LAPORAN PENELITIAN
PENGANTAR SOSIOLOGI
"Makalah ini disusun untuk memenuhi kegiatan perkuliahan"
Dosen Pembimbing:
Dr. Tantan Hermansyah, M.Si
DISUSUN OLEH :
NITA JURNALISTIK 1/B
(11150510000208)
SITI FATIMAH KPI 1/A
(11150510000015)
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1. Pendahuluan
a. Latar belakang
Alhamdulillah puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat ilahi robi allah yang telah memberikan kami berbagai nikamat terutama nikmat sehat wal'afiat sehinga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Yang membahas tentang Pasar tradisional Ciputat Tangerang Selatan. Pasar ini adalah tempat yang kami kunjungi sebagai bahan perbandingan teori yang kami teliti. Pada mulanya kami sempat bingung memilih objek kajian kami karena pertama lingkup pasar yang sangat luas, kedua kami kesulitan menemukan informan yang dapat menjawab pertanyaan kami. Setelah hari pertama pengamatan daerah pasar akhrinya dihari kedua kami menemukan objek sasaran kami adalah seorang pedagang perabot rumah tangga yang tidak pernah sepi pembeli di bagian tepi pasar yang notabene jarang dilewati banyak orang. Melalui pedagang tersebut kami ingin mencari tahu pembuktian kelas-kelas sosial di Pasar Ciputat. Alasan kami memilih pedagang itu karena tokonya yang tidak terlalu besar tetapi ramai dikunjungi pembeli. Sedangkan subjek kami adalah kelas-kelas pedagang di dalam ruang lingkup pasar tradisional Ciputat. Alasan kami memilih pasar ciputat karena menurut kami pasar ciputat sudah cukup baik terorganisasi pasti disana terdapat gejala-gejala sosiologi yang dapat kami ujikan dengan-dengan teori yang sudah ada. Yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi, terutama teori marxisme dan neo marxisme yaitu Karl Marx, George Lukas, Ralf Dahrendorf, Antonio Gramsci, Jurgen Habermas, Van Dijk, dan P. Bourdieu.
b. Metode penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan adalah penagamatan lokasi subjek yaitu pasar ciputat lalu wawancara. Kami mewawancarai lagsung pedagang perabot rumah tangga yang ada di Pasar Ciputat. Pengamatan subjek telah kami lakukan sehari sebelum wawancara pada hari Minggu 30 November 2015 dan dilanjutkan dengan wawancara dengan narasumber pilihan kami pada hari Senin tanggal 1 Desember 2015.
2. Tinjauan Teoritik
Bermula pada abad ke 19 saat terjadi industrialisasi yang memicu para sosiolog mengamati keberadaan kelas-kelas sosial yang terbentuk karena dasar kepemilikan modal. Karl Marx merupakan tokoh alairan klasik sosiologi . Karl Marx sebenarnya bukan sosiologatau tidak mau juga di sebut sebagai sosiolog. Hasil karya karl marx menjadi bagian dari teori marxisme. Karya Karl Marx dapat di bagi dalam empat teori yang terkenal dari Karl Marx yaitu teori tentang konsepsi masyarakat , teori tentang kelas-kelas sosial, teori tentang ideologi dan teori tentang pemerintahan .
Pemikiran sosiologi Karl Marx mengungkapkan bahwa dalam kapitalisme terjadi keterasingan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena ia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendapat bahwa ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh keberadaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antara kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dll. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah tidak mempertimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhksn hubungan produksi.
Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
1. Masyarakat feudalism, dimana factor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.
2. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitalisme.
3. Pada masa komunisme, manusia tidak di dorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
1. Kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkannya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimanan nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feudal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya, satu-satunya biaya social untuk memproduksi barang adalah buruh.
Sementara menurut Ralf Dahrendorf bahwa masyarakat terbagi dalam 2 kelas atas dasar pemilikan kewenangan (authority), yaitu kelas yang memiliki kewenangan (dominan) dan kelas yang tidak memiliki kewenangan (Subjeksi). Menurut teori ini masyarakat terintegrasi karena adanya kelompok kepentingan dominan yang menguasai masyarakat banyak. Teori Dahrendorf justru merupakan kritis atas teori Marx.
Sedangkan pada Marxisme Hegelian, George Lukacs dan Antonio Gramsci telah menyumbangkan beberapa gagasan terhadap teori marxian. Sumbangan utama Lukacs terhadap teori Marxian berupa dua gagasan besar yakni tentang Reifikasi dan kesadaran kelas. Sejak awal Lukacs menjelaskan bahwa ia tidak sepenuhnya menolak karya para Marxis ekonom tentang reifikasi, namun sekedar berusaha memperluas dan menguraikan lagi gagasan-gagasan mereka. Dalam mengembangkan gagasan reifikasinya, Lukacs menggabungkan pandangan Weber dan Simmel. Namun, karena reifikasi melekat pada teori Marxian, konsep dipandang sebagai masalah yang terbatas pada kapitalisme, dan seperti halnya bagi Weber dan Simmel, Bukanlah nasib yang niscaya bagi umat manusia. Disisi lain pada kesadaran kelas, Lukacs menjelaskan bahwa kesadaran kelas bukanlah jumlah atau rata-rata kesadaran individu, dia menjadi milik sekelompok orang yang memiliki tempat serupa dalam sebuah sistem produksi. Pandangan ini mengarah pada fokus kesadaran kelas borjuis dan khususnya proletariat, yang diawal sudah dibahas oleh Karl Marx.
3. Hasil Observasi Lapangan
Pada hari pertama kami observasi pasar Ciputat, kami mendapati fenomena ketimpangan penjualan antara pemilik modal besar dan pemilik modal kecil, hal ini kami simpulkan dari lebarnya lapak atau toko tempat berjualan. Beberapa toko ada yang menggunakan dua kios sekaligus, ada yang cukup dengan satu kios, ada yang satu kios untuk dua pedagang, dan ada pula yang berdagang di emperan toko lain. Setelah itu kami juga melihat jumlah pegawai yang berada dalam satu toko. Sebuah toko dengan barang yang sangat banyak dan menggunakan dua toko memiliki rata-rata 3-4 pegawai untuk melayani pembeli. Toko yang menggunakan satu toko memiliki 2-3 pegawai saja. Sedangkan yang menggunakan sebagian lapak dibagi 2 penjual hanya memiliki satu pegawai bahkan ada yang tidak memiliki pegawai. Selanjutnya perhatian kami tertarik menuju toko yang hanya berada di emperan toko dengan jumlah barang yang sedikit dan tidak memiliki pegawai. Kami berpikir apakah pedagang itu mampu bersaing dengan pedagang lain yang memiliki heterogenitas barang yang banyak. Kami berjalan mendekati seorang penjual tas, penjual tas ini menjual tasnya dengan harga yang jauh dari pasaran, yaitu dengan harga lima belas ribu rupiah.
Kami memerhatikan pedagang ini cukup lama ternyata banyak juga pembeli tas dengan harga murah ini, pembelinya mulai dari remaja, ibu-ibu dan juga laki-laki. Kami mulai berdialog dengan pedagang yang namanya tidak ingin dituliskan dalam makalah kami ini. Ternyata penjual ini tidak hanya menjual tas untuk wanita ia juga menjual tas untuk laki-laki semacam tas kecil. Dalam mempertahankan eksistensi penjualannya, pedagang ini selalu memperhatikan tren baru tas remaja dan ibu-ibu serta memperhatikan kebutuhan tas kecil untuk laki-laki. Ketika kami sedang berbincang ada seorang pembeli, penjual tas ini melayani pembeli. Tetapi menurut kami sebagai seorang peneliti cara ia menawarkan barangnya kurang menarik. Kami menyimpulkan pada dua kemungkinan pertama karena ia gerogi atas adanya kami yang sedang mewawancarainya, kedua karena faktor kurang pengalaman karena setelah kami bertanya lagi, ia masih berusia 21 tahun dan berdagang baru selama 4 tahun serta ia hanya melanjutkan pekerjaan orang tuanya. Modal yang dimiliki hanya berkisar 3-4 juta rupiah saja. Angka itu sangat jauh dari kategori penjual pasar, karena ia masih harus membayar sewa lapaknya sebesar lima ratus ribu rupiah kepada pemilik toko emas yang emperan/ teras tokonya ia tempati.
Dalam mendapatkan barang ia tidak mengambil barang dari distributor lain, maka ia terbebas dari tekanan dan tanggung jawab atas barang yang tidak laku dijual. Dalam konteks ini dia terbebas dari teori pengaruh atau hegemoni yang dikemukakan oleh Gramsci. Bila saja pedagang ini menjual barang dengan mengambil barang dari distributor lain maka dia akan berada dalam pengaruh orang yang memberikannya barang, secara langsung ia akan berada dalam tekanan dan disini terjadi pensetrataan berdasarkan modal yang dimiliki. Setelah berbincang dengan penjual tas itu kami, berjalan mengelilingi pasar Ciputat. Setelah berkeliling kami melihat toko yang menjual barang perabotan dapur yang ramai pembeli walaupun di tempat yang jarang ada orang lewat di jalur itu. Kami tertarik untuk sejenak mengamatinya dan berencana mewawancarainya. Tetapi karena hari mulai senja kami memutuskan untuk melanjutkan observasi dikemudian hari.
Pada hari Senin tanggal 1 Desember 2015, setelah kuliah selesai kami bergegas menuju pasar ciputat dengan menggunakan kendaraan umum (angkot). Diperjalanan kami sambil mempersiapkan peralatan untuk mewawancarai narasumber kami. Setelah sampai kami tidak langsung mewawancarai narasumber kami, kami berkeliling mengamati lingkungan pasar ciputat terlebih dahulu. Puas langkah kami mengelilingi pasar kami berhenti di toko yang memang menjadi incaran kami sebagai narasumber. Pak Muhammad Mahmud (28th) alamatnya di Ciputat ia sudah berjualan selama lima tahun. Kami mulai pembicaraan dengan memperkenalkan diri, lalu kami mengajukan pertanyaan pertama "mendapatkan barang dari distributor lain atau langsung beli pada distributor besar?" pak mahmud mengambil barang langsung pada grosiran China jadi beliau mendapatkan harga yang jauh lebih murah dari harga yang ditawarkan oleh toko-toko lain. Tetapi karena mengambil barang dengan modal besar maka terdapat target penjualan perbulan yang harus terpenuhi agar dapat secara terus menerus menambah barangnya. Setelah beberapa pertanyaan terungkap bahwa barang yang pak mahmud dapatkan adalah permodalan dari kakaknya sebagai distributor besar, bisa dikatakan bahwa pak mahmud adalah orang kedua dalam distribusi barang. Dalam hal ini pak mahmud berada dalam tekanan kakaknya karena dia harus bisa menjual barang sesuai dengan persediaan barang yang disepakati termasuk yang tersimpan di gudang. Pak mahmud dalam sistem keadilan teori neo marxisme berada pada strata ke tiga karena ia juga mengakui bahwa dia memiliki pekerjaan yang lebih besar dan dengan keuntungan yang lebih sedikit dibandingkan penghasilan kakaknya yang berperan sebagai distributor. Target penjualan yang selalu harus dipenuhi ini membuat seolah pak mahmud berada pada pengaruh dan rasa keterpaksaan secara langsung oleh kakaknya sendiri seperti halnya hegemoni yang terjadi pada teori yang di kemukakan Gramsci.
Target penjualan yang dikejar setiap bulannya tidak hanya unuk memutar keuangan yang dijadikan modal, tetapi juga untuk membayar sewa lapak toko yang dia tempati. Toko itu dibagi sebagian kepada penjual tahu. Pak mahmud memaparkan pula bahwa harga sewa toko berbeda setiap kelasnya. Jika dibagian depan harganya berkali-kali lipat lebih mahal. Sedangkan bagian yang belakang yang jarang orang lewat harganya lebih murah bisa jadi 3 banding 1. Pengkelasan ini berdasarkan besarnya kemampuan membayar sewa lapak dengan kata lain besarnya kepemilikan modal.
4. Kesimpulan
Teori sosiologi marxisme dan Neo marxisme masih berlaku hingga sekarang, keberadaan kelas-kelas sosial dan saling mempengaruhi merupakan bagian dari setiap kegiatan di pasar barang. Meskipun teori itu sudah ada sejak berabad yang lalu namun teori itu masih dapat diterapkan hingga saat ini. Teori marxisme Karl Marx dan toko-tokoh yang lain masih menjadi pedoman bagi para ahli sesiologi pada saat ini.
5. Daftar pustaka
Goerge Ritzer Douglas J Goodman penerjemah Nurhadi dkk.2008. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Sosiologi modern . Jakarta: Kreasi Wacana
Anthony Giddens, dkk.2008. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya.Yogyakarta: Kreasi wacana Yogya
Ritzer, george dan Douglas J.Goodman.2012.Teori sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar