Selasa, 01 Desember 2015

Tugas Observasi - Rizky Kusumawati/ Jurnalistik 1A (11150510000111), Sa'diah/ KPI 1B (11150510000130)

 

BAB I

PENDAUHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem hubungan sosial dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran  yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada satu dari dua belah pihak.

Terdapat banyak jenis-jenis pasar, salah satu diantaranya adalah pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Khususnya daerah kota jakarta terdapat lokasi-lokasi pasar yang strategis untuk memenuhi kebutuhan warga kota jakarta setiap harinya antara lain pasar pagi, pasar malam, pasar impres, dan lain-lain. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami akan melakukan observasi langsung di lapangan kebeberapa macam lokasi pasar yang terletak di sekitar daerah cilandak, untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana peranan pasar tersebut bagi para pedagang itu sendiri dan masyarakat sekitar.

Pada tugas kali ini, kami menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode kerja ilmiah yang mengutamakan bahan atau informasi yang nantinya akan diuji berdasarkan tingkat kualitas data. Dengan metodologi ini sukar didapat indicator atau skala pengukuran berdasarkan angka-angka yang bersifat eksak (tepat/pasti). Metode ini juga dikenal dengan istilah metode historis dan metode komparatif, artinya setiap analisis ilomiah dari gejala atas objek kajian sosiologi lebih menekankan pada analisis peristiwa-peristiwa sosial untuk kemudian dirumuskan dalam prinsip-prinsip umum.

Dari penjelasan diatas, maka muncul permasalahan yaitu :

a.     Bagaimana strategi pemasaran yang di terapkan ?

b.     Berapa persen keuntungan perbulan atau pertahun ?

c.      Apa saja kendala-kendala yang di hadapi ?

d.     Bagaimana managemen dan keuanganya ?

e.      Sudah berapa lama usaha ini dijalankan ?

f.       Bagaimana cara pendistribusian barang ?

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

Sejarah marxisme adalah sejarah panjang atas sebuah kerangka pemikiran, doktrin, ideology kontradiktif. Dipuja oleh sebagian oranng yang tertindas, dan pada saat yang sama, dibenci oleh sebagian orang sebagai doktrin, sebagai ideology penebar paham kediktatoran Negara atas rakyat yang memiskinkan aspek individual, paham penebar semangat komunisme yang anti agama, paham yang menentang kemapanan ekonomi individual. Ada pula yang menyebut bahwa marxisme merupakan suatu ideology dari seorang pemikiran ekonom, politis, dan filsuf Jerman, yakni Karl Marx yang muncul pada pertengahan 1840-an. Dalam pandangan Marx, ekonomi tempat eksplotasi dan juga perbedaan kelas (Jackson & Sorensen, 1999:238). Marxisme adalah sebuah kontradiksi yang tidak hanya melahirkan beragam interpretasi dan yang membencinya, tetapi juga melahirkan beragam interpretasi dari yang memuja, meyakini, dan melaksanakannya. Tidak hanya itu, kondisi yang sama juga menimpa penciptanya, Karl Marx "Sejak dari buaian sampai liang lahat, hidup Marx sendiri penuh kontradiksi". Tetapi, di dalam marxisme, Karl Marx juga meyakini suatu kesimpulan bahwa revolusi politik akan menggulingkan tatanan kapitalis dan menciptakan sebuah masyarakat sosialis akan terwujud untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia di seluruh dunia (Bruchill & Linklater, 2009:161).

Menurut asumsi dasar kaum marxisme yang pertama adalah ekonomi sebagai penentu atas segalanya. Apapun bisa tercapai, bila ekonominya kuat. Hal ini karena perekonomian adalah tempat eksploitasi dan perbedaan kelas. Kelas-kelas yang dimaksud adalah kelas borjuis dan kelas proletar (Jackson & Sorensen, 1999:239). Kaum borjuis adlah pemilik modal serta mempunyai alat-alat produksi, sedangkan kaum proletar ialah pihak pekerja yang tidak mempunyai modal dan hanya memiliki kemampuan serta kekuatan kerja untuk dijual kepada kaum borjuis.

Neo Marxis juga tidak berbeda jauh dengan marxis yang diusung Wallerstein, Lenin dan Marx. Perbedaan signifikan sehingga terdapat label "neo" diawal, hanyalah sebagai symbol kritik terhadap teori sistem dunia Wallerstein dan pandangan kapitalisme Lenin yang menurut Bill Waren tidak lengkap. Bill Waren dengan neo marxisnya berusaha mengembalikan marxisme pada pengertian awal tidak semata-mata mengatakan pandangan buruk marxisme terhadap kapitalis. Neo marxisme adalah sebuah paham yang mengacu pada kebangitan kritis teori marxis pada pasca perang, yang paling serimg digunakan untuk menunjukkan pekerjaan di bidang ekonomi politik radikal yang mencoba untuk menggabungkan aspirasi revolusioner dan berorientasi konsep marxisme dengan beberapa perangkat yang disediakan oleh ekonomi non-marxis, terutama karya Keynes. Neo-marxisme ialah sebutan untuk menunjukkan upaya, selama dan setelah Perang Dunia II, yang bercemin pada ketepatan teori Marxis untuk memahami kondisi perubahan akumulasi modl (Toscano, 2007). Aliran ini berusaha untuk member kritik terhadap perkembangan yang ada meggunakan sudut pandang Marxisme, sekaligus menyusun teori yang menyatakan kontribusi mereka terhadap trend global (Baylis & Smith, 2001:216)

Latar belakang pemikiran Karl Marx adalah eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum pemilik modal atau para pengusaha (kapitalis) yang disebut borjuis terhadap para buruh atau pekerja (pro-letar). Eksploitasi tersebut diwujudkan dalam berevolusi bentuk jam kerja yang ditentukan sesuai keinginan para pemilik modal dan pembagian upah yang tidak sebanding dengan pekerjaannya. Dengan kata lain, Marx menuduh kemiskinan yang dialami oleh kaum proletar merupakan ciptaan kaum borjuis akibat pemaksimalan jam kerja dengan upah yang amat rendah.

Kondisi ini menurut Marx, akan berimbas pada ketimpangan sosial yang sangat tajam yang bermuara pada ledakan revolusi sosial sebagai akibat daya tahan hidup kaum proletar yang sudah mencapai batas ketahanannya. Secara garis besar, sasaran revolusi tersebut adalah membentuk kehidupan masyarakat tanpa kelas (tidak ada lagi kelas-kelas sosial) dengan pola-pola pembagian ekonomi yang sama rata sama rasa. Dengan demikin, tidak ada lagi ketimpangan sosial sebab keudukan semua orang adalah sama. Keadaan masyarakat seperti ini yang disebut oleh Marx sebagai masyarakat sosial.

Prediksi Marx akan ledakan revolusi akibat terlampauinya ambang batas ketahanan kaum proletar bersumber dari analisisnyaakan eksistensi perjuangan kelas yang mewujud dalam pertentangan kaum borjuis dan proletar serta berakhir dengan tersingkirnya kaum borjuis/kapitalis dri kehidupan sosial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ISI

Pasar tradisional (traditional market) adalah pasar yang sangat lekat dengan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, pasar tradisional sudah menjadi bagian dari Indonesia sejak masa penjajahan dahulu. Pasar tradsional memiliki andil yang besar terhadap perekonimian Indonesia. Pasar tradisional merupakan corong utama penjualan produk berskala ekonomi rakyat seperti petani, nelayan, dan para pengrajin home industry.  Ciri khas dari pasar tradisional biasanya dapat dikenali dengan masih adanya tawar menawar, barang-barang yang diperjualbelikan juga biasanya adalah barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat misalnya, makanan, buah-buahan, pakaian, sembako, barang elektronik, hingga jasa. Ciri khas lain yang sangat melekat adalah gambaran pasar tradisional yang kumuh, banyak terdapat genangan air, bau yang tidak sedap, hingga suasana desak-desakan yang sering terlihat.

Biasanya, setiap pasar tradisional memiliki nama yang khas dan  berbeda dari pasar tradisional lainnya. Ada pasar yang diberi nama menurut nama tempatnya, seperti pasar Jatinegara atau pasar Palmerah. Ada juga pasar yang diberi nama dengan menggunakan nama-nama hari seperti pasar Senen, pasar Rebo, pasar Jum'at, dan pasar Minggu. Ada pula pasar yang diberi nama dengan melihat barang yang diperdagangkan di dalamnya, seperti pasar hewan yang khusus menjual hewan-hewan ternak, pasar buah yang memang khusus untuk menjual buah-buahan saja, atau pasar beras yang didalamnya hanya menjual beras dengan berbagai kualitas.

Ada dua sifat pasar yang wajib kita ketahui, yaitu:

1.      Pasar yang sifatnya konkret (nyata), pasar ini adalah pasar dimana bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli.

2.      Pasar yang sifatnya abstrak (tidak nyata), yakni proses transaksi jual beli antara penjual dan pembeli dilakukan secara tidak langsung. Pasar ini biasanya disebut juga dengan pasar online (online shop) dimana pembeli membeli barang dengan melihat foto yang disedikan penjual, kemudian pembeli mentransfer uang dengan harga barang yang sudah tercantum dan tidak ada proses tawar menawar, karena biasanya pasar online sudah menentukan harga seperti pasar modern.

Kegiatan jual beli dalam pasar tradisional ini biasanya terjadi karena ada pihak yang mau menjual dan membeli hingga terjadi proses tawar menawar. Penjual berusaha menawarkan barang dengan harga yang tinggi, dan si pembeli berusaha untuk menawar lagi dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

 

 

 

Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa, dan informasi. Pertukaran barang atau jasa u tuk uang disebut dengan transaksi. Pasar terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harganya. Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan.

Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyaraka. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang.

Secara historis, pasar berasal di pasar fisik yang sering akan berkembang menjadi – atau dari – komunitas kecil, kota dan kota.

Dari penjelasan mengenai pasar tradisional di atas, kami memutuskan untuk melakukan sebuah observasi ke pasar tradisional yang terletak di daerah Cipete Selatan, lebih tepatnya beralamatkan di Jl. Pangeran Antasari, Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Masyarakat biasa menyebut pasar tersebut dengan nama pasar Inpres. Kami mengamati keadaan pasar disana dan mewawancarai ibu pedagang sayur yang belum lama berdagang disana.  Dari survey dan observasi yang kami lakukan di pasar Inpres pada tanggal 26 November 2015, berikut laporannya.

Rumusannya:

·         Siapa nama ibu?

 

·         Berapa usia ibu?

 

·         Berapa jumlah anggota keluarga ibu dan jumlah tanggungannya?

 

·         Dimana ibu tinggal?

 

·         Bagaimana strategi pemasaran yang ibu terapkan?

 

·         Berapa persen keuntungan ibu perhari atau per bulan?

 

·         Apa saja kendala-kendala yang pernah ibu hadapi?

 

·         Bagaimana manajemen keuangan yang ibu terapkan?

 

·         Apa saja yang dikeluhkan dari para pedagang maupun  pembeli  yang biasa membeli kebutuhan pokok disini?

 

 

Ibu Tini perempuan yang berusia 48 tahun belum lama ini memutuskan untuk berjualan sayur di pasar inpres. Di rumahnya yang berada di kawasan Cilandak Barat tepatnya beralamatkan di jalan Ampel dalam, ia tinggal bersama suami dan dua orang anaknya yang masih bersekolah di SD dan SMP.

Pedagang sayur yang belum lama berjualan di pasar inpres ini mengakui kalau usahanya masih belum menggeliat dikarenakan juga banyaknya pedagang sayur yang lain di dalam pasar ini. Ia menceritakan bahwa saat memulai usahanya di pasar ini, pelanggan masih belum ada dan masih memilih untuk berbelanja sayur di kios lain. Ia juga tak bisa balik modal ketika pertama kali berjualan disini. Dagangannya masih sangat minim terbeli, bahkan ibu Tini mengakui kalau ia juga mengalami kerugian yang signifikan ketika memulai usahanya karena tak bisa balik modal tersebut. Terkadang ia terpaksa menjual kembali sayur-sayuran kemarin yang tak lau terjual.

Sudah banyak strategi berdagang yang ia terapkan, namun masih belum mebuahkan hasil yang memuaskan. Hingga akhirya ia mencoba dan terus mencoba dan menemuka strategi yang tepat. Ia mengatakan bahwa produk sayur mayor merupakan produk pokok yang dibutuhkan masyarakat setiap harinya. Namun demikian, sayur mayor yang ditawarkan akan lebih menarik jika produk tersebut masih segar setiap waktunya, ditata serapi mungkin, tersedia bermacam-macam sayur. Artinya bukan hanya jenis satu sayuran saja. Pelayanan dirinya terhadap pembeli juga sangat ibu Tini perhatikan, ia mengatakan kalau ingin dagangannya laku terjual ia harus aktif dan haryus memenuhi selera pembeli.

Kendati usahanya yang kini sudah berjalan lancar, Ibu Tini mengatakan bahwa kendala-kendala kecil dalam setiap berdagang pasti ada. Ia menceritakan bahwa terkadang pun usahanya sepi pembeli, terkadang ramai dan terkadang tidak. Keuntungan yag didapatkan pun juga menjadi berbeda. Jika sedang ramai, ia bisa mendapatkan Rp 800.000 per-harinya, tetapi jika memang sedang sepi, ia hanya mendapatkan sekitar Ro 400.000 per-harinya.

Ibu Tini menambahkan kembali, jika mendekati hari raya keagamaan ataupun hari besar nasional dagangannya menjadi sangat ramai, bahkan ia sendiri pun menjadi kualahan. Namun juga tak dapat dipungkiri jika harga dagangannya melonjak naik ketika mendekati hari-hari besar tersebut. "Biasanya, seminggu sebelum hari raya harga-harga sudah pada naik. Ya walaupun begitu, tetap dijalani saja. Kan namanya juga usaha." Harga ini bisa terus melonjak naik hingga H+7 seteah hari raya.

Keuntungan dari berdagang sayur tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari dan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. "Sebagian untuk sehari-hari dan kebutuhan anak, sebagan lagi saya tabung untuk masa depan anak-anak."

 

Setelah mewawancarai ibu Tini, kami menyempatkan diri untuk mewawancarai juga beberapa pelanggan pasar inpres ini mengenai fasilitas yang ada. Rata-rata jawaban mereka adalah sama. "Pasarnya bau, jorok, semrawut, ya agak tidak nyaman lah pokoknya."

Seperti yang kita ketahui bahwa memang pasar tradisonal memiliki kekuragan tersendiri. Pasar tradisional selama ini terkesan kumuh, kotor, bau, semrawut dan lain-lainnya yang merupakan stigma buruk yang sudah sangat melekat dalam masyarakat. Namun demikian sampai saat ini dikebanyakan tempat pasar tradisional tetap memiliki pelanggan tersendiri. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pasar tradisonal yang dalam perkembangannya menjadi sepi, ditinggalkan oleh pengunjungnya yang beralih ke pasar modern.

Stigma buruk yang melekat pada pasar tradisional secara umum dilatarbelakangi oleh perilaku buruk yang dilakukan pedagang pasar, pengunjung, pembeli, ataupun pengelola pasar.

Dari hasil penulusuran yang kami lakukan, kami membagi dua macam keluhan:

Keluhan bagi pedagang itu sendiri:

1.      Menurut bapak Minarji : menurutnya fasilitas di pasar ini tempatnya kurang luas dan kurang terjamin. Sehingga dalam hal transaksinya menjadi kurang maksimal.

2.      Menurut ibu Turminah : menurtnya, fasilitas di pasar ini kurang terjamin. Sebab pagarnya pun masih terbuat dari kayu dan hanya sebagian yang terbuat dari tembok. Lantainya pun masih terbuat dari semen. "Seandainya pagar itu terbuat dari tembok semua, lantainya jjuga layak, kondisinya bersih, mungkin konsumen akan merasa nyaman".

Keluhan bagi pembeli itu sendiri:

1.      Menurut ibu Dian : menurutnya, fasilitas di pasar ini kurang efektif sebab di pasar ini para konsumen harus naik turun untuk mebeli barang yang mereka inginkan. Apabila tempat di pasar tersebut tidak naik turun apalagi jaraknya cukup jauh tentu lebih menyenangkan. Dan menurutnya, jika jalanannya lurus dan datar, itu akan membuat mereka lebih mudah mencari segala kebutuhan sesuatunya dengan mudah.

2.      Menurut bapak Yudianto : menrutnya, pasar ini fasilitasnya di bagian tempat parkirnya kurang luas, bahkan parkirannya pun tidak teratur, banyak yang parker di pinggir jalan sehingga kendaraan yang akan masuk ataupun keluar menjadi terhambat.

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem hubungan sosial dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran  yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada satu dari dua belah pihak.

Terdapat banyak jenis-jenis pasar, salah satu diantaranya adalah pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Khususnya daerah kota jakarta terdapat lokasi-lokasi pasar yang strategis untuk memenuhi kebutuhan warga kota jakarta setiap harinya antara lain pasar pagi, pasar malam, pasar impres, dan lain-lain.

Biasanya, setiap pasar tradisional memiliki nama yang khas dan  berbeda dari pasar tradisional lainnya. Ada pasar yang diberi nama menurut nama tempatnya, seperti pasar Jatinegara atau pasar Palmerah. Ada juga pasar yang diberi nama dengan menggunakan nama-nama hari seperti pasar Senen, pasar Rebo, pasar Jum'at, dan pasar Minggu. Ada pula pasar yang diberi nama dengan melihat barang yang diperdagangkan di dalamnya, seperti pasar hewan yang khusus menjual hewan-hewan ternak, pasar buah yang memang khusus untuk menjual buah-buahan saja, atau pasar beras yang didalamnya hanya menjual beras dengan berbagai kualitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Pengantar Sosiologi, Elly M. Setiadi – Usman Kolip

Studi lapangan penulis dari daerah Cipete Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini