KELUARGA BESARKU
Nama : Risha Shafira Deskhansa
NIM : 11150510000002
Kelas : KPI 1/A
Matkul : Pengantar Sosiologi
A. ASAL-USUL KELUARGA
Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Pada masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas (extended family) agen sosial bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencankup pula nenek, kakek, paman bibi dan sebagainya. Gertrude Jaeger (1997) mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi pada tahap pertama adalah keluarga. Pada tipe keluarga sendiri terbagi menjadi 2(dua), yaitu keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga batih merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Sedangkan keluarga luas adalah kumpulan dari keluarga batih tersebut.
Seperti halnya kelurga saya, saya berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda. Ayah saya berasal dari suatu kota kabupaten di Sumatera Selatan, yaitu Kota Pagaralam. Sedangkan Ibu saya berasal dari percampuran kakek yang berlatar belakang suku Padang Maninjau dan nenek saya yang berasal dari Sunda. Ayah saya dibesarkan dengan kebudayaan yang ada di Kota Pagaralam, sedangkan ibu saya yang terlahir dari suku dan adat budaya kakek nenek saya yang berbeda, maka beliau di besarkan dengan latar belakang dua kebudayaan tersebut.
Dahulu, Kakek dari ayah saya berprofesi sebagai pegawai peusahaan pupuk yang ada di Palembang. Dengan penghasilan sebagai pegawai tersebut, kakek saya dapat menghidupi ke istri dan ke 5 anak-anaknya. Ayah saya sendiri adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Sekarang ayah saya bekerja di bidang property. Pekerjaan ayah saya ini sesuai dengan apa yang di cita-citakan kakek saya yang dahulu ingin sekali ayah saya menjadi lulusan sarjana teknik.
Ibu saya di besarkan oleh keluarga yang sangat pekerja keras. Kakek saya yang dahulu sudah merasakan berbagai macam profesi pekerjaan seperti menjadi asisten dokter, pedagang dan lain sebagainya. Kakek saya ini sangat mengisnpirasi saya karena keteguhan hatinya, sifatnya yang pekerja keras dan pantang menyerah. Beliau dahulu yang mendapatkan beasiswa pendidikan sarjana di ITB, harus rela dan pasrah dikarenakan pemutusan kontrak beasiswa secara tiba-tiba dari lembaga yang membiayainya dikarenakan bangkrut. Dari kejadian itu beliau tidak putus harapan akan cita-citanya yang mulia. Beliau rela bekerja terus menerus demi anak dan istrinya. Mulai dari menjadi assisten dokter, berjualan hewan peliharaan, dan lain sebagainya telah belau jalani. Melihat kerja keras yang dilakukan oleh kakek saya, nenek saya pun tidak mau membebankan semua perekonomian keluarga dibebankan kepadanya, lalu nenek saya pun membantu dengan berjualan ikan hias di pasar. Karena ibu saya sudah terbiasa dengan latar belakang keluarga yang seperti itu, maka ibu saya dahulu sangat bercita-cita membahagiakan keluarganya tersebut dengan bekerja menjadi pegawai bank. Dan Alhamdulillah, hingga sekarang ibu saya berprofesi sebagai pegawai di Bank Mandiri Kantor Pusat di Palembang.
Sekarang, ayah dan ibu saya menggunakan prinsip teori solidaritasnya Max Webber yang mengatakan bahwa mereka harus bekerja keras demi kebahagiaan anak-anaknya dan saling bahu membahu untuk mencapai kesuksesan hidupnya.
B. JARINGAN SOSIAL
Jaringan sosial merupakan hubungan yang tercipta antar individudalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. (Damsar,2002:157). Jaringan sosial mempelajari struktur sosial dalam menganalisis pola ikatan sosiologis yang menghubungkan anggotanya, baik dalam hubungan mikro ataupun makro.
Jaringan sosial dalam keluarga saya menganut paham Emile Durkheim, yaitu tentang pendekatan fungsionalisme yang mengikat dan memelihara keteraturan sosial. jaringan sosial kami dibentuk dengan peraturan yang mengharuskan seluruh anggota keluarga menyempatkan waktu dan berkumpul dalam acara-acara besar keluarga, hari-hari besar, dan hari-hari penting dalam keluarga kami sendiri. Taklupa pula keluarga kami sering mengadakan acara acara keluarga seperti berkumpul di rumah nenek dan kakek, berlibur bersama, menghabiskan suasana weekend bersama, dan lain sebagainya. Ini dilaksanakan atas dasar menyambung tali silaturrahmi antar keluarga dan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat antar sesama.
C. NILAI NILAI DAN SISTEM SOSIAL BUDAYA DALAM KELUARGA
Sistem sosial budaya biasanya digunakan sebagai totalitas nilai, kode etik, tatanan sosial yang harus mampu mewujudkan cara hidup manusia dengan prinsip-prinsip dasar yang memiliki pola tindakan, pola pikir, dan fungsi struktur untuk mewujudkan dan mengembangkan kepribadian yang berdasar dari nilai sosial budaya yang ada.
Nilai-nilai sangat di junjung tinggi keluarga besar saya, seperti nilai agama, nilai norma, nilai budaya dan lain-lain. Dalam keluarga besar ibu saya nilai agama dan budaya sangat dijunjung tinggi untuk bekal pembentuk kepribadian generasinya. Sedangkan dalam keluarga besar ayah saya sangat menjunjung tinggi nilai agama, norma dan tata kerama kepada orang yang lebih tua. Karena kakek dan nenek saya mengajarkan anak dan cucunya untuk sangat menghargai orang lain, terutama orang tua apabila ingin menjadi orang yang sukses kelak. Tetapi rasa kekeluargaan dalam keluarga kami sangat kental, karena ada peraturan yang mengharuskan anak dan cucunya untuk selalu menyempatkan waktu berkumpul di hari-hari besar dan penting dalam keluarga. Walaupun begitu, keluarga kami juga menggunakan prinsip Max Webber yang membebaskan keluarga berpolitik dan mengeluarkan pendapat sesuai dengan pemikirannya. Serta menganut paham Emile Durkheim, yaitu tentang pendekatan fungsionalisme yang mengikat dan memelihara keteraturan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar