Selasa, 01 Desember 2015

Tugas Sosiologi_Nur Baeti KPI B 11150510000064 & Chairiyani Jurnalistik A 11150510000115

KATA PENGANTAR

            Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberi kami nikmat sehat, Iman dan Islam. Sehingga kami dapat menjalanjalankan dan mengerjakan tugas kami yaitu dalam Mata Kuliah Sosiologi. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kehadirat Nabi besar kami yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari zaman jahilliah kepada zaman yang terang benderang akan ilmu ini. Dan juga yang sama-sama kami hormati Pak Tantan selaku dosen kami dalam Mata Kuliah Sosiologi.

            Di dalam laporan ini tentu saja memiliki banyak kekurangan namun terdapat pula keistimewaan di dalamnya, seperti kata pepatah taka da gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan laporan ini. Karena dengan segala kerendahan hati saran-saran dan kritik yang konstruksi sangat diharapkan dari pembaca demi peningkatan laporan ini di masa mendatang.

            Dan kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak  yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini dan harapan kami adalah laporan ini bermanfaat dan benar-benar memperoleh pemahaman secara menyeluruh dan lengkap.

 

 

           

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

            Ekonomi pasar, konflik dan kerjasama orang-orang liberal dengan orang-orang nasionalis memiliki pandangan yang berbeda terhadap eksistensi ekonomi pasar, terutama dikaitkan dengan dinamika hubungan internasional. Di dalam pasar terdapat barang dan jasa. Dalam konsep ekonomi pasar memungkinkan seserang untuk menukar barang dan jasa dengan barang yang mempunyai nilai serupa. Di setiap wilayah khususnya Indonesia kita dapat menjumpai pasar dengan mudah. Karena pasar merupakan sumber kehidupan bagi warga masyarakat maka pasar banyak dijumpai di setiap wilayah Indonesia.

            Dalam pasar juga terdapat jaringan sosial. Karena dalam pasar terdapat proses distribusi, produksi, dan konsumsi yang semuanya merupakan jaringan sosial. Antara satu dan lainnya saling berkaitan membentuk jaringan, dan saling bergantung. Misalnya dalam pendistribusian barang, harus ada orang yang memproduksi, dan orang yang memproduksi bergantung ada pemakai (konsumen) atau tidak.  Disiplin ilmu ekonomi telah mengembangkan berbagai prinsip, teori, dan model-model yang mengungkapkan determinan-determinan yang paling penting yang mampu menjelaskan peristiwa ekonomi.

            Sebagaimana yang telah kita lihat, dua diantara berbagai keputusan ekonomi yang paling penting yang dihadapi oleh suatu masyarakat adalah memutuskan barang dan jasa apa yang harus diproduksi dan bagaimana mengalokasikan berbagai sumber daya di antara berbagai alternatif penggunaan. Kombinasi barang dan jasa yang diproduksi dapat diselesaikan menurut perintah penguasa atau melalui sistem pasar. Dalam perekonomin pasar, berbagai keputusan ekonomi terdesantralisasi dan dibuat oleh kebijakan kolektif pasar, atau dengan kata lain, harga-harga memecahkan tiga persoalan ekonomi dasar menyangkut apa, bagaimana dan untuk siap. Yang diproduksi hanya barang dan jasa yang mau dibeli orang-orang pada harga yang cukup untuk menutupi biaya produksinya. Karena sumber daya merupakan hal yang langka, barang dan jasa diproduksi dengan menggunakan kombinasi teknik dan sumber daya yang digunakan yang meminimalkan biaya produksi. Dan barang dan jasa yang diproduksi dijual (didistribusikan) kepada orang-orang yang mempunyai uang yang bersedia membayarnya.  

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

            Teori Konsumsi ,kerena muncul dari masa Revolusi Industri, dan dihidupkan oleh problem-problem dan prospek revolusi tersebut, maka teori sosiologi mengandung "bias produktivis". Yakni teori-teorinya cenderung berfokus pada industri, organisasi industri, kerja, dan pekerja. Ini tampak paling jelas pada teori Marxian dan neo-Marxian, dan juga dalam beberapa teori lainnya, seperti pemikiran Durkheim tentang divisi tenaga kerja, karya Weber tentang bangkitnya kapitalisme di Barat dan kegagalan mengembangkannya di belahan dunia lain, analisis Simmel tentang tragedy kultur yang diakibatkan oleh proliferasi produk manusia, minat aliran Chicago terhadap kerja, dan perhatian teori konflik terhadap relasi antara majikan dan buruh, pemimpin dan pengikut dan sebagainya.

            Di sejumlah tempat dalam karyanya Marx berbicara seolah-olah seperti seorang determinis ekonomi; yakni ia mengaggap sistem ekonomilah yang terpenting dan menegaskan sistem ekonomi menetukan semua sektor masyarakat lainnya. Meski Marx melihat sektor ekonomi sangat menentukan setidaknya dalam masyarakat kapitalis, namun selaku orang yang berfilsafat dialektis, ia takkan berpendirian deterministis karena dialektika ditandai oleh pemikiran mengenai adanya umpan balik dari interaksi tmbal balik secara terus-menerus antara berbagai sektor masyarakat. Sektor polik, agama, dan sebagainya tak dapat dikurangi menjadi epifenomena yang ditentukan oleh ekonomi. Alasannya, politik, agama , dan sebagainya dipengaruhi oleh sektor ekonomi. Meskipun Marx berpikit dialektis, namun ia masih saja diinterpretasikan sebagai seorang determinis ekonomi. Meski ada beberapa aspek pemikiran Marx yang dapat menimbulkan konklusi seperti itu, namun dengan mengakui Marx sebagai seorang determinis ekonomi berarti mengabaikan seluruh penekanan dialektika teorinya. Agger (1978) menyatakan determinisme ekonomi mencapai puncaknya sebagai interpretasi teori Marxian selama periode komunis internasional kedua antara 1889 dan 1914. Periode histori ini sering dilihat sebagai puncak kapitalisme pasar awal.

            Ada banyak teori tentang aspek ekonomi dari globalisasi. Yang terpenting, stidaknya dalam sosiologi, adalah yang disosialisasikan dengan teori Marx :teori mereka bersifat Marxian. Lesli Sklair (2002) membedakan antara udua sistem globalisasi. Yang pertama sistem globalisasi kapitalis-adalah sistem yang kini dominan. Yang kedua sistem sosialis-belum eksis, namun sudah ditunjukkan oleh gerakan anti gobalisasi, khususnya yang ditujukan pada hak asasi manusia di seluruh dunia. Gerakan anti globalisasi, dan kemungkinan bentuk sosialism dimungkinkan oleh problem dalam sistem globalisasi saat ini, khususnya polarisasi kelas dan meningkatnya ketidak berlanjutan ekologis dalam globalisasi kapitalis. Meskipun negara-bangsa masih penting, Sklair fokus pada praktik transnasional yang mampu mengatasi batasan-batasan –termasuk yang diciptakan oleh negara – dengan implikasi bahwa batas wilayah makin menurun arti pentingnya dalam globalisasi kapitalis. Sebagi seorang Marxis, Sklair memprioritaskan praktik transnasional ekonomis, dan dalam konteks inilah korporasi transnasional – salah satu aspek sentral dari analisisnya – mendominasi. Di balik penekanan pada korporasi transnasional ini adalah gagasan bahwa kapitalisme bergerak dari sistem internasional (karena negara[-bangsa] menurun signifikasinya] menuju ke sistem yang mengglobal yang terlepas dari wilayah geografis atau negara tertentu.

            Praktik transnasional kedua yang penting adalah poitik, dan disini kelas kapitalis transnasional telah mendominasi. Akan tetapi, ini bukan berisi kapitalis dalam pengertian Marxian tradisional – yakni, kelas kapitalis transnasional tidak selalu memiliki sarana produksi sendiri. Sklai membedakan empat "fraksi" kelas kapitalis transnasional: (1) fraksi korporat terdiri dari eksekutif perusahaan transnasional dan afiliasi lokalnya; (2) fraksi negara terdiri dari birokrat dan politisi negara yang mengglobal; (3) fraksi teknis yang terdiri dari profesional yang mengglobal; dan (4) fraksi konsumen yang terdiri dari pedagang dan eksekutif media. Ini jelas kelompok yang berbeda dari yang dipikirkan Marx saat ia mengkonseptualisasikan kapitalis.

            Kelas kapitalis transnasional mungkin bukan kapitalis dalam pengertian tradisional, namun ia bersifat transnasional melalui beberapa cara. Pertama, anggotanya cenderung memiliki kepentingan global (dan lokal) yang sama. Kedua, mereka berusaha menjalankan berbagai macam kontrol atas negara. Yakni mereka berusaha menguasai ekonomi dilapangan kerja, kontrol politik dalam politik dalam negeri dan internasional, dan kontrol kultur-ideologi dalam kehidupan sehari-hari dilintas-batas internasional. Ketiga, mereka cenderung berbagi perspektif global tentang berbagai isu. Keempat, mereka berasal dari berbagai negara, namun semakin menganggap diri sebagai warga dunia dan bukan hanya dari tempat kelahiran. Terakhir, dimanapun mereka berada pada suatu waktu, mereka memiliki persamaan gaya hidup, khususnya dalam hal barang dan jasa yang mereka konsumsi.

            Praktik transnasional ketiga adalah ideologi-kultur, dan disini Sklair mementingkan ideologi-kultur konsumsi dalam globalisasi kapitalis. Meskipun fokusnya pada kultur dan ideologi, penekanannya pada konsumsi berarti menyertakan ekoomi karena menambahkan perhatian pada konsumsi pada gagasan tradisional teentang produksi (dan korporasi transnasional) dalam pendekatan ekonomi pada umunya. Di bidang ini kemampuan untuk mengontrol secara ideologis atas orang yang tersebar diseluruh dunia telah meningkat secara dramatis, terutama melalui jangkauan dan kecanggihan iklan dan media dan berbagai macam barang konsumen yang dipasarkan oleh dan melalui media. Pada akhirnya, mereka semua menciptakan mood global untuk mengonsumsi, yang menguntungkan korporasi transnasional, dan perusahaan iklan dan media, yang merupakan contoh daro korporasi yang mendapat untung dari sana.[1]


BAB III

ANALISIS

            Di abad spealisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti juga halnya dengan orang atau beberapa orang yang memiliki perusahaan tetapi tidak mengendalikannya. Karena sekarang adalah zaman keahlian serta spealisasi, di mana manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai-pegawai sebagaimana halnya dengan pekerja-pekerja pabrik. Para buruh maupun pekerja kantor dapat memiliki saham perusahaan yang dapat menjadikan mereka sebagai pemilik-pemilik bagian. Namun pada kenyataannya dalam mempekerjakan pegawai-pegawai ini dapat nilai positifnya yaitu perkembangan tingakatnya pengangguran menjadi lebih berkurang.

             Menurut Dahrendorf dekomposisi modal ini melahirkan kesulitan untuk mengidentifikasi kaum borjuis yang memiliki monopoli eksklusif atas modal maupun pengendalian perusahaan. Sejalan dengan abad kedua puluh, pemilikan dan pengendalian tersebut mengalami difersifikasi dan tidak lagi berada dalam tangan satu individu atau keluarga saja.

            Pada analisis kali ini kelompok  kami  akan menganalis berdasarkan teori Karl Marx (1818-1883). Karl Marx merupakan filosof teoretikus yang sangat terkemuka pada abad ke-19. Sebagian besar hasil pemikirannya begitu berpengaruh terhadap pemikiran ahli abad berikutnya. Ideoogi perguangan yang di sebut Maxisme. Masuk pada setiap gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan pada abad ke-20 menjadi dasar dari kebanyakan gerakan pembebasan. Istilah maxisme adalah sebutan dari  pembukaan ajaran Karl Marx, terutama yang disebarkan oleh temannya yang bernama Marsis Karl Kautsky (1854-1958). Tidak di ragukan lagi bahwa maha karya hasil pemikiran Marx telah menjadi stimulus perkembangan sosiologi, ekonomi, filafat, sikap kritis, politik dan budaya. Kehadiran teori-teorinya tidak pernah dirasakan sebagai suatu pemikiran intelektual, tetapi sebagai usaha Marx untuk memeperbaiki kondisi kehidupan manusia keluar dari penindasan dan berwewang-wenangan. [2]

            Seperti yang sudah di kemukakan oleh teori Karl Marx bahwa kehadiran teorinya tersebut sebagai usaha memperbaiki kodisi kehidupan manusia keluar dari penindasan, karena kini banyak di kalangan masyarakat yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku contohnya rakyat yang kecil selalu tertindas karena tidak adanya kekuasaan di tangannya dan juga disebabkan oleh ekonomi yang kurang maju di dalamnya membuat rakyat yang kecil menjadi terbelakangi. Karena hal itu kami ingin sekali menganalisis tentang perkembangan ekonomi masyarakat dengan mewawancarai salah seorang pedagang di daerah Jakarta Timur yang bernama Bapak Ismail. Beliau mempunyai beberapa ruko di daerahnya dan mempunyai pekerja untuk membantu dalam bisnisnya tersebut. Ruko ini telah berjalan kurang lebih tujuh tahun lamanya, dan saat ini rukonya telah di kenal oleh penduduk sekitar, Karena dalam hal harga beliau berani memasang harga murah untuk masyarakat.

            Lebih lanjut, Karl Marx menegaskan bahwa emansipasi manusia hanya dapat dicapai dengan perjuangan kelas. Yaitu kelas social menurut Marx merupakan gejala khas yang terdapat pada masyarakat didalam struktur kelas ada perbedaan, yakni kelas atas (kaum pemilik modal dan alat-alat industri) dalam hal ini ada sangkut pautnya dengan apa yang kami analisiskan dengan pedagang tadi, yaitu pemilik usaha tersebut mempunyai kekuasaan terhadap modal dan alat-alat yang dijualnya, dengan kekuasaan ini maka pedagang berhak mengatur dan mengelola dengan cara mereka sendiri. Ada juga struktur kelas bawah (kaum proletar buruh) buruh dalam perdangan ini sebagai bawahan sipemilik modal maka ia harus mengikuti semua aturan dan tata cara berdagang sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh atasannya.

Dalam masyarakat kapitalis, Marx menyebutkan ada tiga kelas social yaitu,

(1)        Kaum buruh, mereka yang hidup dari upah. Mereka hanya mengandalkan upah yang diberikan oleh atasannya, dalam hal ini adanya ketergantungan antara buruh dengan pemilik modal tersebut. seperti Bapak Ismail ia mempunyai tujuh orang buruh dalam usahanya. Dalam pembagian upah ini Bapak Ismail melihat siapa yang baik dalam kinerjanya dengan hal tersebut bahwa Pak Ismail mempuyai hak yang besar dalam mengatur upah yang akan diberikan oleh ketujuh buruh yang dipekerjakanya. Dan mereka kaum buruh tidak perlu memikirkan modal karena itu tugas pemilik dagangan dalam mengatur barang, tugas dari buruh hanya memperjual barang dagangan dengan baik.

(2)        Kaum pemilik modal, yang hidup dari laba. Mereka yang hidup dengan adanya keuntungan dalam usahanya, sebagian besar yang di dapat pada para pedagang hanya memperoleh keuntungan 20%.  Seperti yang dialami oleh Pak Ismail. dalam memperoleh keuntungan yang banyak, itu tergantung dari cara menghitung dan mengatur dalam menjual barang. Jika ia memberikan modal yang banyak maka pemilik modal tersebut harus bisa memikirkan bagaimana bisa memperoleh keuntungan yang banyak juga.

(3)        Para tuan tanah , yang hidup dari rente tanah yaitu mereka yang dapat memperoleh keuntungan dari tanah-tanah yang mereka sewakan untuk para pedagang. Bapak Ismail mengaku bahwa tempat yang ia tempati ini hanya sewaan dari pemilik tanah tersebut . Dalam hal ini, Pak Ismail membayar penyewaan tersebut tiap setahun sekali dengan fasilitas hanya warung kecil yang berukuran 5x5. Dengan adanya penyewaan ini mereka bisa saling menguntungkan yaitu bagi pemilik tanah yang bisa memperoleh uang dari hasil penyewaan tersebut dan pedangan yang dapat berdagang di tempat yang sudah disediakan oleh tua tanah.

            Latar belakang pemikiran Karl mark adalah eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum pemilik modal atau para pengusaha (kapitalis). Eksploitasi tersebut di wujudkan dalam bentuk jam kerja yang ditentukan sesuai keinginan para pemilik modal dan pembagian upah yang tidak sebanding dengan pekerjanya. Dengan kata lain, Mark menuduh kemiskinan yang dialami oleh kaum proletar merupakan ciptaan kaum bojuis akibat pemaksimalan jam kerja dengan upah yang amat rendah. Kondisi ini menurutnya akan berimbas pada ketimpangan social yang sangat tajam yang bermuara pada ledakan revolusi sosial sebagai akibat daya tahan hidup kaum proletar yang sudah mencapai batas ketahanannya.[3]

            Secara garis besar sasaran revolusi tersebut adalah membentuk kehidupan masyarakat tanpa kelas (tidak ada lagi kelas-kelas sosial) dengan pola-pola pembagian ekonomi yang sama rata sama rasa. Dalam hal ini jelas karena terjadi juga pada Bapak Ismail sebagai pemilik usaha dengan kelas tinggi, maka ia mengupahkan ketujuh buruhnya tidak sesuai dengan apa yang telah dikerjakan buruh tersebut.  buruh tersebut diperintahkan dengan membuka ruko tersebut pagi-pagi sekitar jam 6 lalu buruh itu juga yang akan menutup ruko tersebut sampai dengan jam 8 malam. Dengan jam kerja yang sangat lama ini para buruh hanya menginginkan upah yang sebanding dengan apa yang telah ia kerjakan. Tetapi pada kenyataannya Pak Ismail hanya mengupahkan ketujuh buruh tersebut  sebesar Rp.60.00/harinya.

Kembali lagi pada teori Karl Marx, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam teori kelas, yaitu:

1. besarnya peran structural ketimbang kesadaran dan moralitas. Implikasinya bukan perubahan sikap yang mengakhiri konflik, tetapi perubahan struktur ekonomi.

2. adanya pertentangan kepentingan kelas pemilik dan kelas buruh. Implikasinya mereka mengambil sikap dasar yang berbeda dalam perubahan sosial. Kelas buruh cenderung progresif dan revolusioner, sementara kelas pemilik modal cenderung bersikap mempertahankan status quo menentang segala bentuk perubahan dalam struktur kekuasaan.

3. setiap kemajuan dalam masyarakat hanya akan dapat dicapai melalui gerakan revolusioner.

Pemikiran Karl Marx seperti itu semua bermuara pada tujuan akhir yang dicita-citakannya, yakni ''masyakarat tanpa kelas''.

            Dengan demikian, tidak ada lagi ketimpangan sosial sebab kedudukan semua orang adalah sama, keadaan masyarakat seperti ini yang di sebut oleh Karl Marx sebagai masyarakat sosialis. Prediksi Marx akan ledakan revolusi akibat terlampauinya ambang batas ketahanan kaum proletar bersumber dari analisisnya akan eksistensi perjuangan kelas yang mewujud dalam pertentangan kaum borjuis dan proletar serta berakhir dengan tersingkirnya kaum borjuis /kapitalis dari kehidupan sosial.

            Dalam hal tersebut ada hubungannya dengan teori Hobbes bahwa ia beranggapan dasar manusia pada hakikatnya bersifat egois, merupakan makhluk yang telah di tentukan  akan tetapi mampu bertindak rasional yang sebenarnya merupakan asumsi-asumsi yang merembes masuk kedalam banyak teori naturalis. Tetapi secara tidak langsung ia mengatakan bahwa manusia perlu dihambat oleh masyarakat. Orang terutama dilihat sebagai makhluk yang lebih, merupakan produk dari aturan-aturan sosial, ketimbang sebagai makhluk yang mampu membentuk dan merencanakan dunia sosial mereka sendiri. Rasionalitas terdapat dalam diri manusia.[4]

            Rasionalitas yang digunakan sebagai sarana terpenting untuk menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan, Akan tetapi baik sarana maupun tujuan itu sudah ada dalam aturan sosial. Sama seperti halnya dengan Bapak Ismail walaupun dengan  jam kerja yang padat tetapi dalam hal makan siang dan makan malam beliau yang tanggung, dan juga beliau memberikan libur pada pekerjannya dalam seminggu sekali tetapi dengan adanya perjanjian tidak adanya upah pada hari libur tersebut. Dan disaat sedang meninggi laba yang didapat oleh Pak Ismail maka upah yang didapatkan oleh semua  pekerjanya juga akan ditambah olehnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya para pembeli yang mereka layani.

            Adapun jenis realitas yang dikaji adalah objektif dan subjektif. Bourdien menyusun proses tiga langkah  untuk menganalisis bidang. Langkah pertama : yang mencerminkan keunggulan bidang kekuasaan adalah untuk menemukan hubungan setiap bidang spesifik dengan bidang politik. langkah kedua : untuk memetakan struktur objektif dalam hubungan posisi dan bidang.  langkah ketiga : analisis harus berusaha menentukan sifat habitus agen yang menduduki berbagai macam posisi dalam bidang ekonomi tersebut. Inti karya Bourdien dan upayannya untuk menjembatani subjektivitasme dan objektivisme terletak Pada konsepnya tentang habitus dan bidang (field), serta hubungan dialektikalnya satu sama lain. Sementara habitus terdapat dalam pemikiran actor, bidang terdapat diluar pemikirannya.

            Dalam mendirikan ruko ini Pak Ismail telah sangat mengerti tentang dunia bisnis karena, sudah bertahun-tahun beliau menempatkan diri sebagai pedagang. Dalam berdagang beliau telah merasakan pasang surutnya dalam meningkatkan kualitas usahanya, dan sampai sekarang pun beliau masih merasakannya karena, kenyataannya  pada zaman sekarang inflasi sering terjadi. Naik maupun turun harga barang itu tidak lagi asing baginya. Terkadang beliau bingung jika ada barang yang tiba-tiba naik dan menjual harga barang tersebut menjadi tinggi tidak seperti biasanya, penyebab itulah yang menjadikan  kurangnya pemasukan untuk modal.

           

            Seperti yang dijelaskan pada teori Bourdien harus bisa menentukan sifat ekonomi, Dengan ini Pak Ismail juga menempatkan posisinya sebagai pemilik modal yang berhak mengatur semua harga barang sesuai yang telah ditetapkannya. Dengan adanya yang mengatur maka semua persoalan bisa terselesaikan karena ada yang bertanggung jawab dalam urusan tersebut. Dalam setiap harinya Pak Ismail selalu menyiapkan barang pokok yang harus di jualnya. Dalam hal ini maka ia harus bisa menyisakan keuntungannya tersebut untuk menjadikan modal kembali agar bisa menyetok barang dagangannya. Dalam mengelola ini beliau mengaku tidaklah mudah karena bisa saja dalam sehari ia hanya mendapatkan keuntungan 10%. Maka dari itu beliau selalu cermat dalam membagi keuntungannya tersebut. Ditambah lagi dengan adanya beberapa cabang ruko ditempat lainnya maka ia harus bisa menangani masalah-masalah yang sering terjadi pada tempatnya tersebut.

            Dan dalam berdagang penjual harus bisa menempatkan diri dimana ia membuka  ruko ia  harus bisa mengetahui apa yang masyarakat butuhkan di sekitarnya. Karena ia membuka ruko di sekitar perumahan maka ia memutuskan untuk menjual bahan pokok untuk rumah tangga contohnya menjual beras, telur, gula, gas dan bahan-bahan lainnya. di cabang ruko lainnya beliau membuka penjualan alat-alat rumah tangga misalnya ember, gayung, sapu dan alat lainnya. mengapa ia membuka ruko dengan penjualan alat-alat perabotan rumah tangga? Karena, dalam sekitar perumahan tersebut jauh dari pasar, hal itulah yang terlintas dalam fikiran Bapak Ismail untuk membuka ruko yang menjual alat-alat prabotan rumah tangga. Pengertiaan dalam teori ini adalah harus bisa menentukan habitus agen yang menduduki berbagai macam posisi di bidang ekonomi.

            Jika menurut Marx memfokuskan pekerjaan pada efek perubahan struktur kerja masyarakat kapitalis, sedangkan Habermas melihat pada cara perubahan komunikasi struktur masyarakat secara modern. Marx melihat dunia secara menyeluruh kedepan dengan melihat tenaga kerja yang kreatif , sementara Habermas melihat masyarakat kedepan yang didirikan oleh kebebasan dan keterbukaan komunikasi. Dalam artian kebebasan dan keterbukaan komunikasi adalah sifat bebas dalam menyampaikan sesuatu. Bapak Ismail memberikan kebebasan terhadap pekerjanya dalam menentukan hari libur yang dibolehkan pada tiap minggunya.

            Dalam berdagang juga sangat penting adanya komunikasi. Jika Pak Ismail tidak mengontrol ruko tersebut, maka para pekerjanya harus memberikan laporan secara rinci pemasukkan dan pengeluaran yang telah di gunakan oleh para pekerjanya. Dalam hal ini sedah jelas dengan adanya komunikasi antara kelas atas dan kelas bawah. Pak Ismail juga memberikan pinjaman kepada pekerjanya jika membutuhkan uang, para pekerja juga boleh memberikan sesuatu ide dalam usahanya jika memang itu dapat mengembangkan usahanya. Dengan adanya komunikasi mereka juga bisa saling bekerjasama dan saling mendapatkan keuntungan.

            Dalam perbisnisan pun sering terjadi konflik-konflik yang terjadi, Pak Ismail menceritakan bahwa jika sedang mengalami kenaikan dalam harga-harga barang, tidak sedikit pun konsumen beralih pada pasar-pasar swalayan dalam artian ini yaitu Indomart, Alfamart dan pasar-pasar swalayan lainnya. beliau mengaku bahwa harga pasar dan harga pasar swalayan sangat jauh berbeda. Jika pasar tradisional kebanyakkan darinya menghitung jumlah harga jual dengan mempertimbangkan harga modal, berbeda dengan harga yang telah tercatat pada pasar swalayan yang memang memang barang tersebut berasal dari pabriknya langsung. Dalam hal ini tentu harga modal yang dikeluarkan oleh pasar swalayan relatif lebih murah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

            Pada saat ini bukan hanya pasar-pasar  swalayan saja yang memiliki pegawai-pegawai dalam suatu usaha bisnis, tetapi sudah banyak ruko-ruko sederhana yang juga memiliki sistem seperti ini, hal itu juga dapat mengurangi pengangguran yang berada dimasyarakat kecil. Seperti ruko yang diolah oleh Bapak Ismail yang sudah membangun usaha ini sekitar tujuh tahun lamaya, yang pada awalnya ia memegang usahanya ini sendiri. Namun lambat laun usahanya maju dan ia mendapatkan sebuah fikiran untuk bisa membuka lowongan, agar dapat membantunya dalam mengelola usahanya itu. Hingga saat ini beliau sudah mempunyai tiga cabang yang bertempat di daerah Jakarta timur. Tidak kalah dengan pasar swalayan ia menjual lengkap alat-alat dan bahan pokok rumah tangga.

            Pada analisis kali ini berhubungan dengan teori Karl Marx bahwa dalam bermasyarakat pasti adanya kapitalis dimana ada beda antara kelas bawah dan kelas atas, kami dapat menyimpulkan bahwa yang termasuk pada kelas bawah adalah mereka yang hanya bekerja tanpa memikirkan modal dan laba. Mereka mendapat uang hanya dari upah yang telah ditentukan sebelumnya oleh pemilik modal. Sedangkan yang dimaksud oleh kelas atas adalah ia yag memiliki modal untuk bisnisnya dapat dijalankan dengannya sendiri atau memerlukan pegaiwai dalam mengelola bisnis tersebut. Dalam hal ini pemilik modal mendapatkan uang dari laba yang ia dapatkan dalam usahanya.

            Maka dari itu pemilik modal atau bisa disebut dengan kaum borjuis memenggang kekuasaan tertinggi yang dapat mengatur dan mengelola dalam menjalankan usahanya, sedangkan kaum proletar hanya dapat mengikuti perintah sesuai dengan apa yang di perintahkan atasannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            .

 

 

 

 

 

 



[1] George Ritzer, Teori Sosiologi Modern,Kencana,2014.hal: 554

[2] Wirawan, Teori-teori Social dalam Tiga Paradigm, Kencana, 2013. Hal: 6

[3] Setiadi, M.setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, Kencana, 2011. Hal:10

[4] M.poloma, Margaret, ''Sosiologi Kontemporer'', Rajagrafindo Persada, 1992. Hal: 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini