi pemimpin harus berani melawan arus. Pemimpin itu diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi tidak saja bagi rakyat yang dipimpin namun juga bagi Indonesia bahkan dunia Internasional. Selanjutnya, salah satu strateginya dalam menjalankan pemerintahan adalah membangun trust (kepercayaan). Strategi komunikasi intensif dan sabar dan prinsip "memanusiakan" warganya adalah cara yang dilakukannya saat menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah Banjar Sari yang sudah puluhan tahun mendominasi tata Kota Solo. Ketika harus memindahkan PKL, ia lebih dulu mengundang makan para pelaku sector informal itu. Ia tak memilih jalan pintas: mengerahkan aparat atau membakar lokasi. Setelah undangan makan yang ke-54, baru ia yakin pedagang siap dipindahkan. Acara pemindahan pun berlangsung meriah, lengkap dengan arak-arakan yang diramaikan pasukan keratin. Berhasil dengan Banjar Sari, Joko Widodo merambah PKL di wilayah lain.
Itulah Jokowi yang memperlakukan PKL sama terhormatnya dengan pedagang pasar tradisional, tenant, took, mall, supermarket, dan pelaku ekonomi lainnya. Ia bahkan memberikan perhatian lebih pada Usaha Kecil Menengah. Di era kepemimpinannya pula, pemerintah kota Solo berhasil merevitalisasi 15 pasar tradisional sehinngga mampu bersaing dengan pasar modern. Lalu, merelokasi 23 titik PKL dan mendirikan 5 Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMM) sebagai percontohan. Targetnya, ketika masa jabatannya berakhir pada 2015, sebagian besar dari 38 pasar tradisional di Solo sudah dibangun ulang.
Selama menjabat walikota, ia mengaku menerima permohonan izin untuk lebih dari 20 mall, namun semua ditolaknya. Jokowi juga telah menginstruksikan kepada semua jajaran untuk memangkas jalur pengurusan perizinan dan administrasi kependudukan menjadi sangat murah dan mudah. Dahulu proses perizinan yang dulu butuh delapan bulan, telah dipangkasnya menjadi enam bulan, lalu empat bulan dan sekarang cukup enam hari. Begitupun pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sebelumnya 2-3minggu, kini cukup satu jam.
Fakta seputar Joko Widodo :
· Masuk dunia politik praktis lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
· Pengusaha di bidang mebel
· Dua kali terpilih menjadi Walikota Solo dengan perolehan suara pada periode kedua lebih dari 90%
· Tidak pernah mengambil gajinya sebagai Walikota. Kabarnya uang itu digunakan untuk membantu rakyat yang membutuhkan. Untuk memenuhi nafkah keluarga, Joko Widodo mengaku masih memiliki uang dari usaha mebel yang dikelola bersama snag istri tercinta.
· Joko Widodo setiap hari duduk di kantor 2-3 jam, selebihnya terjun langsung ke lapangan, sidak, dan lain-lain.
· Joko Widodo menggunakan mobil dinas pribadi bekas Walikota sebelumnya yang sudah 10 tahun belakangan belum pernah diganti (menurut cerita pernah ebberpa kali mogok namun tidak sampai mengganggu aktivitasnya.
· Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah Banjar Sari yang sudah puluhan tahun mendominasi tata kota Solo dengan strategi komunikasi intensif dan sabar. Ia lebih dahulu mengundang makan para pelaku sektor informal itu. Setelah undangan makan yang ke-54, baru ia yakin pedagang siap dipindahkan. Acara pemindahan pun berlangsung dengan meriah, lengkap dengan arak-arakan yang diramaikan pasukan keraton.
· Menggelar sayembara penataan kota yang diikuti oleh sejumlah arsitek dari seluruh Indonesia. Joko Widodo berharap ide pembangunan kota muncul dari banyak orang bukan hanya dari satu orang atau satu kontraktor
· Sukses mendongkrak Penghasilan Asli Daerah yang hanya Rp 54 milliar di tahun pertama ia menjabat, menjadi Rp 146 milliar pada tahun 2010.
· Berani menentang arus. Contohnya, berani menentang Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo dalam hal rencana pembangunan mall di Solo.
· Bercita-cita membuat kota Solo menjadi Hutan Kota.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar