APLIKASI FILSAFAT DALAM KOMUNIKASI
Secara sederhana Aplikasi atau implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Sehingga yang dimaksud dengan Aplikasi Filsafat dalam Komunikasi ialah penerapan dan pelaksanaan hal – hal filsafati dalam praktek komunikasi.
Dalam melakukan komunikasi, bisa berbahaya jika kita menelan mentah – mentah informasi atau pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator. Perlu dipertanyakan aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis atas konteks pesan yang disampaikan. Hal ini diperlukan agar tercipta sebuah alur komunikasi yang kritis dan membangun. Berpikir filosofis adalah berpikir kritis dalam menangkap suatu fenomena dan pesan.
Berikut adalah pertanyaan – pertanyaan utama filsafat ilmu mengenai ilmu komunikasi yang berfungsi untuk menyegarkaan keyakinan yang sudah usang, dan mengingatkan ulang mengenai dasar-dasar keyakinan, yakni:
Ontologis: "What is communication?" – Apa
Secara harfiah, kata komunikasi berasal dari Bahasa Inggris communication, yang merujuk pada kata latin yakni communis yang berarti "sama". Kesimpulannya, secara harfiah komunikasi merupakan sebuah proses dalam menyamakan persepsi suatu hal diantara pihak-pihak yang melakukan kontak.
Epistemologis: "How to get communication?" – Bagaimana
Kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal dan non-verbal. Komunikasi juga dapat dilakukan dengan syarat ada pihak yang berperan sebagai komunikator dan pihak yang berperan sebagai komunikan. Komunikasi dapat dilakukan dengan searah ataupun lebih, dengan lisan maupun non-lisan.
Aksiologis: "What communication for?" – Untuk apa
Kegunaan komunikasi adalah untuk membuat dua pihak yang melakukan kontak memiliki suatu pesan dengan pengertian yang sama. Tujuan berkomunikasi yang lainnya adalah untuk membuat orang lain merasa, berpikir, dan lebih jauh lagi untuk melakukan apa yang kita inginkan. Secara singkat, tujuan berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kitaPermulaannya, komunikasi merupakan bagian dari pergelutan filosofis. Pergelutan filosofis ialah pemikiran yang mencoba untuk mencari dan merumuskan hakikat segala sesuatu. Komunikasi merupakan bagian dari kajian filosofis hingga akhirnya berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Namun, bukan berarti ilmu komunikasi sudah tidak lagi membutuhkan peranan filsafat di dalam disiplin ilmu dan penerapannya. Menerapkan pemikiran filosofis dalam praktek komunikasi, merupakan sebuah bentuk implementasi filsafat dalam ilmu komunikasi itu sendiri.
Apabila ilmu komunikasi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antarmanusia, dapat dinyatakan bahwa filsafat ilmu komunikasi mencoba mengkaji ilmu komunikasi dari segi ciri-ciri, cara perolehan, dan pemanfaatannya.
Dewasa ini, ilmu komunikasi memiliki sejumlah ilmu praktika, yaitu Hubungan Masyarakat, Periklanan, dan Jurnalistik. Ilmu-ilmu tersebut merupakan anak dari ilmu komunikasi yang dihasilkan oleh penghayatan dan pengamalan nilai-nilai filsafat. Sehingga, komunikasi dapat menjadi kajian ilmu yang bermetode, bersistem, dan berlaku universal. Ia memiliki objek kajian formal (tingkah laku) dan material (manusia). Misalnya, jika ilmu komunikasi juga mempelajari penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang ditujukan kepada bebatuan serta tumbuhan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberi respon positif mereka? Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain manusia akan mencederai kriteria objek keilmuannya.
a. Kajian Epistemologis
Kunci dari akurasi sebuah berita adalah fakta dari peristiwa. Seorang jurnalis harus membawa muatan fakta pada setiap pelaporan berita. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tidak berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
b. Kajian Ontologis
Pada aspek ontologis, kita dapat mengambil contoh real berupa kajian berita infotainment di ruang publik. Maka, pertanyaan yang paling mendasar ialah mengenai keberadaan jati diri infotaiment itu sendiri. Pasca orde baru, di mana kebebasan pers dibuka seluas-luasnya, TV nasional berlomba-lomba menayangkan berita infotainment. Fenomena ini, akan terus berkembang di Indonesia. Karena realitasnya, acara semacam ini mendapatkan rating yang tinggi dan diminati oleh masyarakat. Kajian ontologism, memberikan kita wawasan dan daya analisis agar kita bisa lebih bijak menyikapi fenomena-fenomena komunikasi dewasa ini.
c. Kajian Aksiologis
Secara aksiologis, kegunaan infotainment ada pada hiburan yang menarik audience dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat saja sebagai sebuah strategi bisnis di dunia jurnalistik. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain. Ada penurunan nilai etika dalam prakteknya. Beberapa kaidah jurnalistik pun dilanggar demi mengejar keuntungan dan rating.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar