Selasa, 01 Desember 2015

Tugas Observasi Alisha Nur/KPI 1A (11150510000007) Atikah Rahmah/Jurnalistik 1B (11150510000069)

Alisha Nur/KPI 1A (11150510000007)

Atikah Rahmah/Jurnalistik 1B (11150510000069)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Seperti yang telah kita ketahui, ekonomi memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sehingga ekonomi mampu menjadi pendorong pembangunan dalam suatu negara. Berdasarkan pernyataan tersebut, berbagai teori-teori ekonomi dari berbagai ahli pun banyak bermunculan, salah satunya teori ekonomi dari Karl Marx yang dikenal dengan teori ekonomi marxisme. Pada teori ekonomi marxisme ini, sistem ekonomi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu kaum borjuis yang berperan sebagai pemilik alat produksi seperti modal dan juga pembeli tenaga kerja dan kaum proletar (buruh) yang berperan sebagai tenaga kerja atau penggerak produksi. Bisa dikatakan bahwa aktor dari marxisme itu adalah kedua golongan tersebut yaitu borjuis dan proletar, dengan golongan borjuis sebagai pemegang kendali. Dari keberadaan teori ekonomi tersebut, ternyata teori ekonomi tersebut banyak terjadi dalam berbagai arena sosial, salah satu contohnya seperti Laundry yang telah kami observasi. Laundry merupakan jasa untuk mencuci pakaian dan sebagainya.

            Pada kegiatan observasi lapangan ini, kami mengobservasi salah satu Laundry yang terletak di daerah perumahan Vila Pamulang, yaitu Aliya Laundry yang setiap harinya cukup ramai didatangi oleh orang-orang yang ingin memakai jasa laundrynya. Kami mengumpulkan data dengan menggunakan metode observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang berjalan, seperti bagaimana suasana yang sedang terjadi.

B.     Tinjauan Teoritik

TEORI MARXIS

Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.

·         Teori Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan pengelompokan sosial paling mendasar pada masyarakat. Masyarakat selalu bertransformasi sehingga menyebabkan munculnya kaum kapitalis dan kaum proletar. Jika dilihat secara keseluruhan akan ada dua kelas dalam tatanan ekonomi kapitalis, yaitu kaum borjuis & kaum proletar. Kaum borjuis adalah pemilik sarana produksi dan pembeli tenaga kerja. Sedangkan kaum proletar adalah sekelompok orang yang tidak memiliki sarana produksi dan hidup dengan mengandalkan tenaga kerjanya. Borjuis sama dengan kapitalis, yang berprospek menghasilkan uang dan uang. Untuk menghasilkan uang, kaum kapitalis atau kaum borjuis harus membuat relasi dengan kaum proletar, dengan cara membeli tenaga kerja kaum proletariat tersebut. Prinsip ekonomi kapitalis yaitu melakukan kegiatan ekonomi dengan menekan biaya produksi seminim mungkin dan berusaha menghasilkan hasil (uang) semaksimal mungkin. Selain dengan menekan biaya produksi seminimal mungkin, prinsip ekonomi kapitalis adalah membeli murah tenaga kerja kaum proletar.

·         Teori Nilai Dan Nilai Lebih

Teori ini terdiri dari 4 subteori, yaitu Teori tentang nilai pekerjaan, Teori tentang nilai tenaga kerja, Teori tentang nilai lebih, dan Teori tentang laba. Teori tentang nilai pekerjaan menyangkut bagaimana nilai ekonomis sebuah komoditas dapat ditentukan secara objektif. Nilai ini dipakai oleh nilai pakai dan nilai tukar. Teori tentang nilai tenaga kerja merupakan upah. Dalam arti buruh mendapat upah yang senilai dengan apa kebutuhan buruh untuk memulihkan kembali tenaganya dan kebutuhan keluarganya. Teori tentang laba merupakan satu-satunya sumber laba yang dimiliki oleh kapitalis yang sangat ditentukan oleh besar kecilnya nilai lebih.

TEORI NEO MARXIS

Neo-Marxisme adalah istilah diterapkan pada teori sosial atau analisis sosiologi yang mengacu pada ide-ide Karl MarxFriedrich Engels dan unsur-unsur dari tradisi intelektual lain, seperti psikoanalisis (teori kritis), sosiologi Weberian (teori Erik Olin Wright tentang kelas yang bertentangan) dan anarkisme (kriminologi kritis). Neo-Marxisme juga meliputi analisis Marxisme, Marxisme Hegelian, teori Antonio Gramsci tentang hegemoni, feminisme Marxis, Marxisme ekologis, post-Marxisme dan berbagai teori sosial kritis yang berasal dari Frankfurt School.

Penganut Neo-Marxisme (Neo-Marxis) menunjukkan bagaimana kebijakan-kebijakan dalam kapitalisme menghambat pembangunan dan meningkatkan kesenjangan antara negara di bagian utara dan selatan. Sejak saat itu, Neo-Marxis menghasilkan teori ketergantungan dan teori sistem dunia sebagai ilustrasi tentang bagaimana kapitalisme neo-liberal meningkatkan ketidaksetaraan ekonomi global.

1.      Jugen Habermas

Jurgen Habermas merupakan penerus Marxian yang sangat kritis dari generasi kedua Mazhab Frankfurt. Latar belakang pemikiran Habermas terbentuk dalam sebuah dialektika. Selama beberapa tahun, Hebermas menjadi pemikir Neo-marxis paling terkenal di dunia. Habermas melihat kapitalisme modern seperti yang dikarakterkan oleh dominasi Negara atas ekonomi dan bidang lain dari kehidupan social. Gagasan teori kritis masyarakat ditemukan Habermas pada Karl Marx. Berhadapan dengan penindasan yang dialami kaum buruh dalam system kapitalisme Marx membongkar kepercayaan bahwa hokum ekonomi kapitalistik adalah sesuatu yang alamiah dan abadi. Kapitalisme adalah buah karya manusia sendiri, penindasan bukan suatu yang dapat diterima begitu saja.

2.      Ralf Dahrendorf

Ralf menerangkan bahwa dalam masyarakat industrial pada tahun 1959. Teori ini sangat berbeda dari teori Marx karena ia menganalisis politik ekonomi yang ada. Jika marx bersandar pada pemilikan alat produksi, maka dahrendorf bersandar pada control atas alat produksi. Dalam terminology dahrendorf, pada masa pos produksi tidak menjamin adanya control atas alat produksi. 

 

BAB II

ISI

Asal Usul Sejarah Laundry

 

            Laundry (Binatu) adalah kata benda yang mengacu pada tindakan pencucian pakaian dan linen, dimana proses pencucian sedang dilakukan atau yang telah dicuci. Mencuci pakaian dan linen rumah tangga, cara mencuci ini dipergunakan pada perkiraan abad ke-19 di Eropa, Amerika Utara dan dunia dengan menggunakan peralatan binatu. Awalnya dengan menggunakan sebuah bak air panas, sebuah papan dalam bingkai kayu. Air dapat dipanaskan dalam panci besar, logam besar atau tembaga pada pengapian. Sekitar tahun 1864-an dari  American Civil War menunjukkan dua tentara bekerja keras, dengan peralatan untuk mencuci (Washboards) yang bisa dibawa ke tepi sungai. Pada periode ini juga sabun sudah mulai digunakan, yaitu senyawa alkali (yang terbuat dari kayu, abu, lemak, dan garam) yang dicetak kotak-kotak besar, pemakaiannya dengan cara mecampurkannya ke air panas untuk mencuci menghilangkan spot noda. Pada dekade sekitar 1880-an sabun cukup banyak tersedia. Perkembangan ilmu pengetahuan, industri, dan perdagangan memiliki dampak yang signifikan terhadap pekerjaan rumah tangga. Sabun dari yang balok kotak-kotak sudah mulai diproduksi bubuk (powder), pada periode ini binatu sudah mulai berkembang dan mencuci sudah mulai menggunakan pati kanji dan bubuk biru/ pati biru (blau/blue) untuk pakaian atau linen yang warna putih maupun terang. Berbagai bahan kimia dapat digunakan untuk meningkatkan daya pelarut air, seperti senyawa dalam soaproot atau akar yucca digunakan oleh suku-suku asli Amerika. Sabun, suatu senyawa yang terbuat dari alkali (dari kayu-abu) dan lemak, adalah bahan yang digunakan oleh binatu kuno dan sangat umum. Periode 1870-1914 Church Roy dan Christine Clark, mulai mnegembangkan produk branded yaitu perlengkapan rumah tangga termasuk peralatan cuci mencuci (bak logam/panci, jemuran, jepitan) yang dikemas di Inggris (Enterprise & Society - Sep 2011). Pada awal abad 20-an mulai ditemukan proses mekanik binatu dengan berbagai mesin cuci. Biasanya, mesin ini menggunakan sebuah pengaduk bertenaga lsitrik untuk menggantikan menggosok dengan tangan pada sebuah papan cuci. Pada awalnya mesin hanya menggunakan tenaga tangan. Kemudian mangler berkembang bertenaga listrik dengan bak berlubang dan berputar keluar, air akan keluar jika berlebih dan siklus ini disebut siklus spin.

 

            Saat ini, di Indonesia ada beberapa jenis usaha yang masih termasuk ke dalam kategori bisnis laundry atau cuci mencuci baju. Bisnis laundry dari jenis yang paling sederhana dikenal dengan cuci setrika. Sementara bentuk laundry yang canggih di Indonesia dari dulu dikenal dengan istilah binatu. Dalam bahasa modern saat ini lebih dikenal dengan istilah laundry & dry clean, dimana untuk laundry pakaian dicuci menggunakan mesin cuci. Sedangkan untuk dry clean pakaian dibersihkan dengan cairan kimia khusus yang bisa membersihkan dan merontokkan kotoran di pakaian tanpa dicuci secara biasa. Usaha jenis ini yang dulu hanya dilakukan secara rumahan atau terdapat di hotel-hotel mewah untuk fasilitas tamunya, lalu mulai menjamur di tahun 1990-an, sejak dimulainya sistem franchise (waralaba) bisnis ini dari luar negeri. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir juga menjamur bisnis sejenis yang menggunakan waralaba lokal dan sistem agency yang bisa memberikan layanan dengan harga lebih terjangkau. Layanan, yang tadinya hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas, kini bisa dinikmati masyarakat kelas menengah ke bawah. Tah berhenti sampai di situ, kombinasi antara layanan murah dengan layanan cuci setrika tadi berkembang lebih kreatif lagi dengan munculnya laundry kiloan. Yaitu laundry biasa, tapi dengan harga yang dibayarkan berdasarkan hitungan kilogram (bukan per potong pakaian).

 

Asal Usul Didirikan Laundry

 

            Di zaman yang serba maju sekarang ini banyak sekali usaha-usaha bermunculan yang di kelola sendiri oleh pemiliknya. Salah satu contohya yaitu Ibu Aliya yang merupakan seorang pemilik dari usaha yang dikelola olehnya sendiri yaitu dalam jasa cuci mencuci pakaian atau yang biasa dikenal dengan sebutan Laundry. Saat ditanya apa alasan beliau membuka usaha sendiri beliau menjawab bahwa dengan membuka usaha sendiri, keuntungan yang di dapat akan lebih terasa.

 

            Awal mula didirikan laundry ini, yaitu berawal dari seringnya Ibu Aliya menggunakan jasa laundry. Setiap minggu ia selalu rutin menggunakan jasa laundry tersebut baik dalam mencuci selimut ataupun karpet dan semacamnya. Hingga pada akhinya ia berpikir kenapa tidak membuat usaha laundry sendiri saja. Dengan berbagai pertimbangan yang telah dipikirkannya dengan matang dan dengan modal yang cukup, akhirnya Ibu Aliya pun bertekad untuk mendirikan usaha laundry dirumahnya sendiri yang dimana usaha laundry tersebut diberi nama "Aliya Laundry". Aliya Laundry didirikan pada tahun 2013. Kini usaha laundry Ibu Aliya tersebut telah berusia 3 tahun dan saat ini Ibu Aliya telah memiliki 6 orang pegawai yang turut membantunya dalam mengurusi berbagai pekerjaan di laundry tersebut. Dan untuk urusan pelanggan, kini Ibu Aliya telah memiliki banyak pelanggan setia yang sudah mempercayakan jasa cuci mencuci pakaiannya kepada Aliya Laundry.

 

            Kami juga menanyakan kepada salah satu pegawai dari Ibu Aliya yang sudah bekerja selama kurang lebih satu tahun di Aliya Laundry tersebut dan pegawai tersebut mengatakan bahwa selama ia bekerja di Aliya Laundry, kedisiplinan dalam bekerja disana cukup ketat. Ada peraturan-peraturan yang diterapkan Ibu Aliya terhadap para pegawainya. Melihat hal tersebut,  ternyata hal ini berkaitan dengan teori Kelas Karl Marx dimana kaum borjuis yang berperan sebagai pemilik alat produksi seperti modal dan juga pembeli tenaga kerja,  memegang kekuasaan terhadap kaum proletar yang berperan sebagai tenaga kerja atau penggerak produksi. Dimana dalam teori Kelas Sosial dikatakan bahwa kaum pemilik modal lebih cenderung mengeksploitasi kaum tenaga kerja demi memperluas modal dan keuntungan mereka.

 

Agar usaha laundrynya diketahui oleh orang banyak, selain dari mulut ke mulut dan memasang banner dengan tulisan menarik di tempat laundrynya, Ibu Aliya juga mempromosikannya lewat media sosial seperti bbm dan whats app. Dan untuk menarik perhatian orang-orang, terkadang Ibu Aliya memberikan potongan harga setiap promo yang diadakannya dalam sekali seminggu.

 

Pembagian Kerja Pegawai

 

            Dalam Aliya Laundry, pembagian kerja pegawai yaitu masing-masing memiliki waktu kerja 10 jam yang dimulai dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Setiap pegawai mendapatkan jatah libur satu kali dalam seminggu. Pembagian-pembagian kerja pegawai tersebut merupakan tuntutan dari pemilik modal (Kaum Borjuis) terhadap tenaga kerja (Kaum Proletar). Karena telah dibantu oleh 6 pegawainya, Ibu Aliya hanya memantau dan membantu sedikit-sedikit di karenakan Ibu Aliya juga cukup sibuk dalam mengurusi anak-anaknya seperti mengantar dan menjemput anaknya yang masih duduk dibangku sekolah dasar.

 

Pembagian kerja setiap masing-masing pegawai memiliki tugas-tugas yang berbeda, seperti ada yang melayani maupun menerima cucian dari pelanggan, menjalankan mesin cuci, menjemur, menggosok, merapihkan lalu memisah-misahkan antara pakaian yang satu dengan yang lain, serta mengelompokkan cucian berdasarkan masing-masing pemiliknya.  Dalam hal keuangan, semuanya diatur sepenuhnya oleh pemilik laundry yaitu Ibu Aliya sendiri tanpa ada campur tangan dari pegawainya satupun.

 

Di dalam sistem pembagian jam kerja pegawai, tidak ada sistem shift-shift an, karena jam kerja hanya dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore saja. Dalam sistem pembagian waktu istirahat, diterapkan secara bergantian tiap masing-masing pegawai. Masing-masing pegawai diberikan kesempatan untuk shalat dan makan siang. Dan dalam sistem pemberian gaji, para pegawai diberi gaji setiap satu bulan sekali.

 

Peraturan Bagi Pegawai

 

Adapun peraturan-peraturan yang ditentukan oleh Ibu Aliya terhadap para pegawainya, yaitu antara lain :

1.      Setiap pegawai harus datang tepat waktu.

2.      Setiap pegawai harus berpakaian sopan.

3.      Setiap pegawai harus jujur dan disiplin dalam bekerja.

4.      Setiap pegawai harus bersikap ramah kepada seluruh pelanggan.

            Karl Marx berpendapat bahwa ekonomi merupakan faktor penentu alam dari perubahan sosial. Berdasarkan dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas bahwasannya pemilik modal sepenuhnya berkuasa atas segalanya dan ini berarti menunjukkan terjadinya kelas sosial. Kelas sosial disini terlihat dari pemilik laundry (Kaum Borjuis) yang memantau pekerjaan para pegawainya serta pegawai laundry (Kaum Proletar) yang bekerja dan mendapatkan upah.

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Laundry (Binatu) adalah kata benda yang mengacu pada tindakan pencucian pakaian dan linen, dimana proses pencucian sedang dilakukan atau yang telah dicuci. Aliya Laundry merupakan salah satu usaha dalam bidang jasa cuci mencuci berbagai jenis pakaian yang didirikan sendiri oleh Ibu Aliya yang terletak di daerah perumahan Vila Pamulang. Aliya laundry mempekerjakan 6 orang pegawai. Berdasarkan hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa terjadi teori marxisme yaitu teori  kelas sosial dan teori nilai dan nilai lebih dalam Aliya Laundry, yang dapat dilihat pada teori kelas sosial dimana didalamnya orang yang memiliki laundry sebagai Kaum Borjuis (pemilik modal) serta pegawainya sebagai Kaum Proletar (tenaga kerja) dan teori nilai dan nilai lebih dimana  bahwasannya pemilik modal (Kaum Borjuis) berkuasa sepenuhnya terhadap laundry tersebut dan pegawai (Kaum Proletar) yang hanya menerima upah sesuai hasil kerja mereka.

B.     Daftar Pustaka

George Ritzer-Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

http://www.sejarahawalmulalaundrydidunia.com/p/blog-page_4895.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini