Kebijakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini Tentang Penutupan Dolly
Wacana penutupan Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara gang Dolly di Surabaya makin memanas.Kurang lebih sebulan lagi lokalisasi Gang Dolly di Dukuh Kupang, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawaha, Jawa Timur, bakal ditutup oleh Pemerintah Kota (Pemkot) setempat. Namun rencana penutupan lokalisasi ini kini justru bikin 'panas' suhu politik dan
masalah sosial masyarakat di Surabaya. Setelah beberapa waktu lalu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, yang didukung Ormas Islam di Surabaya terlibat 'perang urat saraf' dengan Wakilnya Whisnu Sakti Buana yang didukung kader PDIP dan ormas lain, kini giliran ratusan PSK dan mucikari Dolly turun jalan. Mereka demo menolak penutupan lokalisasi yang konon disebut terbesar di Asia Tenggara itu.Setidaknya 500 massa yang terdiri dari berbagai elemen massa, yakni; Gerakan RakyatBersatu (GRB), Pagar Jati, Paguyuban Arek Jatim, serta ratusan PSK dan Mucikari yang tergabung dalam Forum Pekerja Lokalisasi (FPL), berdemonstrasi di depan Kelurahan Putat Jaya, Jalan Duku Kupang. Mereka berseragam hitam dengan tulisan FPL sambil mengusung berbagai spanduk berisi penolakan penutupan. Aksi sendiri diawali dari lokalisasi, lalu mereka long march sejauh 500 meter ke depan Kantor Kelurahan Putat Jaya.
Tentunya wacana ini , walaupun baik untuk kedepannya, tapi tetap saja ada pro kontra tentang rencana ini.
Berikut yang PRO penutupan gang dolly :
1. Gubernur Jatim Soekarwo
Sebenarnya rencana penutupan Gang Dolly merupakan program Kementerian Sosial dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sementara posisi Pemkot Surabaya adalah eksekutor penutupan.Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan dukungannya terhadap penutupan Dolly .Dia menandaskan tetap mendukung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup lokalisasi terbesar di Surabaya dan Asia Tenggara itu. "Pokoknya kita serahkan semuanya ke Ibu Wali Kota (Risma). Pemprov akan mendukung dan support sepenuhnya langkah yang diambil Pemkot Surabaya," kata Soekarwo yang akrab disapa Pakde Karwo itu, di Gedung Grahadi Surabaya.
2. Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Risma targetkan Dolly tutup sebelum Ramadhan .Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam
beberapa kesempatan berkukuh bakal menutupGang Dolly. Bahkan dia menargetkan penutupan harus sudah terlaksana pada 19 Juni 2014, atau setidaknya sebelum Ramadhan.
Untuk merealisasikan rencana penutupan itu,Risma meminta dukungan berbagai pihak, mulai warga Surabaya sendiri, organisasimasyarakat sampai kiai. Risma juga sudah melakukan sosialisasi rencana penutupan itu jauh-jauh hari. Dia berpandangan ,pemahaman harus terus
dilakukan untuk memberi pengertian kepada para PSK, " sumber penghidupan itu bukan menjual tubuh ke lelaki hidung belang, melainkan ada banyak cara mengais rizki dengan cara halal ", ujar Risma. Jadi, menurut Risma, pembubaran seluruh praktik prostitusi di Surabaya ini, bukan sekedar menutup tanpa solusi. Melainkan juga disertai upaya recovery agar para PSK mampu menjadi pelaku ekonomi secara mandiri. "Transformasi pemahaman ini adalah, bagaimana kita bisa menunjukkan dan meyakinkan, bahwa apa yang dilakukan para PSK, sejatinya bukanlah pekerjaan," beber walikota Surabaya ini.
3. Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Ormas Islam lainnya di Jawa Timur menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini , di Balai Kota Surabaya. Mereka mendukung rencana Risma menutup lokalisasi gang Dolly.
4. Kiai Nahdlatul Ulama (NU)
Dukungan PWNU Jawa Timur ini dilontarkan Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah yang sempat menemui Tri Rismaharini . Dia mengatakan, dukungan yang diberikan PWNU Jatim kepada Pemkot Surabaya, adalah menyampaikan amanah dari para kiai di Jawa Timur. "Maksud kunjungan kita itu untu menyampaikan amanat para kiai yang mendukung penutupan lokalisasi di Surabaya. PWN siap memberikan dukungan tertulis yang melibatkan seluruh pengurus NU, mulai dari pengurus wilayah hingga level anak ranting," beber Kiai Mutawakkil. Selain itu, dikatakan Kiai Mutawakkil, bentuk support PWNU Jawa Timur juga tertuang dalam tindakan pasca-penutupan.
YANG KONTRA
1. PSK dan Mucikari
Para penghuni lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Tante Dolly di masa kolonial itu, juga menganggap masih banyak orang-orang yang membutuhkan penghidupan dari geliat prostitusi yang berada di jantung Kota Pahlawan tersebut. "Kami menggelar aksi ini, untuk menuntut dan menolak penutupan, karena kami merasa di sekeliling kami masih banyak yang membutuhkan, ada karyawan-karyawan yang membutuhkan kehidupan, banyak warga yang juga bergantung di situ (Dolly dan Jarak)," kata salah satu mucikari Gang Dolly, Ani usai ikut bernegosiasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan di Kantor Kelurahan Putat Jaya.
Menurutnya, kalau pemerintah (Pemkot Surabaya) ingin menutup Gang Dolly dan Jarak, harusbisa mensejahterakan warga sekitar terlebih dahulu."Kalau pemerintah menutup, harus memberi waktu dan bisa mensejahterakan dulu, saat ini masyarakat masih membutuhkan, masyarakat tidak pernah merepotkan pemerintah, jadi ini masalah politik saja. Pemerintah dengan politiknya, berusaha untuk mematikan (menutup Dolly) ekonomi masyarakat," tegasnya.
2. Warga gang dolly
"Di sini (Gang Dolly dan Jarak) itu sampah. 'Ada banya sampah di situ Di situ juga ada kakek-kakek dan cucu-cucu yang butuh makan. Kalau sampah ini sudah tidak lagi di tempatnya , mau jadi apa nanti," kata salah satu warga. Ada hal menarik disini, saat metro tv menayangkan berita ini, ada salah satu warga yang sekarang ada di Kalimantan ( maaf namanya lupa ), dia mengatakan kalau dulu pernah bekerja di kawasan itu selama dua tahun ( sekitar tahun 2001-2002). Dia mengungkapkan kalau sebagian besar warga disitu memang sudah tidak mau kerja lain, banyak yang menjadi mucikari dan pemilik panti pijat ( plus-plus pastinya), dan mereka merasa sudah nyaman dengan pekerjaan itu.Dan bahkan dia juga menyayangkan ada beberapa saudaranya yang juga disitu dan masih menjalankan profesinya sebagai mucikari dan sejenisnya.Dia mengatakan sangat-sangat mendukung agar gang dolly segera ditutup, agar saudaranya yang disitu dan warga segera sadar dan kembali kejalan yang benar. " masa' ada saudara saya yang kerjanya seperti itu mau naik haji " katanya.
Menurut analisis yang sudah saya kutip yaitu http://masshar2000.com/2014/05/22/pro-kontra-penutupan-gang-dolly/ karya masshar ini penutupan yang dilakukan oleh walikota surabaya Tri Rismaharini menurut sebagian besar orang Surabaya mendukung tindakan ini. Tindakan penutupan yang dilakukan oleh walikota surabaya sangat bagus, karena dengan penutupan dolly ini mengurangi banyak penyakit akibat seks bebas yang di lakukan oleh para PSK, dan tidak lagi di contoh oleh orang banyak terlebih lagi anak kecil.
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975). Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan social ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000).[1]
Tindakan ini merupakan tindakan yang seharusnya memang dilakukan oleh walikota surabaya sedari dulu. Walaupun banyak orang yang kontra menolak penutupan ini dengan berbagai alasan salah satunya mereka menganggap banyak orang yang tinggal disana dan membutuhkan uang. Menurut walikota Surabaya "banyak sekali pekerjaan yang bisa di lakukan dengan cara halal"[2]. Menurut saya tindakan penutupan ini dapat mengajarkan bagaimana mencari uang yang halal dan menjadi orang yang berguna bagi bangsa bukan dengan menjadi dolly, karena dolly bukan hanya membawa dampak negatif bagi dirinya sendiri tetapi juga membawa dampak negatif bagi orang lain terutama anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar