Teori Sosiologi Marxian
A. Pendahuluan
• Latar Belakang
Berdasarkan beberapa pemberitaan, kondisi perekonomian di Indonesia belum stabil karena perkembangan zaman. Perkembangan zaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bidang perekonomian. Salah satunya kenaikan harga sembako dan pangan lainnya. Kenaikan harga tersebut sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang menjalankan kegiatan perekonomian, yaitu berjualan. Tentunya pengaruh tersebut sangat sulit untuk dihindarkan, meskipun kita menuntut keras terhadap kebijakan tersebut. Sehingga masyarakat sendirilah yang harus pandai mengatur strategi, bagaimana cara atau tindakan yang tepat dalam menghadapi kasus tersebut. Yang melakukan kegiatan perekonomian tentunya tidak hanya satu orang, melainkan banyak orang. Kegiatan tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kini, masyarakat berlomba-lomba mencari strategi terbaik, bagaimana caranya agar kegiatan berjualan ini tetap berlangsung serta tetap mendapatkan keuntungan. Dapat kita lihat di lingkungan terdekat, nampak jelas persaingan antar masyarakat tersebut. Kami mengambil contoh sesuai penelitian lapangan kami, yaitu masyarat yang menjual berbagai makanan yang biasa kita kenal "WARTEG". Selain terjun langsung ke lapangan, kami juga sebelumnya melakukan pengamatan dengan membandingankan antara warteg satu dengan warteg lain. Perbandingan utama adalah keadaan fisik, selanjutnya harga, pelayanan dan suasana atau tingkat kenyaman. Kami melakukan wawancara di salah satu warteg, kami memilih untuk wawancara di warteg kecil, yang kami anggap sebagai kaum proletar. Pertanyan yang kami ajukan mengarah kepada persaingan antara warteg kecil (kaum proletar) dengan warteg yang lebih besar (kaum bourjuis). Selain pertanyaan mengenai persiangan, kami juga mengajukan pertanyaan sejarah perkembangan warteg tersebut. Selain pertanyaan diajukan kepada pemilik, target sebagai narasumber juga ada beberapa pegawai dan pelanggan. Pertanyaan kepada pegawai, lebih kepada alasan bekerja di warteg tersebut. Pertanyaan kepada pelanggan berupa alasan memilih makan di warteg tersebut. Alasannya itu berupa suasana, ragam makannannya, harga, serta pelayanannya. Salah satu narasumber sebagai pelanggan yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang kebetulan sedang makan di tempat kami melakukan penelitian.
• Tempat dan Waktu Penelitian Lapangan
Lokasi penelitian, kami ambil di lokasi yang strategis. Kriteria yang kami diskusikan untuk pemilihan lokasi yaitu dekat dengan kampus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain kriteria lokasi, kami juga mendiskusikan target narasumber. Harapan kami, narasumber merupakan narasumber yang mudah diajak berinteraksi. Kami mendiskusikan masalah waktu dibagi menjadi dua hari, satu hari wawancara dan satu harinya lagi pengamatan. Sebenarnya, untuk pengamatan telah kami lakukan dari sebelum adanya tugas ini. Karena lokasi narasumber merupakan lokasi yang memang sering kami lalui. Untuk wawancara, kami lakukan di hari Jumat tanggal 27 November setelah selesai sholat Jumat. Sebelumnya kami bertemu dan mendiskusikan di basement Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Setelah waktu selesai sholat Jum'at, kami berangkat ke lokasi penelitian. Lokasi tepatnya yaitu Jalan Pesanggrahan, samping kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami melakukan wawancara sekitar 1 jam-an. Kami wawancara pelanggan sebanyak dua kali, karena wawancara pertama dialat perekam yang kami bawa tidak dapat berfungsi dengan baik. Akhirnya kami melakukan wawancara kedua dengan alat perekam yang berbeda.
B. Tinjauan Teoritis
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx.Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan "paksaan". Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Selain teori Karl Max, kami juga menggunakan Teori konflik Ralf Dahrendorf. Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan Kontrol sarana- sarana berada dalam satu individu- individu yang sama.
Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat industri semenjak abad kesembilan belas. Diantaranya:
• Dekomposisi modal
Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal.
• Dekomposisi Tenaga kerja
Pada abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik.
• Timbulnya kelas menengah baru
Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.
Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir ini. Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.
Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisis bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
C. Pembahasan
Penelitian lapangan ini merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah sosiologi. Setelah mencari pasangan dan akhirnya menetapkan untuk menjadi teman kelompok, kami melakukan pertemuan pertama untuk berbagi pemahaman tentang teori sosiologi, serta menetapkan tema untuk bahan penelitian. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai persaingan antara warung makan besar dan warung makan kecil.
Warung adalah usaha kecil milik keluarga yang berbentuk kedai, kios, toko kecil, atau restoran sederhana — istilah "warung" dapat ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Warung adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan keseharian rakyat Indonesia.
Terdapat banyak jenis warung, umumnya berbentuk toko kecil seperti gerobak dorong beratap yang menjual minuman dingin dalam kemasan botol (seperti teh botol), kudapan, permen, rokok, krupuk, dan berbagai macam barang-barang keperluan sehari-hari. Bahkan terdapat warung terapung, yakni perahu yang difungsikan sebagai warung. Sementara warung yang menjual makanan umumnya dapat menjual penganan sederhana gorengan seperti pisang goreng dan kopi. Selain menjual masakan Indonesia, beberapa warung menjual makanan asia dan barat, makanan seperti nasi goreng dan mi goreng lazim ditemukan di warung. Beberapa warung yang menjual makanan barat bahkan menjual roti, panekuk, sup, ikan bakar, steak dan pizza.
Istilah "warung" juga merujuk kepada toko atau kedai, dan menjadi dasar istilah lain, termasuk wartel (kependekan dari warung telepon) dan warnet (kependekan dari warung internet).
Jenis warung
- · Warung nasi, warung yang menjual nasi dan lauk pauk, semacam rumah makan sederhana
- · Warung kopi, warung yang menjual kopi dan kudapan; berbagai gorengan seperti pisang goreng atau buah segar
- · Warung rokok, warung yang menjual rokok, permen, minuman ringan, kerupuk dan kudapan lainnya, serta berbagai keperluan sehari-hari
- · Warung terapung, warung berupa perahu yang mengapung di atas sungai yang menjual berbagai macam makanan dan minuman
- · Warung Tegal, warung nasi khas Tegal
- · Warung Internet, warung yang menyewakan komputer untuk terhubung ke internet
- · Warung telekomunikasi, warung yang menyewakan sambungan telepon
Target narasumber kami yaitu warung nasi. Alasan pemilihan narasumber, sudah kami paparkan di bagian latar belakang. Di hari pertama, kami langsung melakukan wawancara dengan narasumber yaitu pemilik warung kecil. Berikut akan dijelaskan mengenai hasil penelitian lapangan kami.
"Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga."
Berdasarkan pernyataan di atas, kami menganggap warung kecil sebagai kaum proletar dan warung besar sebagai kaum borjuis. Kaum proletar, memang dianggap sangat rendah oleh kaum borjuis karena kaum borjuis menganggap bahwa dirinya menguasai produksi. Tetapi kaum proletar itu sendiri tidak ingin dirinya dianggap rendah karena kaum proletar menganggap bahwa penguasa tidak selalu berkuasa. Suatu proses dan perkembangan sangat penting bagi kaum proletar. Pernyataan tersebut kami dapat dari hasil wawancara. Mereka tidak sama sekali merasa tersaingi. Dalam lingkungan masyarakat, tidak semua kaum mayoritas berkuasa, karena kaum minoritas pun mempunyai hak untuk berkuasa. Dalam arti berkuasa yaitu mendapatkan kebebasan.
Proses perkembangan warung kecil yang kami jadikan sebagai narasumber, salah satunya perkembangan fisik. Maksud dari perkembangan fisik yaitu awal mula warung kecil tersebut hanya menggunakan gerobak yang kecil dan hanya satu macam makanan. Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan selalu terjadi. Kini, warung kecil tersebut memiliki gerobak yang lebih besar dengan makanan yang lebih banyak macamnya. Narasumber yang kami wawancarai, merupakan anak dari pemilik asli warung tersebut. Ia bernama Erna, berusia 20 tahun. Ia menganggap persaingan memang selalu ada, terutama dalam lokasi yang berdekatan. Warung tersebut sudah berdiri sejak tahun 1995, di lokasi yang berbeda dengan yang sekarang.
Ada beberapa faktor perkembangan untuk mengatasi persaingan dalam satu kawasan, akan paparkan sebagai berikut :
Pengembangan produk warung makan merupakan bagian dari kegiatan untuk menciptakan hubungan antara konsumen dan produk berdasarkan karakteristik dari produk warung makan, dan pengembangan produk atau kreasi menu sebuah warung makan sebaiknya dimulai atau diakhiri terutama dilakukan berdasarkan keinginan konsumen warung makan tersebut. Oleh karena itu, kreasi menu sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan pada usaha untuk meniru atau menduplikasi produk (menu) pesaing atau berdasarkan pada pendapat dari staf/manajemen warung makan. Oleh karena itu, pelanggan adalah sumber utama atau informan terbaik bagi pengembangan produk (kreasi menu) warung makan. Hal kedua yang perlu ditekankan dalam
pengembangan produk warung makan adalah pentingnya diferensiasi produk dan pelayanan warung makan untuk mengurangi dampak negatif persaingan antar usaha warung makan pada suatu kawasan. Terdapat tiga pihak yang harus terlibat dalam penyusunan atau kreasi menu baru, yaitu dimulai dari (keinginan) konsumen sebagai pihak pertama, kepala juru masak (chef) sebagai pihak kedua, dan manajemen warung makan sebagai pihak ketiga.
Pada dasarnya pengembangan produk adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan atau menambah jenis yang sudah ada.
Menurut Kotler (2002:3) produk memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk didalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat, organisasi serta gagasan.
Tujuan pengembangan produk pada usaha warung makan adalah:
1. untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas,
2. untuk menambah omzet penjualan,
3. untuk memenangkan persaingan,
4. untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi,
5. untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama,
6. untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan,
7. untuk mencegah kebosanan konsumen,
8. untuk menyederhanakan tampilan produk, misal dengan menggunakan pembungkus / packaging.
Sedangkan fokus utama pada Pengembangan makanan terutama pada : Adaptasi
pengolahan makanan, Peningkatan kualitas makanan, dan Peningkatan kualitas makanan.
Adaptasi pengolahan makanan
Sejarah perkembangan pengolahan makanan dimulai sejak zaman abad sebelum
masehi, yang mulai mengolah makanan dengan menerapkan panas dengan cara
yang sederhana. Perkembangan teknik pengolahan dan penyajian makanan menimbulkan adanya aliran – aliran dalam gastronomi. Misalnya classical cooking, nouvele cuisine, fusion food, courtesy food, sampai yang dinamakan moleculer gastronomie
Dalam pengolahan makanan tradisional, cara pengolahan/memasak dan alat-alat memasak atau teknologi merupakan dua aspek yang perlu diperhatikan. Terkait dengan pengolahan/cara memasak tidak bisa lepas dari faktor sumber daya
manusianya. Mereka dituntut profesional dalam mengadaptasikan seni kuliner Penyajian makanan, seberapa pun besar atau kecil nya skala usaha warung makan anda maka saat penyajian makanan untuk pelanggan anda sebaiknya itu dilakukan dengan cara yang baik, sopan, dan dikerjakan dengan penuh "respect" terhadap pelanggan warung makan.
Peningkatan kualitas makanan
Kualitas makanan adalah mutu dari makanan itu sendiri. Kualitas makanan sangat
dipengaruhi oleh penampilan, rasa, aroma, tekstur, suhu pada saat dihidangkan, warna makanan, dan karakter makanan. Kualitas makanan sangat mempengaruhi kepuasan dari pada tamu yang menikmati makanan yang disajikan.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terungkap bahwa mutu atau kualitas makanan dipengaruhi oleh:
1. Presentation yaitu penampilan makanan yang menarik akan membangkitkan selera makan
sehingga akan timbul keinginan untuk menikmatinya. Misalnya penataan dan
kombinasi warna yang tepat dan penyajian yang sesuai.
sehingga akan timbul keinginan untuk menikmatinya. Misalnya penataan dan
kombinasi warna yang tepat dan penyajian yang sesuai.
2. Taste and flavor yaitu aroma makanan yang sedap menimbulkan keinginan untuk
merasakan makanan tersebut. Rasa dan aroma makanan yang dihidangkan
harus sesuai dengan bahan utama, bumbu maupun saus yang digunakan dalam
pengolahan.
merasakan makanan tersebut. Rasa dan aroma makanan yang dihidangkan
harus sesuai dengan bahan utama, bumbu maupun saus yang digunakan dalam
pengolahan.
3. Texture makanan yang baik adalah sesuai dengan jenis makanan tersebut. Metode memasak maupun bahan makanan yang tepat dapat mempengaruhi tekstur.
4. Temperature yaitu menyajikan makanan harus sesuai dengan suhu dari jenis makanan tersebut misalnya makanan panas dihidangkan panas atau makanan dingin dihidangkan dingin.
5. Color of Food yaitu warna makanan yang menarik adalah segar dan alami akan
menimbulkan selera makan dibandingkan dengan makanan gosong atau berwarna pucat.
menimbulkan selera makan dibandingkan dengan makanan gosong atau berwarna pucat.
6. Character of Food adalah untuk membedakan jenis makanan yang satu dengan yang lain maka setiap makanan memiliki karakter atau ciri khas tersendiri, seperti rasa, aroma makanan tersebut, hiasan, saus, maupun tekstur makanan tersebut.
Jadi, agar dapat memenangkan bersaingan merebut pelanggannya di usaha warung makan ini maka pengelola usaha warung makan harus selalu memperhatikan kualitas yang berkaitan dengan aspek makanan secara keseluruhan baik dari segi penampilan, rasa dan aroma, tekstur, suhu pada saat penghidangan, warna makanan, dan karakter makanan, serta dari segi kebersihan dan kesehatan.
Dengan diterimanya proses pengembangan produk atau produk baru oleh konsumen, maka pengelola usaha warung makan akan mendapatkan dua macam sumbangan keuntungan yaitu dengan meningkatnya laba karena meningkatnya hasil penjualan (laba perusahaan akan meningkat) dan pengelola usaha akan lebih efektif ketika akan
melaksanakan proses pengembangan produk selanjutnya, sehingga pengembangan produk merupakan faktor penting yang akan dapat menentukan hasil penjualan usaha warung makan anda.
Faktor terpenting berdasarkan jawaban narasumber salah satunya adalah pelayanan. Jika banyak masyarakat yang mempermasalahkan harga, jika harganya murah tetapi pelayanannya buruk, mungkin akan mengurangi keuntungan warung tersebut. Perkembangan turun temurun memungkinkan peningkatan yang cukup baik, perpindahan lokasi juga menentukan banyak sedikitnya pelanggan. Kemungkinan besar, pelanggan di lokasi pertama tetap menjadi pelanggan meski pindah lokasi, dikarenakan lokasinya berpindah tidak terlalu jauh. Sehingga pelanggan di lokasi baru pun bertambah.
Dari wawancara yang kami lakukan kemarin dapat diketahui bahwa pedagang warteg tersebut tidak hanya melayani para pembeli seorang diri namun dibantu oleh beberapa karyawan. Ada sekitar 3 orang karyawan yang turut serta membantu sang pemilik melayani para pembeli. Karyawan yang diperkerjakan pun ternyata ialah saudara dari calon suami Mbak Erna itu sendiri. Mereka ialah para lelaki yang berasal dari daerah Bogor.
Adapun berikut tugas-tugas sang karyawan yang kami dapatkan dari wawancara kami kemarin :
1. Menyiapkan seluruh peralatan dan bahan-bahan makanan maupun masakan yang sudah siap saji saat warteg mulai buka (siap jualan)
2. Mengisi ulang makanan atau dagangan yang sudah mulai habis maupun sisa sedikit.
3. Mengambil makanan atau dagangan ke rumah sang pemilik guna untuk pengisian ulang makanan atau dagangan yang hampis habis
4. Merapikan tempat untuk para pembeli yang makan di tempat
5. Saat warteg ingin tutup para karyawan bertugas merapikan kembali seluruh peralatan dagang beserta seluruh isinya
D. KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya ialah sesuai dengan teori marxisme yang membahas tentang kelas borjuis dan proletar, kami menganggap warung kecil sebagai kaum proletar dan warung besar sebagai kaum borjuis. Kaum proletar, memang dianggap sangat rendah oleh kaum borjuis tetapi mereka tidak sama sekali merasa tersaingi. Sesuai dengan hasil wawancara dan penelitian yang kami lakukan terhadap warung kecil atau warteg milik Mbak Erna. Menurutnya, untuk menjaga atau mempertahankan warteg miliknya diperlukan berbagai usaha yaitu salah satunya menjaga kualitas makanan dan menambah variasi dagangan miliknya tersebut.
Daftar Pustaka
http://pengusahamuslim.com/pengembangan-produk-warung-makan-1813/
Study lapangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar