Senin, 12 Mei 2014

Isra Wahyuni_Tugas6_TOR dan Laporan Penelitian

Pemenuhan Kebutuhan Hidup Pelukis Jalanan
di Kawasan Kota Tua

A. Latar Belakang
Para seniman jalanan ini adalah salah satu ujung tombak kehidupan
Kota Tua Jakarta yang masih tersisa sampai saat ini. Dengan
kesederhanaan dan ketekunan mereka tetap menjaga Kota Tua agar selalu
hidup dan menarik untuk dikunjungi. Meski udara sangat panas, dan laju
kendaraan yang selalu macet, para pelukis ini seolah tidak merasa
terganggu untuk menggoreskan tintanya di atas kanvas. Beragam lukisan
potret yang mirip dengan wajah asli, justru mengundang perhatian bagi
para pengguna jalan yang melintasi kawasan Kota Tua.
Dengan keindahan, bentuk dan warna lukisan yang terpajang di
dinding-dinding tembok, para pelukis ini seperti sudah layak disebut
sebagai pelukis yang profesional. Jika di hari-hari biasa tempat ini
sudah mirip seperti pameran lukisan dari segala penjuru yang
menampilkan sisi-sisi keindahan disetiap warna dan bentuknya.
Orang-orang banyak berdatangan melintasi tempat ini sembari sambil
melihat lukisan.

1. Mengapa penting untuk diteliti
Melihat keberadaan para pelukis ini di pinggir jalan sebagai suatu
matapencaharian sekaligus objek pemandangan wisata yang mengundang
perhatian bagi para pengguna jalan yang melintasi kawasan Kota Tua.

2. Asumsi
Lukisan yang dasarnya adalah seni ini dapat dijadikan sutu
matapencaharian/ lapangan pekerjaan. Khususnya bagi para pelukis
jalanan seperti yang berada di kawasan Kota Tua harus dinaungi, dengan
latar belakang pendidikan yang rendah, karena dengan kretivitas yang
mereka miliki dapat menghasilkan pendapatan bagi mereka, dan ini akan
mengurangi tingkat pengangguran walau dalam jumlah yang sedikit, dan
tidak banyak orang yang mempunyai kretivitas dan keahlian seperti para
pelukis jalanan tersebut.

.



B. Teori Sosiologi
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Emile Durkheim,
karena subjek yang diteliti adalah pelukis jalanan. Serta metode yang
ditinjau ialah observasi dan out put yang dihasilkan berupa narasi
atau sebuah penjelasan dari penemuan-penemuan observasi yang telah
dilakukan.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Apa keuntungan pekerjaan sebagai pelukis jalanan?
2. Mengapa pinggir jalan dipilih sebagai tempat para pelukis?

D. Metode Lapangan
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif,
karena penelitian ini dilakukan dengan wawancara mengajukan beberapa
pertanyaan dan observasi. Metode kualitatif dipilih karena penelitian
ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak
dapat diukur dengan angka atau ukuran matematis lainnya.

E. Area riset
Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Gajah Mada, Jakarta Pusat, kawasan
Kota Tua. Untuk memperoleh data yaitu dengan mewawancarai pelukis
jalanan yang berada dipinggir jalan daerah tersebut. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2014.

F. Pertanyaan Lapangan
1. Sejak kapan Anda menggeluti pekerjaan ini?
2. Apakah ini menjadi pekerjaan utama Anda atau pekerjaan sampingan?
3. Dengan semakin tinggi harga kebutuhan pokok, apa hanya dengan
penghasilan dari melukis ini kebutuhan sehari-hari Anda dan keluarga
dapat terpenuhi?
4. Bagaimana dengan tempat yang Anda gunakan, apakah ada larangan
dari pemilik area tersebut?
5. Apa harapan Anda terhadap lokasi yang lebih layak untuk pekerjaan
Anda sebagai seorang pelukis jalanan?


G. Hasil laporan penelitian

Keberadaan para pelukis jalanan di kawasan Kota Tua ini terlihat
sekitar tahun 1998, lalu berkembang dan terbentuk suatu komunitas
pelukis potret jalanan. Sejak tahun 2000 seorang pelukis jalanan yang
berada di Kota Tua tersebut mendorong adanya komunitas pelukis jalanan
di Kota Tua Jakarta. Komunitas itu dinamakan TrotoArt dan diharapkan
bisa menjadi paguyuban di antara para pelukis jalanan. Adanya TrotoArt
membuat mereka bisa saling mendukung dalam mengembangkan kreativitas
dan kualitas karya mereka.
Meraka datang silih berganti dari berbagai kisah dan berasal dari
latar belakang yang berbeda. Namun, mereka umumnya menjadi pelukis
jalanan karena terdesak kondisi ekonomi yang sulit. Hampir sebagian
dari para pelukis jalanan ini menjadikan pekerjaan tersebut menjadi
matapencaharian yang utama bagi mereka, walaupun salah satu pelukis
tersebut mengungkapkan "pekerjaan sebagai pelukis jalanan ini menjadi
kerjaan sampingan tetapi yang dilakukan setiap hari".
Dengan latar belakang pendidikan rata-rata lulusan Sekolah Dasar
membuat mereka sulit untuk mendapat pekerjaan.
Untuk masalah pendapatan, sebagai pelukis jalanan seperti mereka
tidak dapat ditentukan penghasilan mereka perbulannya, alias tidak
menentu. Biasanya ada bulan-bulan tertentu yang meramaikan lukisan
mereka, seperti valentine's day , hari raya (lebaran), atau tahun baru
yang biasanya dipesan sebagai kado/ hadiah. Adapula yang memesan dalam
jumlah banyak untuk kebutuhan seperti seminar, disinilah mereka
mendapat keuntungan yang signifikan. Tidak jarang lukisan mereka pun
tidak terjual, terkadang sampai 2 minggu tak satu pun lukisan yang
terjual, tutur seorang pelukis (Yanto). Akan tetapi semua itu harus
disyukuri, kebutuhan sehari-hari mereka dari hasil lukisan tersebut
dapat terpenuhi, dan dapat membiyai sekolah anak-anak mereka.
Sebagai pelukis jalanan tentu saja tempat menjadi perhatian mereka
sebagai penjual jasa, memang dikatakan sebagai pelukis "jalanan" yang
tempatnya memang berada di pinggir/ bahu jalan tetapi mereka
mengharapkan tempat yang lebih mendukung untuk menjual lukisan mereka
atau diberi sebuah tempat yang resmi supaya mereka bisa menata karya-
karyanya dengan baik. Namun, di sisi lain mereka sadar, untuk
mewujudkan keinginannya itu adalah hal yang tidak mudah, maka dari itu
mereka hanya dapat menunggu tawaran pemerintah saja untuk menyediakan
wadah yang resmi di sekitar Kota Tua. Untuk saat ini mereka bertahan
dipinggiran toko-toko yang tidak beraktivitas lagi. Mereka juga
dinaungi oleh pihak-pihak kawasan Kota Tua dalam menjalankan pekerjaan
mereka.
Walau mereka hanya seorang pelukis jalanan, bukan berarti teknik
mereka kalah dengan para pelukis modern. Perbedaannya, para pelukis
jalanan ini lebih banyak membuat lukisan sesuai pesanan konsumen.
Mereka lebih dekat dengan realita sehari-hari karena hidup ditengah
hiruk pikuk kota metropolitan.Mereka begitu mencintai profesinya dan
menikmati pekerjaan tanpa mengeluhmeski hanya sebagai seorang pelukis
jalanan, karena bagi mereka melukis bukan hanya sekedar untuk mencari
materi akan tetapi melukis merupakan penyaluran jiwa seni yang
tertanam dalam diri mereka. Salah satu impian terbesar mereka adalah
memiliki sebuah galeri atau ruang pameran untuk menampilkan hasil
karya-karya mereka.

Nara sumber
Nama : Yanto Magrib
Umur : 38 thn
Pekerjaan : pelukis jalanan

Nama : Aris
Umur : 45 thn
Pekerjaan : Pelukis Jalanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini