Senin, 12 Mei 2014

Rizky Arif Santoso dan Vikron Fahreza_Tugas sosiologi pedesaan ke 7_Strategi pengembangan produk pada industri obat tradisional di indonesia serta peran pemerintah dalam pengembangannya

Rizky Arif Santoso

Vikron Fahreza

PMI2

 

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI INDONESIA SERTA PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGANNYA

Oleh : Aswinna, Ilham Saiful Mubin, Galuh Wulandari Sasongko, Rara Indah Nova Nindyah, Yaman Sangadji

PENDAHULUAN

Dalam mengembangkan suatu produk dan memenangkan persaingan untuk memenuhi permintaan pasar yang kian meningkat, maka dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses produksi dan juga meningkatkan efektivitas dalam mencapai target yang ingin dicapai. Akan tetapi, suatu usaha tanpa menerapkan mindset maka ia akan tergerus oleh para pesaing-pesaingnya. Namun, bagi pelaku usaha jika ia menerima persaingan yang cukup berat, ia menganggap sebagai suatu tantangan dan juga peluang besar demi memajukan usaha yang dijalaninya. Dengan kata lain, ancaman ataupun peluang besar bagi sangat ditentukan oleh kapabillitas dan ketahanan dalam memahami perubahan yang terjadi dan meresponya dalam bentuk sikap dan tindakan melalui suatu perencanaan yang sistematis.

Dalam membahas kasus yang bertemakan "Pengembangan Produk Obat Tradisional di Indonesia dan Peran Pemerintah dalam Mengembangkannya" kita akan mengetahui sejauh mana perkembangan produk obat tradisional di Indonesia, sesulit apa prosesnya hingga peran yang dilakukan pemerintah dalam mngembangkan produk obat tradisional tersebut.

 

 ANALISIS DAN PERBANDINGAN

Pada hasil penelitian yang pertama yaitu yang berjudul peran pemerintah dalam usaha jamu  desa nguter disini sangat terlihat bahwa peneliti benar-benar terjun langsung ke lapangan untuk memantau langsung masyarakat desa nguter yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang jamu, kami mengatakan demikian bukannya tanpa alasan. Kami sudah membaca hasil penelitian tersebut secara teliti dan lebih mendalam, lalu setelah membaca secara teliti kami menemukan beberapa fakta yang dapat ditemukan hanya dengan terjun langsung ke lokasi, seperti contoh peneliti disini coba untuk mengungkapkan apa saja yang menjadi kendala para pembuat jamu tardisional sehingga banyak dari mereka yang beralih profesi mencari pekerjaan lain seperti petani, buruh dll. Ternyata jawabannya adalah pada sistem birokrasi, seperti yang kita ketahui sistem birokrasi di Indonesia sangat amat rumit dan itu benar terjadi pada pembuat jamu tradisional di desa Nguter, mereka mengalami kendala yang sangat sulit ketika ingin mengurus izin untuk berdagang atau hanya untuk sekedar membuka lapak untuk berjualan. Selain itu ada kendala dalam pembiayaan, menurut Ibu Suwarsi Moertejo selaku ketua kopersai jamu Indonesia disingkat KOJAI, pemerintah telah memberikan bantuan berupa administrasi, promosi, peralatan  produksi,  dan  dana pinjaman. Dalam hal administrasi, bantuan tersebut antara lain seperti perizinan peredaran barang dan perizinan label, Sedangkan dalam hal bantuan dana, pemerintah daerah telah mengucurkan dana sebesar dua ratus juta rupiah dengan jangka pengembalian enam tahun. Dana pinjaman tersebut berupa pinjaman lunak atau modal simpan pinjam. Dana ini disalurkan melalui KOJAI. Dari KOJAI, dana tersebut langsung disalurkan ke para anggotanya. Selain itu, pemerintah juga memberikan tambahan dana bantuan berupa uang binaan meskipun jumlahnya tidak seberapa. Dari sisi bantuan peralatan produksi, pemerintah telah menghibahkan sejumlah peralatan seperti mesin penggiling, mesin pengering, mesin perajang, dan empon-empon (sejenis tanaman untuk jamu). Sayangnya, pemberian bantuan peralatan tersebut belum merata.

 

Mengenai bantuan dalam bentuk promosi, pemerintah menyediakan sarana promosi jamu pada acara-acara tertentu yang diadakan oleh pemerintah daerah meskipun tidak dilakukan secara berkala. Di tingkat provinsi, gubernur juga mengadakan seminar tentang jamu setiap setahun sekali yang diikuti oleh pengrajin jamu di Jawa Tengah. Bila kita lihat pemerintah sebenarnya sudah sangat baik dalam membantu masyarakat desa Nguter mengembangkan usaha jamu tradisional nya, akan tetapi mungkin pemerintah kurang maksimal dalam membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha jamunya. Bila pemerintah telah benar-benar memprioritaskan mereka yang ingin berusaha jamu dengan benar tidak menutup kemungkinan tingkat kesejahteraan masyarakat di desa ini akan meningkat, dan tentunya akan menjadi suatu kebangaan tersendiri bagi pemerintah stempat.

 

Setelah menganalisi hasil penelitian yang pertama kami mencoba membandingkan dengan hasil penelitian kedua yang kami telah baca juga sebelumnya. Pada hasil penelitian yang kedua ini dengan judul obat tradisional yang mulai berkembang pesat disini sangat terlihat peneliti mencoba memaparkan secara umum sebab-sebab mengapa orang pada zaman sekarang ini mulai mencintai obat tradisional, faktornya yaitu gaya hidup back to nature itulah gaya hidup yang dalam sepuluh tahun terakhir berkembang pesat di dunia barat, termasuk dalam mengatasi masalah kesehatan dan kebugaran tubuh. Sebagaimana kecenderungan di dunia barat lainnya, gaya hidup "kembali ke alam" tersebut, dengan cepat berkembang di Indonesia. Kebiasaan menggunakan tanaman obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang biasanya dilakukan orang-orang desa, kini mulai diterapkan orang-orang di kota. Jamu yang semula dikonsumsi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah,  kini mulai dilirik masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Alasan nya mungkin sederhana mereka para orang yang ekonominya menengah keatas mulai berfikir bahwa modern saja tidak cukup untuk menyembuhkan suatu penyakit, alam lah yang terkuat karena dari alam banyak ditemukan antivirus yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Tidak dapat dipungkiri, kebijakan pemerintah mengenai kesehatan dan pendidikan (terutama kedokteran dan farmasi), terlalu berorientasi ke barat. Hal itu mengakibatkan pengobatan berbasis tanaman obat kurang mendapat dukungan dokter dan farmakolog. Padahal dengan memeprhatikan perkembangan terbaru, cukup ideal jika kurikulum pendidikan kedokteran dan farmasi mulai memasukan kajian mengenai tanaman obat tradisional.

 

            Selain itu bidang pengobatan alternatif, sebagaimana diberlakukan pemerintah Cina, perlu dipertimbangkan penerpannya di Indonesia. Dengan demikian, selain menguasai pengobatan cara barat, seorang dokter mampu menawarkan pengobatan alternatif. Memang pengobatan alternatif itu tidak bisa di harapkan keberhasilannya, akan tetapi pengobatan alternatif tidak terlalu buruk sebagai pertolongan kedua apabila pengobatan secara medis telah dilakukan tetapi hasil yang di dapat belum maksimal juga. Kita jangan beranggapan bahwa sebuah negara yang masih mengandalkan pengobatan alternatif itu merupakan bangsa yang tertinggal, itu tentu salah besar, sebagimana kita ketahui Tiongkok merupakan negara yang cukup maju di semua bidang salah satunya bidang pengobatan, makan tetapi Tiongkok masih juga terkadang mengandalkan pengobatan alternatif sebagai pertolongan kedua setelah pertolongan medis tentunya.

Jadi sebagai kesimpulan nya adalah penelitian pertama dengan penelitian kedua itu sebenarnya sama-sama membahas tentang manfaat obat tradisional dalam proses penyembuhan dibidang medis akan tetapi penelitian pertama terlihat lebih tertata dalam penyusunan hasil penelitian dan juga disertai dengan data yang lengkap dan terjun langsung kelapangan sehingga hasil yang didapat cukup factual dan sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan, sementara hasil penelitian yang kedua lebih menggunakan pendapat para ahli terdahulu dan melihat fenomena yang umum terjadi di masyarakat pada zaman sekarang ini, mengenai hasil data yang diperoleh cukup baik akan tetapi tidak sefaktual dari hasil penelitian pertama yang menggunakan metode terjun langsung ke lapangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini