Senin, 03 November 2014

tugas6-Puji Indah Lestari-Etika dan Filsafat Komunikasi-KPI 5D

NAMA            : Puji Indah Lestari
NIM                : 1112051000098
KELAS            : KPI 5D
 
Aplikasi Filsafat Dalam Komunikasi
 
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.
Penempatan Filsafat pada suatu disiplin ilmu tertentu, tentu saja akan membuat ruang lingkup masalah filsafat tersebut akan berkembang dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karena filsafat tidak membatasi diri pada obyek-obyek atau masalah-masalah sejauh dapat dipikirkan oleh manusia, begitu pula hakikatnya berkomunikasi yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan proses berfikir manusia yang tanpa batas.
Media massa saat ini telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini, bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Media komunikasi massa abad ini yang tengah digandrungi masyarakat adalah televisi. Perkembangan pertelevisian di Indonesia dua tahun terakhir ini memang amat menarik, sehingga para penonton di rumahh bisa dengan leluasa memilih acara apa yang ingin mereka tonton di rumah.
Namun realitasnya, yang terjadi adalah stasiun-stasiun TV di Indonesia terjebak pada selera pasar karena tema acara yang disajikan hampir semua saluran TV tidak lagi beragam tetapi seragam di mana informasi yang sampai kepada publik hanya itu-itu saja tidak menyediakan banyak alternatif pilihan. Beberapa format acara TV yang sukses  di satu stasiun TV acapkali diikuti oleh TV-TV lainnya, hal ini terjadi hampir pada seluruh format acara TV baik itu berita kriminal dan bedah kasus, tayangan misteri, dangdut,  film india, telenovela, serial drama Asia, Infotainment, dan lain-lain. Misalnya saja acara yang ditayangkan salah satu stasiun TV memiliki konsep acara yang fun, dengan menyajikan candaan dari artis atau para pemainnya yang juga menampilkan "goyangan" yang dilakukan bersama-sama dengan penonton di studio, yang kemudian mendapatkan respon positif dari pemirsa di rumah. Acara tersebut kemudian dianggap sukses karena mendapatkan ratting yang tinggi. Kemudian untuk memperoleh ratting yang tinggi pula, beberapa stasiun TV lainnya mulai menampilkan acara dengan konsep yang serupa. Itulah yang disebut dengan keseragaman acara.
            Selain itu, keseragaman acara juga ada pada acara dengan format infotainment. Jika kita cermati tampaknya tayangan-tayangan infotainment yang mengklaim sebagai sebuah produk jurnalisme seringkali berorientasi bukan pada efek yang  timbul dalam masyarakat tetapi produk komersial tersebut apakah mampu terjual dan mempunyai nilai ekonomis atau tidak, sehingga tidak memperhatikan apa manfaatnya bagi pemirsa.
Fenomena ini menandakan satu permasalahan di dalam kehidupan nilai-nilai "filosofis" televisi di Indonesia. Televisi Indonesia semakin hari semakin memperlihatkan kecenderungan mencampuradukan berita dan hiburan melalui format tayangan "infotainment". Kebergunaan berita menjadi berkurang bahkan menyimpang. Hal ini disebabkan di antaranya oleh tekanan pasar yang makin meningkat.
1.      Kajian Aspek Epistemologis:
Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak berkaitan dengan kepentingan–kepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Secara epistemologis cara-cara memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita infotainment yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang, mapan, sistematis & logis.
2.      Kajian Aspek Ontologis
Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme.
Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi)
3.       Kajian pada aspek aksiologis
Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk "menyaingkan" antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal karena terbangun atas bentuk bukan substansi.
Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari pemasang iklan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini