Aplikasi Filsafat dalam Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13).
Media merupakan alat yang digunakanoleh satu pihak untuk menyebarluaskan informasi (Komunikasi Massa) yang nantinya akan di nikmati oleh masyarakat. Pengertian media menurut Eoin Devereux, yaitu media dapat berupa institusi, media sebagai wadah berkomunikasi antara pengirim dan penerima, media sebagai agen sosialisasi dan menjadi sumber yang kuat. Media memiliki beberapa fungsi yakni informasi, hiburan, persuasi, dan edukasi.
Media memiliki berbagai jenis, diantaranya: media cetak, media online, dan media elektronik.
a. Ontologi Ilmu Komunikasi
Ontologi pada dasarnya menanyakan hakekat apa dari suatu Ilmu. Ontologi dalam hal ini mencoba melihat realitas/permasalahan yang terjadi dan mengaitkannya dengan kebenaran ilmu.
Dalam peranannya terhadap kajian Ilmu Komunikasi, Ontologi berupaya melihat realitas Ilmu Komunikasi sebagai sarana atau proses penyampaian pesan antar manusia. Hal ini disesuaikan oleh dua hal dimana 1) sesuai dengan obyek materianya yang berada dalam rumpun ilmu sosial maka ilmu komunikasi harus terjadi antar manusia 2) Ilmu komunikasi menggunakan paradigma dimana pesan disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya.
Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan tindakannya dalam konteks sosial, sementara obyek formanya adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Manusia berkomunikasi didasarkan pada emosi jiwa yang kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa untuk berkomunikasi.
S. Langer berpendapat bahwa bahasa bermula sebagai tindakan emosional – ungkapan yang meluap-luap, yang menggugah hati para pendengarnya. Sehingga komunikasi dapat dikatakan sebagai jalinan yang menghubungkan manusia.
Contoh : Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme.
b. Epistemologi Ilmu Komunikasi
Epistemologi pada dasarnya menanyakan tentang hakekat bagaimana kebenaran ilmu bisa dibuktikan. Dalam hal ini epistemologi mengaitkan ilmu dengan syarat-syarat uji kebenaran Ilmu yaitu apakah ilmu itu objektif, empiris dan sistematis?.
Ilmu Komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan berdasarkan paradigma positivist dan anti-postitivist.
Berita merupakan bentuk komunikasi di media massa. Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak berkaitan dengan kepentingan–kepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian.
c. Aksiologi Ilmu Komunikasi
Aksiologis mempertanyakan kegunaan/nilai: bagaimana dan untuk tujuan apa ilmu komunikasi itu digunakan. Penilaian ini menjadi terkait oleh nilai etis atau moral. Dalam hal ini, hanya tindakan manusia yang sengaja yang dapat dikenakan penilaian etis.
Akar tindakan manusia adalah falsafah hidup: kesatuan nilai-nilai yang menurut manusia memiliki derajat teragung yang jika terwujud ia yakin akan bahagia. Aksiologi ilmu komunikasi kemudian mempertanyakan untuk tujuan apa praktisi komunikasi menggunakan ilmunya tergantung pada pokok jawaban atas pertanyaan pokok falsafah hidup individu manusianya: apakah ilmunya akan digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat, atau sebaliknya? Demikian pula halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah hidupnya akan menentukan dalam memilih obyek penelitian, cara melakukan penelitian, dan menggunakan produk hasil penelitiannya.
Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk "menyaingkan" antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal karena terbangun atas bentuk bukan substansi.
Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari pemasang iklan.
Daftar Pustaka
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Rajagrafindo, Persada, 2007
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 20.
Tebba, Sudirman. Filsafat dan Etika Komunikasi, Pustaka IrVan, Banten 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar