Selasa, 12 April 2016

Mita_Awalnya Bentuk Pengajian Masjid At-Turq_Tugas5_MD4A

Nama   : Mita Odaliya

Kelas   : Manajemen Dakwah 4A

NIM    : 11140530000010

AWAL PEMBENTUKAN PENGAJIAN ANAK-ANAK DI MASYARAKAT TIPAR

(MASJID AT-TURQ)

Di daerah Tipar Kota Sukabumi terdapat sebuah masjid bernama Masjid At-Turq. Masjid itu dipergunakan untuk keperluan ibadah masyarakat sana, seperti untuk shalat berjamaah, ataupun shalat Jum’at. Kepengurusan Masjid At-Turq saat itu dipimpin oleh Abah (panggilan akrab masyarakat Tipar). Hanya kepengurusan biasa, seperti menjadi imam shalat atau mengontrol kebersihan dan kenyamanan masjid. Setelah sekian lama, abah menurunkan kewajibannya mengurus masjid kepada anaknya yaitu Kang Acim. Karena faktor usia yang sudah semakin tua, maka abah sudah agak kesulitan untuk menjadi ketua pengurus masjid.

Masjid berjalan seperti biasanya, tidak ada kegiatan baru walaupun kepengurusan sudah dialihkan kepada Kang Acim. Suatu saat ada suatu inovasi yang terpikir oleh Kang Acim yaitu ingin mengadakan pengajian untuk anak-anak Kampung Tipar. Kemudian Kang Acim mencari salah satu tokoh di daerah sana yang merupakan temannya sebayanya yaitu Kang Mamad. Kang Mamad diperbantukan sebagai guru ngaji untuk pengajian anak-anak.

Awalnya pada tahun 1992, masyarakat sekitar masjid, khususnya para orangtua banyak yang mendukung diadakannya pengajian untuk anak-anak dengan alasan untuk menambah pengetahuan agama sejak dini. Pengajian ini diharapkan dapat membantu anak-anak belajar membaca iqra’ dan mengetahui cerita-cerita nabi serta belajar ilmu agama Islam lebih banyak lagi. Namun ternyata tidak semua masyarakat sekitar mendukung adanya pengajian anak-anak tersebut, alasan utamanya adalah karena ustadz yang mengajar anak-anak nanti umurnya masih tergolong muda. Masyarakat khawatir ustadz tersebut tidak mampu mengurus pengajian dan pengetahuannya kurang luas untuk mengajar anak-anak.

Tidak mengidahkan masyarakat sekitar yang kontra dengan pengajian tersebut, pengajian anak-anak di Masjid At-Turq tetap diadakan. Sampai pada tahun 1994, proses belajar mengajar mengalami masalah. Sebabnya, dikarenakan jangka waktu pengajian yang terlalu lama. Kegiatan pengajian anak-anak dimulai sebelum maghrib, kemudian anak-anak sholat maghrib berjamaah. Dilanjutkan dengan mengaji iqra’ satu orang satu orang dibimbing oleh Kang Mamad sampai adzan isya’ berkumandang. Kemudian, agenda selanjutnya dilanjutkan dengan sholat isya’ berjamaah. Setelah sholat isya’ dilanjutkan dengan cerita nabi, tata cara sholat, membahas suatu ayat al-qur’an, menghafal syahadat,hafalan surat-surat pendek, dll. Kegiatan belajar mengajar tersebut baru selesai pada pukul Sembilan malam. Jika pengajian mulai sebelum maghrib kira-kira jam enam sore sampai jam sembilan malam, maka belajar mengajar berlangsung selama tiga jam. Karena sebab itulah banyak anak-anak yang mengeluh kalau mereka lelah. Jadwal mengaji yang tiga jam tersebut membuat anak-anak tidak memiliki waktu bermain, waktu mengerjakan PR, dll.

Kang Mamad mengupayakan kepada para orang tua agar dapat membujuk anak-anaknya supaya kembali ingin belajar mengaji. Dan tidak lama dari itu, sedikit demi sedikit anak-anak mulai berdatangan kembali mengaji, dan peserta ngajinya semakin banyak sampai saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini