Selasa, 12 April 2016

M Zainul Ilyas_MD 4A_Masjid Al-Mujahidin_Tugas 5

MASJID AL-MUJAHIDIN

Oleh: Muhammad Zainul Ilyas

MD 4A

Masjid Al-Mujahidin merupakan Masjid yang berada di daerah Pisangan Barat Ciputat Tanggerang Selatan. Letaknya berada di belakang FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Masjid ini merupakan lembaga keagamaan yang berfungsi sebagai tempat ibadah, yaitu shalat berjama'ah, mengaji, buka puasa, santunan dan berbagai macam kegiatan lainnya.

Jama'ah di Masjid ini cukup banyak. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya jama'ah shalat lima waktu, meski pada shalat dzuhur dan ashar jama'ah sedikit berkurang karena sebagian jama'ah berada di tempat bekerja masing-masing.

Selain ramai saat berjam'ah shalat fardlu, Masjid ini juga ramai diisi dengan pengajian, baik itu pengajian ibu-ibu, bapak-bapak, maupun remaja dan anak-anak. Namun pada kegiatan pengajian, Masid ini mempunyai karakter yang unik, yaitu jika pengisi pengajian atau pengisi ceramahnya menarik, maka jama'ah akan meminta untuk diisi oleh penceramah tersebut mengisi pengajian kembali di pertemuan selanjutnya. Dan itu akan berdampak bertahannya jumlah jama'ah yang mengaji, bahkan sampai bertambahnya jumlah jama'ah. Namun jika diisi dengan penceramah yang lain, dan kebetulan penceramah tersebut kurang menarik menurut mereka, maka berdampak pada berkurangnya jumlah jama'ah yang hadir.

Selain itu, Masjid ini juga akan ramai jika ada kegiatan santunan. Baik itu dalam rangka Peringatan Hari Besar Islam, buka bersama, maupun kegiatan lainnya.

Menurut narsumber, Muhammad Alvin Nurchoironi yang merupakan salah satu pengurus Masjid Al-Mujahidin, Masjid ini pada awalnya merupakan Masjid biasa yang sedikit peranannya bagi masyarakat Pisangan Barat. Namun setelah kedatangan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya'qub, MA, Masjid ini menjadi lembaga yang berperan penting pada kehidupan masyarakat Pisangan Barat.

Masyarakat Pisangan Barat ini ada yang NU dan ada juga yang Muhammadiyah, sehingga pernah terjadi ketimpangan dalam peribadahan, khusunya pada bulan Ramadhan, tepatnya dalam pelaksanaan shalat tarawih. Masyarakat yang shalat tarawihnya 8 rakaat, tidak ingin shalat tarawih di Masjid jika di Masjid tidak 8 rakaat. Begitu juga masyarakat yang shalat tarawihnya 20 rakaat tidak akan shalat tarawih di Masjid jika di Masjid tidak 20 rakaat, sehingga menyebabkan perpecahan jama'ah. Namun, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya'qub, MA memberikan pilihan yaitu rakaat pertengahan, tepatnya 10 rakaat. Karena sebenarnya, jumlah rakaat shalat tarawih itu, masih diperselisihkan, namun Pak Yai tidak mementingkan perselisihan tersebut, akan tetapi lebih mementingkan kemaslahatan masyarakat, sehingga memilih jalan tengah, yaitu menetapkan shalat tarawih sebanyaa rakaat. Dan itu sangat berpengaruh bagi persatuan jama'ah di Masjid ini. Sehingga dari sini, jama'ah Masjid Al-Mujahidin menjadi ramai kembali sampai sekarang.

Selain sebagai tempat shalat, mengaji dan santunan, mesjid ini juga berfungsi sebagai tempat kursus bahasa Arab dan Bahasa Inggris untuk anak-anak SD, yang mana kursus ini merupakan salah satu program dari Ma'had Darussunnah, sebuah Pondok Pesantren dekat Masjid Al-Mujahidin sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini