Nama : Tuti Awaliyah
NIM : 11150510000033
Kelas : KPI 1A
KELUARGA BESAR
I. ASAL-USUL
Layaknya seperti keluarga yang lainnya, saya mempunyai seorang ibu, ayah , kakak laki-laki juga perempuan, hanya saja saya tidak mempunyai adik. Menjadi bungsu dalam keluarga sebenarnya bukan hal yang mudah, karena banyak tantangan yang harus dihadapi sebagai anak yang berusia paling muda diantara yang lain. Salah satunya adalah menjaga perasaan saudara yang lebih tua agar tidak merasa dipilih kasihkan oleh orang tua. Seluruh keluarga saya berasal dari Jawa Tengah, lebih tepat bertempat di kota kecil bernama Brebes.
Minggu, 18 Austus 1997 dilahirkan ditengah keluarga yang penuh kasih sayang dengan perpaduan sifat yang sangat berbeda walau kami berasal dari rumpun yang sama. Ayah yang yang bersifat keras dan Ibu yang yang amat lembut menjadikan akulturasi yang cukup unik. Kami bukanlah keluarga yang cukup terkenal akan kedermawanan maupun keterampilan, kami hanyalah keluarga biasa yang selalu berusaha menjadikan diri kami sebagai contoh yang baik bagi orang yang lain. Ayahku adalah lelaki tertua dalam keluarganya, memaksanya untuk bisa menjadi contoh kepala keluarga yang baik bagi adik lelakinya yang lain. Inilah yang mendoktrin pikiran beliau bahwa hidup bukan hanya untuk mencari kebahagiaan diri sendiri tapi kita juga harus bisa memahami kehidupan yang makin lama makin keras, ini juga yang membuatnya memutuskan untuk berhenti sekolah di sekolah dasar, kehidupan yang keras mengubahnya menjadi pria tangguh penuh kreatifitas dengan berdagang. Dan jika ditanya tentang Ibu, beliau merupakan anak bungsu dalam keluarganya, satu-satunya perempuan diantara tiga bersaudara. Beliau tidak seperti ayah yang keras memikirkan aka kerasnya kehidupan nyata yang harus dihadapi melainkan Ibu lebih memikirkan kepentingan lebih dari apapun.
Seiring tumbuh dewasanya kami, kami sedikit demi sedikit tahu bagaimana keluarga kami itu. Ayah bukanlah orang pertama yang ibu nikahi begitu pula dengan ayah, sedikit aneh saat mendengarnya pertama kali seperti dalam sebuah cerita yang sering kubaca sewaktu kecil, tapi dalam versiku aku mempunyai lebih dari sekedar ibu tiri tapi juga kakak laki-laki dan perempuan tiri. Tapi , itu membuatku senang karena aku bisa merasakan bagaimana mempunyai keluarga yang seperti itu. Sosialisasi, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menjaga agar keluarga utuh. Terdengar seperti drama maupun sinetron tapi ini lucu menurutku.
II. JARINGAN SOSIAL
Keluarga besar adalah keluarga pedagang, usaha dominan yang ada dikeluarga ayah, mulai dari ayah hingga adik-adiknya mendirikan usaha yang sama dengan menggunakan bahan baku yang berbeda. Unit Dagang (UD) sebagai tingkatan yang sekarang dijalani oleh kami. Dengan itulah kami masih bisa terhubung satu sama lain, saling bertukar pikiran dalam bekerja dan membicarkan tentang cara jitu dalam bisnis dagang.
Tiada gading yang tak retak, itulah ungkapan bagi keluarga besarku, dalam hal ini Teori konflik melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam kelompok merupakan suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga pihak yang satu selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha menguasai pihak yang lemah. Dengan demikian konflik menjadi tak terhindarkan. Teori ini sangat berlaku dalam keluargaku, tapi tentu saja itu tak membuat kami menjadi terpecah belah sama sekali karena dalam hal ini kamilah para generasi muda yang bertugas untuk tetap menjalin tali persaudaraan.
Kamipun sebagai generasi muda tetap menjalani dan menikmati persaudaraan kami dengan terus saling berkunjung satu sama lain, berkomunikasi via telfon ataupun media sosial lainnya.
III. NILAI-NILAI DAN SISTEM SOSIAL DALAM KELUARGA
Sebagai orang Jawa tentu kami mempunyai beberapa peraturang yang telah diajarkan secara turun-temurun oleh leluhur kami meskipun terkadang generadi muda zaman sekarang kurang akan perhatian tentang hal-hal seperti itu, tetapi sebagai orang tua yang memegang teguh tradisi lama dan yakin akan manfaat yang ditimbulkan, orang tua kami mengajarkan kami beberapa hal yang harus dipatuhi dan hal-hal yang dilarang.
Tradisi lama yang kadang masih dipercaya oleh orang tua seperti dilarang potong kuku dimalam hari, berdiri di ambang pintu, mencuci baju dimalam hari bagi perempuan dan yang lainnya. Jika ditelusuri dengan penelitian yang saya lakukan semuanya itu mempunyai arti tersendiri akan manfaat dan akibat negatif yang ditimbulkan. Teliti tentang potong kuku dimalam hari dimaksudkan karena malam langit dalam keadaan gelap sehingga ditakutkan akan terjadi kecelakaan dalam memotong kuku. Jika ditanya bagaimna dengan adanya lampu?, tentu zaman dahulu belum ditemukan adanya lampu. Ataupun tentang pemahaman mencuci baju di malam hari, bukankah itu memang tidak baik bagi kesehatan?.
Ada yang mengatakan jika seseorang berdiri di ambang pintu maka jodohnya tidak akan pernah datang melamar, tapi jika diteliti berdiri di ambang pintu akan menghalangi jalan orang yang ingin lewat.
Semua kepercayaan itu bukan sesuatu yang mitos yang hanya dijadikan pelengkap budaya, karena semua itu perlu adanya pengkajian.
Sistem sosial yang ada dalam keluarga besarku tidak jauh berbeda dengan sistem wajib yang dalam keluarga lainnya.
- Mematuhi kedua orang tua
- Menjadi anak yang baik dan budi pekerti luhur
- Meneladani serta memberi contoh pada yang lain
- Menghormati yang lebih tua
- Menjadi pribadi yang mandiri dan mengerti akan situasi dan kondisi
- Menjadi diri yang taat agama dan berjiwa nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar