Tugas Sosiologi
Nama : 1. Andre Sebastian Tarigan (11150510000001) KPI 1/A
2. Rhomadino YR (11150510000193), Jurnalistik 1/B
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau tentang perilaku konsumtif remaja pengunjung Mall Pluit Village serta untuk mengetahui remaja memilih belanja di Mall. Penelitian ini dilakukan di Mall Pluit Village. Remaja merupakan masa-masa yang masih terbilang kurang stabil dan bersifat dinamis, terutama masih dalam tahap pencarian akan sebuah identitas diri dengan tuntutan berbagai kebutuhan dan cenderung berlaku konsumtif. Mall umumnya adalah seputar fashion dan pernak pernik kaum muda, produk keluaran Mall ini terlihat modern dan eksklusif. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau berbagai produk yang ditawarkan dari sebuah Mall lebih ditujukan untuk kalangan remaja. Hal ini didukung dengan konsep Mall secara keseluruhan yang sangat identik dengan jiwa anak muda khususnya remaja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam menggali data-data dari lapangan, yaitu melalui teknik wawancara mendalam, observasi langsung, dan pengisian quesioner, serta data primer yang didapat dari hasil wawancara dimana instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perilaku konsumtif remaja pengunjung Mall Pluit Village sebagian besar dari keseluruhan adalah untuk berbelanja dan mengkonsumsi barang yang ditawarkan di pusat perbelanjaan tersebut meskipun ada beberapa remaja berkunjung ke Mall untuk menghilangkan rasa jenuh dan sebagai sarana rekreasi atau hiburan, jalan-jalan dan bersosialisasi.
Kata Kunci: Remaja, Perilaku Konsumtif
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut, akan tetapi pada konsep belanja sekarang ini telah berkembang menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat. Belanja merupakan gaya hidup tersendiri yang bahkan menjadi suatu kegemaran oleh sejumlah orang. (Haris, 2005).
Masa sekarang ini dalam kehidupan para remaja telah mengenal gaya hidup yang modern atau modis, hal itu dapat terlihat dari cara mereka mengenakan barang-barang atau pun pakaian yang bermerek, dan tidak menutup kemungkinan barang tersebut kebanyakan didapat dari belanja di mall dengan harga yang mahal dibandingkan dengan barang-barang yang di jual di luar mall. Seiring dengan terjadinya perubahan perekonomian dan globalisasi, terjadi perubahan dalam prilaku membeli pada masyarakat. terkadang seseorang membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan sebenarnya, melainkan dengan kebutuhan dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi boros yang dikenal dengan istilah prilaku konsumtif atau konsumerisme.
Konsumerisme demikian menunjukan identitas diri yang dicirikan atau disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Shopping secara tidak sadar membentuk impian dan kesadaran semu para konsumer dan akhirnya melahirkan pola-pola konsumerisme yang tidak akan ada habisnya. Akhirnya berbelanja juga dianggap sebagai sebuah pekerjaan, sebuah aktivitas sosial dan suatu saat menjadi kompetisi untuk diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) juga terlebih untuk kompetisi pada teman dan anggota masyarakat yang lain (sebagai simbol status, gengsi, dan image manusia modern dan tidak ketinggalan zaman).
Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Agustina, 2002). Pendapat lain dikemukakan oleh Suprana (Agustina, 2002), yang mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah sebagai kecenderungan seseorang yang berperilaku secara berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Penyebab perilaku konsumtif adalah semakin membaiknya keadaan sosial ekonomi sebagai masyarakat, membanjirnya barang-barang produksi, efektifnya sarana periklanan termasuk didalamnya media massa berkembangnya gaya hidup, mode,masih tebalnya sikap gengsi, status sosial. Adapun faktor penyebab terbentuknya perilaku konsumtif yang dikemukakan oleh Engel, Blackwell, dan Miniard antara lain faktor kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, situasi, keluarga, kepribadian, konsep diri, motivas, pengalaman belajar, dan gaya hidup.
Perilaku konsumtif remaja ini adalah sebuah masalah bagi kehidupan yang dikemudian hari didalam kehidupan masyarakat dan khususnya pada remaja, karena cenderung para remaja tidak menanamkan sifat untuk hidup hemat, dan sifat produktif, dari hidup berperilaku konsumtif yang berlebihan akan mengakibatkan hal yang lebih besar nilai negatif contohnya antara lain :
1. Sifat boros, yang hanya menghambur hamburkan uang dalam arti hanya menuruti nafsu belanja dan keinginan semata.
2. kesenjangan atau ketimpangan sosial, artinya dikalangan masyarakat terdapat kecemburuan, rasa iri, dan tidak suka didalam lingkungannya dia berada.
3. Tindakan kejahatan, artinya seseorang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan barang yang diinginkannya.
4. Akan memunculkan orang-orang yang tidak produktif, dalam arti tidak dapat menghasilkan
Sehubung dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Tinjauan Tentang Perilaku Konsumtif Remaja Pengunjung Mall Pluit Village Jakarta".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimanakah perilaku konsumtif remaja pengunjung Mall Pluit Village ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah: Mengetahui perilaku konsumtif remaja pengunjung Mall Pluit Village.
D. Manfaat Penelitian
Suatu karya Ilmiah diharapkan dapat berguna serta bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi orang lain, demikian dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna pada perkembangan organisasi pada masa-masa yang akan datang. Adapun kegunaan yang diharapkan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan dan untuk menambah pengetahuan atau disiplin ilmu bagi semua pihak terutama untuk penelitian yang meneliti tentang perilaku konsumtif remaja di Mall.
b. Sebagai bahan informasi khususnya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengadakan tinjauan mengenai perilaku konsumtif remaja di Mall.
2. Manfaat Praktis
a. memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kepada remaja tentang prilaku berbelanja di Mall secara berlebihan.
b. Sebagai masukan bagi remaja tentang pemahaman perilaku berbelanja secara berlebihan dan mencegah prilaku konsumtif.
E. Kerangka Dasar Teori Perilaku konsumtif
Dahlan dalam Lina & Rosyid (1997), mengatakan bahwa perilaku konsumtif ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan. Penggunaaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata. Hal ini diperkuat oleh Anggasari (1997), yang mengatakan bahwa perilaku konsumtif di tandai dengan tindakan membeli barang- barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnmya menjadi berlebihan.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995), menyatakan terbentuknya perilaku konsumtif pada remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor. Salah stu factor yang berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku konsumtif adalah kelompok referensi. Kelompok referensi adalah sekelompok orang yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Seseorang akan melihat kelompok referensinya dalam menentukan produk yang dikonsuminya. Hal tersebut diperkuat oleh Howkins, coney dan Bert (1980), yang mengatakan bahwa kelompok referensi merupakan factor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku konsumtif diamana kelompok referensi merupakan suatu kelompok yang memiliki nilai-nilai dan pandangan yang digunakan oleh Tinjauan Tentang Perilaku Konsumtif Remaja Pengunjung Mall SCP (Wahyudi) 30
suatu individu yang termasuk didalamnya sebagai suatun landasan untuk perilakunya. Didalam suatu kelompok referansi terbentuk konformitas yang biasanya dipandang sebagai suatu tindakan dimana individu mengikuti keinginan kelompoknya dan tidak berfikir ataupun bertindak sebagai dirinya sendiri.
a. Remaja
Masa remaja merupakan periode peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini remaja di antaranya mulai mencari identitas diri, sehingga seseorang yang sedang berada dalam masa remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal di sekelilingnya, baik itu yang positif maupun yang negatif. Hal itu cenderung terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan cenderung sensitif terhadap semua hal yang berkaitan dengan pribadinya dan permasalahan permasalahan dirinya. Seiring dengan perubahan tersebut, pada usia remaja terbentuk pola konsumsi yang dapat berkembang menjadi pola konsumtif.
Piaget (Hurlock, 1991), yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, di suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak tergolong anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongn orang dewasa. Remaja berada dia antara anak anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja, seringkali dikenal dengan fase "mencari jati diri" atau fase "topan dan badai". Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
b. Defenisi konsepsional
Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian adalah memberikan batasan yang akan dihimpun dilapangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengertian yang berbeda-beda, sehingga memberikan gambaran yang tepat mengenai masalah yang diteliti. Berdasarkan pendapat diatas, maka untuk menjaga agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penulisan ini, perlu memberikan suatu penjelasan mengenai istilah istilah yang terdapat pada judul penulisan ini, yaitu :
a. Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, kecenderungan matrealistik, hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda mewah dan berlebihan dan penggunaaan segala hal yang dianggap paling mahal dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
b. Remaja adalah merupakan periode peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini remaja diantaranya mulai mencari identitas diri, sehingga seseorang yang sedang berada dalam masa remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal di sekelilingnya.
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang berupa kata atau kalimat yang menjelaskan apa adanya mengenai fenomena tentang perilaku konsumtif remaja, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
G. Fokus penelitian
Fokus penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif dimaksudkan untuk membatasi studi atau dengan kata lain fokus penelitian dapat membatasi bidang inquiri, dan memenuhi kriteria suatu informasi yang diperoleh di lapangan akan lebih jelas. Didalam penelitian ini yang menjadi fokus atau indikator yang akan dibahas adalah:
1. Perilaku konsumtif remaja yang berkunjung di Mall Pluit Village meliputi :
a. Intensitas remaja yang berkunjung di Mall Pluit Village
b. Aktivitas remaja yang berkunjung di Mall Pluit Village
c. Karakteristik sosial ekonomi remaja yang berkunjung di Mall Pluit Village.
d. Perilaku remaja belanja di Mall Pluit Village.
H. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di :
Nama : Mall Pluit Village
Alamat : Jl. Pluit Indah Raya, Penjaringan, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, 14450
Telepon :(021) 6683888
Mall tersebut saya pilih karena lokasi tersebut merupakan Mall yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat khususnya oleh para remaja.
I. Sumber data
Dalam penelitian ini, pemilihan narasumber dilakukan melalui teknik Accidental Sampling.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
a) Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh melalui narasumber yaitu para remaja yang berkunjung di Mall Pluit Village dengan cara melakukan tanya jawab lansung dan dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan penelitian yang dipersiapkan sebelumnya.
b) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui berbagai sumber informasi yaitu dari buku-buku ilmiah yang berupa buku – buku ataupun jurnal – jurnal tentang perilaku konsumtif remaja.
J. Teknik Pengumpulan Data
Adapun berbagai metode pengumpulan datanya yaitu dengan menggunakan :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Quesioner
4. Penelusuran pustaka
Analisis data
Adapun tahapan analisis data adalah sebagai berikut;
1. Pengumpulan Data
2. Penyederhanaan data
3. Penyajian data
4. Penarikan kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam bukunya Das Kapital II, Karl Marx pernah menulis tentang bagaimana seorang individu dalam masyarakat kapitalis modern mempercayai bahwa suatu barang hasil produksi memiliki kekuatan otonom untuk menentukan relasi sosialnya (Lewin dan Morris,1977). Hal ini berarti dalam diri individu tersebut timbul keyakinan bahwa nilai-nilai eksistensi dirinya dalam ruang sosial bisa tersimbolisasikan dalam barang-barang produksi tersebut. Pada indvidu ini, yang terjadi ialah ia membeli barang hanya untuk mendapatkan 'nilai yang melekat pada barang itu', bukan karena membutuhkan nilai gunanya.
Pemikiran Marx tersebut relevan dengan kondisi masyarakat modern saat ini yang identik dengan suatu paradigma bahwa barang produksi dapat mendefinisikan status sosial mereka.Dengan menjual brand, sebuah produk menghadirkan prestise, untuk menunjukkan apa posisi pemiliknya. Berbagai komoditas dengan segala simbol yang melekat di dalamnya telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Gaya hidup modern tersebut mendorong seorang individu untuk mendefinisikan sikap, nilai-nilai, dan menunjukkan kekayaan serta posisi sosial seseorang melalui segala properti yang dimilikinya. Gaya hidup bermewah-mewahan yang sebelumnya terbatas pada masyarakat kelas atas, kini cenderung terjadi pula pada masyarakat di kalangan menengah.
Jika ditilik berdasarkan terminologi harfiahnya, kata fetisisme merujuk pada suatu sifatmemuja (fetish). Fetisisme pada komoditas merupakan rangkaian dari proses konsumsi pada produk setelah perilaku konsumsi menjadi bersifat konsumtif dan berkembang menjadi gayahidup (Mulvey, 1993; 1996).
Fetisisme berkaitan erat dengan konsumtifisme, atau kondisi dimana seorang individu, sebagai konsumen, mengkonsumsi barang di luar kebutuhan riilnya. Dalam perspektif Teori Kritis, fetisisme mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx ketika menganalisis mengapa individu yang terdominasi dapat menerima dan mengadopsi kepercayaan yang dapat mendukung dan mereproduksi status quo kapitalisme.Tesis Marx ini selajutnya dikembangkan menjadi terfokus pada operasionalisasi berbagai komoditas yang dihasilkan kapitalis dalam membentuk kepercayaan individu yang terdominasi. Bagi Marx, cara seorang individu menerima dan mengalami dominasi kapitalis,berbeda dari cara bagaimana sistem kapitalisme itu bekerja (Marx, dalam Lloyd, 2008).
Dengan demikian, berbeda dengan teori dominasi atau hegemoni sistem kapitalisme, dalamTeori Fetisisme Komoditas, yang menjadi fokus adalah bagaimana kapitalisme bekerja membentuk kepercayaan pada tataran individu.
KONSUMERISME
Pemahaman kata konsumerisme pada masa sekarang identik dengan sebuah bentuk atau gaya hidup. Gagasan tentang konsumerisme ini terkait dengan teori-teori konsumsi dan kapitalisme modern yang berakar dari pemikiran Mahzab Frankfurt. Menurut Mahzab Frankfurt, melalui konsumerisme, sistem kapitalisme memanfaatkan kesempatan untuk menciptakan masyarakat kelas menengah sebagai konsumen produknya. Oleh karena itu, keruntuhan akhir kapitalisme dan kebangkitan sosialisme serta masyarakat tanpa kelas merupakan hal utopis yang agaknya tak mungkin terwujud. Hal ini disebabkan pada fleksibilitas dan sifat tahan lama sistem kapitalisme yang didasarkan pada kemakmuran dankonsumerisme kalangan pekerja, serta bentuk-bentuk kontrol sosial yang lebih umummelalui media massa dan budaya populer (Strinati, 2007).
Sistem kapitalisme modern menciptakan kemakmuran bagi kelas pekerja dengan tingkat pengendalian idelogis tertentu dengan bertujuan menciptakan konsumerisme di kalangan kelas menengah tersebut. Para pekerja kelas menengah seolah diberi 'jaminan' keamanan secara finansial agara bisa membeli banyak barang yang mereka inginkan dan meraka butuhkan, sementara barang-barang tersebut adalah hasil produksi kapitalisme. Segala macam komoditas semakin mudah terjangkau. Konsekuensinya, komoditas tersebut lebih mampu mendominasi kesadaran orang lain. Ketika konsumerisme membawa seorang konsumen pada suatu kebahagiaan ketika membeli barang-barang tersebut danmembuatnya tidak sadar akan kebutuhan yang sebenarnya, saat itulah kapitalisme suskses mencipatakan fetisisme dalam diri konsumen (Strinati, 2007).
Dalam konsumerisme, juga terdapat adanya kebutuhan palsu yang konsepnya dikembangkan oleh Herbert Marcuse (1972). Kebutuhan-kebutuhan palsu ini merupakan tuntutan sosial yang perwujudannya berupa nilai-nilai dalam relasi sosial seperti status sosial, prestise, eksistensi, dan citra, yang dinyatakan melalui berbagai komoditas yang diperoleh dengan jalan konsumerisme. Implikasinya, kebutuhan-kebutuhan palsu yang diciptakandipenuhi sementara kebutuhan-kebutuhan sejati yang sebenarnya masih belum terpenuhi. Hal ini terjadi sebagai akibat dari rangsangan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan palsu, mereka memiliki apa yang (mereka pikir) mereka butuhkan dan inginkan.
Seorang tokoh posmodern, Jean Baudrillard (1998), memberi kontribusi berupa gagasannya tentang masyarakat konsumsi. Menurutnya, masyarakat kontemporer saat ini dibentuk oleh kenyataan bahwa manusia jaman ini dikepung oleh faktor konsumsi yang begitu nampak dan konkret, yaitu dengan adanya multiplikasi objek, jasa, serta barang-barang material. Lebih lanjut ia menunjukkan gagasan manusia dalam memenuhi kebutuhannya: " the immediately self-evident, such as an analysis in term of needs, will never produce anything more than a consumed reflection on consumption." Pemikiran Baudrillard inimenginterpretasikan bahwa sesungguhnya manusia tak pernah terpuaskan secara actual,sehingga segala kebutuhannya pun tak akan pernah terpuaskan.
BAB III
HASIL PENELITIAN
1. Intensitas remaja pergi ke Mall
Dari hasil penelitian dilapangan bahwa perilaku konsumtif Remaja berkunjung ke Mall dilihat dari frekuensinya bervariasi, dari jumlah 20 remaja yang kami berikan quesioner, mereka berkunjung antara 1 sampai dengan 4 kali dalam 1 minggu dan 13 sampai dengan 16 kali dalam 1 bulan. Remaja cenderung berkunjung ke Mall dengan tujuan untuk berbelanja dan mengkonsumsi barang yang ditawarkan di Mall. Bagi remaja yang berkunjung mengatakan Mall adalah tempat yang menarik sehingga menjadikan Mall sebagai tempat belanja, refresing dan tempat untuk menghilangkan rasa kejenuhan mereka, apalagi Mall yang didesain sangat menarik dan membuat para pengunjungnya untuk merasa betah dan nyaman.
No. | Usia | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | 12 - 15 tahun | 8 orang | 40% |
2. | 16 - 18 tahun | 2 orang | 10% |
3. | 19 - 21 tahun | 3 orang | 15% |
4. | 22 - 24 tahun | 7 orang | 35% |
| Jumlah | 20 0rang | 100% |
No | Intensitas Ke Mall
| Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | <3 Kali | 16 orang | 80% |
2. | 3-5 Kali | 4 orang | 20% |
3. | 5-8 Kali | 0 orang | 0% |
4. | >8 Kali | 0 orang | 0% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Kegiatan | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Refresing | 8 orang | 40% |
2. | Belanja | 0 orang | 0% |
3. | Nonton Bioskop | 1 orang | 5% |
4. | Semuanya Benar | 11 orang | 55% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Berangkat Bersama | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Pacar | 4 orang | 20% |
2. | Keluarga | 1 orang | 5% |
3. | Orang Tua | 1 orang | 5% |
4. | Temen atau Sahabat | 14 orang | 70% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Tempat Favorite di Mall | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Time Zone | 2 orang | 10% |
2. | Bioskop | 4 orang | 20% |
3. | Food Court | 9 orang | 45% |
4. | Gramedia | 5 orang | 25% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Barang Belanjaan | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Buku | 4 orang | 20% |
2. | Pakaian | 3 orang | 15% |
3. | Kebutuhan Pokok | 7 orang | 35% |
4. | Semuanya Benar | 6 orang | 30% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Mall yang Sering di Kunjungi | Jumlah Orang (20) | Prosentase |
1. | Carrefour | 6 orang | 30% |
2. | Sogo | 0 orang | 0% |
3. | Matahari | 3 orang | 15% |
4. | Semuanya Benar | 11 orang | 55% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Budget yang di Butuhkan | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | <500 Ribu | 13 orang | 65% |
2. | 500 Ribu - 1 Juta | 6 orang | 30% |
3. | 1 Juta – 2 Juta | 1 orang | 5% |
4. | > 2Juta | 0 orang | 0% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No | Reaksi Orang Tua | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Mengizinkan | 16 orang | 80% |
2. | Melarang | 4 orang | 20% |
3. | Acuh tak Acuh | 0 orang | 0% |
4. | Marah | 0 orang | 0% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
No. | Refleksi gaya hidup atau sekadar Refreshing | Jumlah orang (20) | Prosentase |
1. | Rekfleksi Gaya Hidup | 9 orang | 45% |
2. | Refreshing | 11 orang | 55% |
| Jumlah | 20 orang | 100% |
2. Aktivitas remaja pergi ke Mall
a. Aktivitas berbelanja, bagi remaja Mall adalah tempat berbelanja produk-produk yang berkualitas, terlihat modern dan sesuai dengan selera dan keinginan.
b. Aktivitas rekreasi, refreshing atau tempat hiburan selain tempat berbelanja Mall juga dianggap remaja sebagai tempat sarana hiburan untuk melepaskan rasa jenuh, di Mall juga tersedia banyak sarana-sarana hiburan yang ditawarkan sesuai dengan selera dan membuat para remaja yang berkunjung betah sehingga untuk mengeluarkan biaya sewapun tidak menjadi suatu masalah.
c. Aktivitas nongkrong (hang-out) dan melihat-lihat barang yang ada di Mall tersebut (cuci mata). Sebagian besar remaja yang berkunjung termotivasi dan membeli barang tersebut dari sekedar hanya melihat lihat produk yang ditawarkan.
d. Aktivitas bersosialisasi, remaja menganggap Mall itu juga sebagai tempat bersosialisai, terutama pada penjaga outlet atau store yang ada di Mall tersebut guna untuk mendapatkan informasi tentang produk barang yang sedang trend dan modern.
3. Karakteristik sosial ekonomi
Sosial ekonomi para remaja pengunjung Mall bervariasi, sebagian remaja belum bekerja sehingga kebutuhan dan uang saku masih ditanggung sepenuhnya oleh orang tua. Uang saku yang diberikan bervariasi antara jumlah yang kecil hingga jumlah yang besar yaitu 500.000 hingga 1.500.000 dalam satu bulannya. Dengan jumlah uang saku tersebut remaja cenderung berprilaku konsumtif.
4. Perilaku remaja belanja di Mall
Dalam memilih barang yang akan di konsumsi, sebagian besar para remaja sangat dipengaruhi oleh perkembangan trend yang ada. Terutama dengan basic psikologis dari seorang remaja yang cenderung masih labil dan bersifat dinamis, membuat mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan. Misalnya saja dengan keberadaan Mall sebagai salah satu tempat perbelanjaan yang menawarkan berbagai konsep baru. Produk-produk yang ditawarkan pun sangat beraneka ragam. Dari baju, celana, sepatu, tas, topi, bahkan acecories dan kaset pun tersedia di Mall.
KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dapat di simpulkan menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Frekuensi remaja berkunjung ke mall itu berbeda-beda, tetapi para remaja bisa dalam seminggu kurang dari 3 kali berkunjung ke mall, dan para remaja lebih sering di temani oleh teman dan sahabatnya dalam berkunjung ke mall, dan mereka telah mendapatkan izin dari kedua Orang Tua mereka.
2. Aktifitas remaja di mall adalah untuk berbelanja berbagai kebutuhan mereka dan berbagai produk-produk yang berkualitas. Mall juga adalah tempat rekreasi favorite bagi remaja, untuk melepas jenuh dari aktivitas-aktivitas yang melelahkan, mereka bisa cuci mata di mall karna menyediakan tempat-tempat yang nyaman seperti : Bioskop, Food Court, dan Gramedia, dan Time Zone. Dan para remaja bisa berkumpul bersama teman-temannya, dan juga mall adalah tempat untuk berinteraksi dan bersosialisasi kepada pedagang-pedagang atau pemilik outlet.
3. Ekonomi sosial remaja berbeda, ada yang masih mengandalkan pemberian dari Orang Tua, atau memanfaatkan dari hasil uang jajan merek, karena masih sekolah. Dan, ada juga yang sudah memiliki perkerjaan, sehingga memakan Budget Rp.500.000-Rp.1.500.000 dalam sebulan.
4. Perilaku remaja belanja di mall, para remaja yang akan memilih barang untuk di konsumsi, di pengaruhi oleh trend yang ada. Dan terkadang barang-barang yang mereka beli itu sebenarnya tidak terlalu di butuhkan, karena hanya ingin mengikuti trend yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
George Ritzer & Dougfas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prenada Media Group
Jon Elster. 1986. An Introduction to Karl marx. Cambridge, England. Prestasi Pustakaraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar