Selasa, 01 Desember 2015

LAPORAN HASIL OBSERVASI

11150510000053 Anzen Bhilla Setya KPI 1B 
11150510000224 Shaleha Nurudina Jurnalis 1B

KATA PENGATAR

 

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Dengan terucap lafadz Hamdalah yang merupakan rasa syukur kami kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan keridhaan-Nya kepada kami  sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini mengenai materi "Pengamatan menggunakan teori sosiologi aliran Marxian" dengan menggunakan referensi yang tersedia sebagai bahan dalam pelaksanaan penyampaian materi kegiatan pengamatan kami.

Sekian kata pengantar ini kami sampaikan. Kami mohon maaf karena kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan tulus kami mengharapkan saran-saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb  

 

 

 

 

 Gintung, 27 November 2015

­

 

Penulis

BAB I

 PENDAHULUAN

 

 

A.  LATAR BELAKANG

 

Susahnya mencari pekerjaan ditengah-tengah perkembangan zaman saat ini menimbulkan persaingan-persaingan antara kelas bawah dan kelas atas dimana kelas atas selalu memandang sebelah mata kaum kelas bawah dan selalu memandang dari segi negatifnya. Kerasnya persaingan kehidupan di Jakarta membuat para tukang parkir jalanan, polisi gadungan atau pak ogah semakin bertambah banyak bahkan merajalela. Dari sini timbulah berbagai masalah mulai dari segi pandang berbagai kelas atas yang menganggap bahwa keberadaan mereka hanya mengganggu saja sampai pandangan mereka sangat membantu lalu lintas.dan kadang sifat pribadi mereka yang membuat mereka susah untuk maju. Maka dari itu kami mencoba mengkaji dan melakukan observasi terhadap keberadaan mereka mulai dari penyebab atau latar belakang mereka menjalani profesinya, penyebab pandangan negatif dari kelas atas terhadap mereka, realita yang terjadi di lapangan, serta harapan-harapan mereka untuk kedepannya.

Maka kami memberi judul observasi kami dengan "Realita dibalik Pandangan Negatif Kelas Atas".

 

 

B.   METODE PENGUMPULAN DATA

 

a)    PENGUMPULAN TEORI

 

Kami mengumpulkan teori-teori dengan membaca berbagai referensi buku mengenai teori Marxian dan Neon- Marxian.

 

b)    WAWANCARA

 

Dalam memperoleh data dan informasi kami menggunakan model wawancara. Wawancara adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk menilai kompetensi berbicara seseorang dalam suatu bahasa.

 

c)     OBSERVASI

 

Observasi merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi dan kondisi). Tehnik ini baik digunakan untuk penelitian ini karena penelitian ini mencangkup perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

 

 

C.  TINJAUAN TEORITIS

 

a.     MARXISME[1]

 

Secara garis besarnya saja, dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang, berdasarkan pandangannya mengenai sifat mendasar manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia harus bekerja di dalam, dan dengan alam. Dengan bekerja seperti itu manusia mendapatkan makanan, pakaian, peralatan, dan kebutuhan lain yang memungkinkan mereka hidup. Produktivitas mereka bersifat alamiah yang memungkinkan mereka mewujudkan dorogan kreatif dasar yang mereka miliki. Dorongan ini diwujudkan bersama-sama dengan orang lain. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup.

 

Marxisme merupakan paham yang dicetuskan oleh Marx dan temannya Engels, Teori Marx merupakan suatu teori yang terutama berhubungan dengan tingkat struktur sosial tentang kenyataan sosial dimana teori ini menekankan pada saling ketergantungan yang tinggi antara struktur sosial dan struktur materil, dimana individu harus menyesuaikan dirinya supaya tetap hidup dan memenuhi berbagai kebutuhannya. Menurut Marx hubungan antara individu dan lingkungan materilnya dijembati melalui struktur ekonomi masyarakat. Struktur internal ekonomi itu terdiri dari kelas-kelas sosial yang muncul dari perbedaan dalam kepentingan ekonomi. Karl Marx mengembangkan pemikiran tentang perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Dimana terdapat kelas-kelas sosial yang saling bertikai, kelas sosial yang berkuasa menindas kelas sosial yang rendah seperti halnya masyarakat buruh dan kaum miskin (golongan proletar). Kondisi itu akan mendorong kelas bawah itu melakukan pemberontakan dan memenangkan kekuasaan sehingga akhirnya tumbuh suatu jenis masyarakat baru yang tanpa kelas.

 

Perubahan sosial menurut Marx pada dasarnya adalah sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi. Marx menempatkan kesadaran individu sejajar dengan kesadaran kelas, ideologi dan budaya yang kemudian merupakan medium perantara antara struktur dan individu. Pada dasarnya individu itu baik tetapi masyarakatlah yang membuatnya jahat.

 

 

 

 

b.     NEO MARXISME[2]

 

Neo-Marxisme adalah sebuah airan yang berkembang diabad ke 20 yang mengingatkan kepada awal tulisan Marx sebelum dipengaruhi oleh Engels. Aliran ini memusat pada idealisme dialektika dibanding fahaman materialisme dialektika yang menolak determinisme ekonomi awal Marx. Fahaman Neo-Marxisme tidak mengamalkan perubahan secara perlahan. Fahaman ini memusatkan pada suatu revolusi psikologis bukan fisik, yang bermakna bahwa perubahan idea yang datang dari jiwa seseorang lebih penting daripada perubahan secara fisik.

 

Neo-Marxisme adalah aliran pemikiran Marx yang menolak penyempitan dan reduksi ajaran Karl Marx oleh Engels. Anjaran Marx yang dicoba diinterpretasikan oleh Engels ini adalah bentuk interpretasi yang kemudiannya dikenal sebagai "Marxisme" rasmi, Marxisme Engels ini adalah versi interpretasi yang digunakan oleh lenin. Interpretasi lenin nanti pada akhirnya berkembang menjadi Marxisme-Leninisme (yang lebih dikenal dengan komunisme). Beberapa tokoh Neo-Marxisme pada akhirnya menolak Marxisme-Leninisme. Mereka menolak interpretasi Engels dan Lenin karena interpretasi tersebut adalah interpretasi ajaran Marx yang menghilangkan dimensi dialektika ala Karl Marx yang dipercaya sebagai salah satu bagian inti dari pemikiran Karl Marx. Tokoh Neo-Marxisme adalah Georg Lukacs dan Karl korsch, Ernst Bloch, Leszek Kolakowski dan Adam Schaff.

 

Semuanya menjadikan pemikiran Marx sebagai pangkal tolak, tetapi meraka saling menempuh arah yang sangat berbeda. Meski keanekaragaman yang berkembang ini memberi vitalitas kepada teori Neo-Marxian, namun juga menciptakan kontroversi dan diferensiasi yang sebagian besar tak perlu dan disfungsional. Jadi tugas utama teori Marxian modern adalah mengintegrasikan satuan-satuan besar teori-teori ini sambil mengakui kekhasan berbagai bagian bangunan teori itu.

 

Ada dua aliran pemikiran dalam sosiologi ekonomi Neo-Marxian. Pertama, yang menerangkan hubungan antara modal dan tenaga kerja. Kedua, yang menerangkan transisi dari fordisme ke post-fordisme. Ketiga, kumpulan pemikiran ini mencermikan uapaya untuk kembali ke beberapa pemikiran ekonomi tradisional sosiologi Marxian.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Objek kami kali ini, adalah para tukang parkir simpangan yang bisa dipanggil dengan pak Ogah jalanan, dan kali ini kami mewawancarai bang Yusril atau yang akrab di sapa dengan panggilan Ucil , ia adalah sarjana perbankan di STIE Ahmad Dahlan yang mempunyai keterpanggilan untuk mensejahterakan dan memajukan hidup para tukang parkir atau yang akrab kita sapa dengan pak ogah dan ia juga pencetus FPPG ( Forum Pemuda Parkiran Gintung ).

 

Awal berdirinya FPPG

 

Awal mula terbentuknya forum untuk para tukang parkir simpang gintung adalah 1 tahun yang lalu, mereka berinisiatif membuat forum ini karena mereka ingin mempunyai status pekerjaan yang jelas dan juga ingin mempunyai harapan ingin ada kemajuan dalam hidup untuk menjalani hidup, terutama bagi para pemuda yang masih berumuran dibawah 25 tahun, dan bang Ucil sendiri ingin para anak–anak itu terarahkan hidupnya dan dalam diri mereka mempunyai kemauan untuk sukses kedepannya, bukan hanya untuk bersantai-santai seperti itu. Paguyuban ini baru berjalan selama 1 tahun, dengan usulan dari para seniornya yaitu, bang Yusril yang disapa dengan bang Ucil, bang Robi, Babe Ahur, bang Alpin mereka yang maju ke para pembesar di daerah gintung untuk membuat forum pemuda ini. Setelah mendapat persetujuan dari para pembesar dengan ada sedikit koreksian yaitu, dengan nama forum yang bermakna besar dan meluas, maka diganti dengan paguyuban yang mencangkup sekelompok saja.

 

Konsekuensi dalam bekerja

 

Setelah resmi terbentuknya sebuah paguyuban ini, mereka menjalankan profesi ini dengan aturan yang telah disepakati yaitu dalam bekerja harus jujur, dalam artian mereka tidak boleh saling egois, juga mereka tidak boleh panjang tangan saat beroperasi karena jika ada yang bertangan panjang, bisa menimbulkan pencemaran nama baik, tempat kerja mereka secara tersendirinya. Dan dalam perpakaian mereka juga harus rapih dalam artian mereka tidak boleh memakai celana pendek dan jika ada yang bertato harus menggunakan jaket. Intinya menutupi bagian yang tidak baik untuk dipandang. agar para pengguna jalan tidak salah kaprah jika melihat para pemarkir yang terlihat rapih.

 

Apa yang membuat mereka harus menjalani profesi sebagai tukang parkir ?

Asal mulanya berprofesi para tukang parkir jalanan ini karena adanya kekurangan ekonomi, dan adanya sedikit kebosanan, dan ingin melakukan hal yang baru, dan mereka juga kadang menyebut bahwa ini takdir mereka untuk bekerja seperti ini, 10 tahun yang lalu, awal mula para tukang parkir ini merintis profesi mereka di pertigaan dekat dengan gintung, karena lampu merah yang mati dan sering terjadi kemacetan maka, timbulah keinginan mereka untuk menertibkan wilayah pertigaan itu, dari awal mula yang hanya 4 orang lama kelamaan menjadi 20 orang hingga terbentuklah keinginan membuat forum untuk keberadaan yang lebih lanjut. Keinginan mereka untuk membuat paguyuban ini juga karena adanya pandangan negative dari kelas atas atau para pelintas jalan yang melihat mereka amburadul, dan terlihat tidak mempunyai masa depan. Karena itu juga keluarlah ide bang acil saat bertugas mereka memakai pluit, dan jaket lau lintas yang berwarna hijau,namun itu tidak bertahan lama, karena kebiasan mereka yang serabutan, jadi barang inventaris itu berhilangan dan tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Kendala saat beroperasi

            Setiap segala pekerjaan pasti ada kendalanya diatas telah tertulis sedikit kendala mereka mengenai ketebatasan pribadi dari masing-masing tukang parkir, namun ada lagi kendala dari pihak luar yang mempersulit pekerjaan mereka untuk mendapatkan uang untuk pertahankan hidup yaitu, para pengemudi yang sering menerobos jalan, dan itu sering bahkan hampir tiap hari terjadi kejadian seperti itu. Dan bahkan pernah kejadian ada yang menerobos lalu terjadi kecelakaan dan yang menerobos ini, malah menyalahi para tukang parkir yang dianggap oleh penerobos mereka bekerja tidak benar, padahal mereka sendiri yang tidak mematuhi lalu lintas disaat keramaian jalan beraksi. Dalam hal ini para tukang parkir mengembalikan permasalahan ini kepada dinas perhubungan apabila, pelaku penerobos yang tidak mau disalahkan.

 

Cara menjalin toleransi antar petugas DISHUB dengan para tukang parkir

 

toleransi antara dinas perhubungan dengan para tukang parkir jalanan cukup baik, karena mereka sudah menyepakati kerjasama untuk menjaga ketertiban lalu lintas di pertigaan jalan tersebut. Dengan toleransi yang baik, antara tukang parkir dan dinas perhubungan mereka membagi tugas, yaitu waktu untuk beroperasi di pertigaan yaitu, dari pagi jam 06.00 hingga jam 10.00 yang bertugas adalah para pertugas dinas perhubungan dibantu oleh polisi dan dari jam 10.00 hingga jam 15.00 yang bertugas adalah para tukang parkir jalanan, dan setelah jam 15.00 hingga jam 19.00 yang bertugas petugas dinas perhubungan  dan setelah jam 19.00 hingga larut malam jam 00.00 para tukang parkir yang menjaga keamanan lalu lintas di pertigaan tersebut.

 

Dan kerjasama itu berjalan baik hingga mereka saling berkomunikasi ketika akan diadakan acara besar di sekitar wilayah gintung dan lainnya, dan ketika beristirahat pun mereka kadang saling memberi konsumsi baik itu air minum atau pun rokok. Dan mereka juga mendapat peraturan dari para petugas dinas perhubungan jika ada para pengguna jalan yang ingin menyebrang dan tidak memberi mereka uang maka mereka tidak boleh marah, atau mencoret–coret mobil pengguna jalan itu sendiri. Dan pekerjaan ini harus didasari dengan rasa ikhlas.

 

 

 

 

 

 

Keadaan ekonomi

 

 Dengan aktifitas mereka ini mereka bersyukur karena bisa mencukupi kebutuhan untuk bertahan hidup, untuk kebutuhan dan keinginan yang lain dikembalikan ke individualnya tergantung mereka yang bisa menyisihkan uang pendapatan perhari ke tabungan, ada dari mereka yang sampai bisa membeli sebuah motor dan ada juga yang bisa meneruskan sekolahnya juga. Semua ini dikembalikan ke diri masing-masing untuk memikirkan kebutuhan hidup mereka kedepannya.

Setiap harinya pendapatan dari memarkir bisa mencapai RP. 500.000,- /hari. Dan itu dibagi dengan jumlah mereka yang ber-20 orang menjadi Rp. 50.000 / orang dalam setiap harinya. Hasil ini bisa melebihi dari cukup untuk makan sehari hari untuk yang belum berkeluarga. Dengan terjadinya hal ini munculah pemikiran para tukang parkir yang masih muda untuk bermalas-malasan mencari jati diri untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi. Dan untuk memikirkan hidup mereka kedepannya, karena ada terbesit dipikiran mereka bahwa profesi seperti ini sudah enak, dan telah nyaman bagi mereka tersendirinya. Dan ini yang menjadi pemikiran besar oleh para pendiri paguyuban parkiran gintung untuk mereka tersendiri karena, mereka mempunyai harapan agar anak-anak yang menjadi tukang parkir disitu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk masa depannya mereka individu. Pernah suatu hari bang acil menyuruh mereka para anak parkiran yang muda-muda untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, tapi mereka enggan untuk mencari karena sudah merasa enak bekerja seperti itu. Dan bisa dikatakan masih labil. Lokasi pertigaan gintung ini dekat sekali dengan seven eleven gintung, dan ada juga harapan dari para senior untuk mempekerjakan para tukang parkir di seven eleven gintung, namun karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, kebiasaan hidup, dan pendidikan. Mereka mungkin belom bisa masuk keriteria untuk menjadi karyawan disitu.

 

Paguyuban pemuda parkiran gintung ini juga mempunyai kendala lagi yang besar, yaitu sebentar lagi akan dihidupkan lampu lalu lintas dan jika, telah dipasang apa bisa mereka masih tetap bekerja di pertigaan itu, jelas bang Ucil dalam ceritanya, " bukannya ingin menjadi pahlawan,tetapi terkadanng ada para pengguna jalan dari arah mana saja, yang mengebut ketika keadaan sepi ,padahal lampu sedang dalam keadaan merah. Dan dengan kenekatan itu kadang membuat para pengemudi lainnya ikut-ikutan dan menjadi arah yang harusnya waktu nya untuk berjalan terhenti kerena arah yang seharusnya berhenti malah  maju berjalan terus, dengan kejadian ini bisa disimpulkan lalu lintas tidak hanya bisa diatur oleh lampu lalu lintas tapi harus ada orang yang mengatur demi terlancarnya jalanan di pertigaan itu,jika hanya dengan lampu lalu lintas saja, mungkin belum bisa terciptanya jalan yang lancar di pertigaan itu, karena banyak para pengguna kendaraan yang berlalu-lalang di jalan pertigaan gintung itu sendiri.

 

 

Harapan kedepan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik

Harapan bang Ucil kepada para mahasiswa penerus Negara Indonesia untuk mengerakkan otonomi daerah terutama untuk kota Tangerang ,ia ingin otomoni daerah dipertanyakan untuk tangerang supaya menjalankan penggunaan produk dari dalam negeri, di daerah bogor telah berjalan upaya ini,dan kapan untuk tangerang, agar warga tangerang setidakna telah mengunakan produk dari dalam negeri bukan hanya mengincar produk dari luar negeri.

 

 

BAB III

Kesimpulan

           

            Pada dasarnya manusia didunia ini adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup. Seperti halnya para tukang parkir jalanan atau pak ogah, demi mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka rela menjalani profesi mereka.

Karena sebenarnya manusia adalah makhluk produktif artinya untuk bertahan hidup manusia harus bekerja di dalam, dan dengan alam.

            Produktivitas manusia bersifat alamiah yang memungkinkan manusia mewujudkan dorongan kreatif untuk mengambil sebuah tindakan atau suasana baru, seperti bang acil yang terdorong untuk membuat forum pemuda parkiran gintung karena beliau ingin membuat atau memperjelas teman-teman tukang parkir sehingga tidak dipandang sebelah mata oleh kalangan atas. Seperti yang kita alami dan kita ketahui bahwa kalangan atas selalu memandang keberadaan para tukang parkir ini sebelah mata padahal sebenarnya itu hanya sebagian kecil saja tidak semuanya buruk.

            Karna pada dasarnya setiap individu itu baik tetapi masyarakatlah yang membuatnya jahat, tergantung cara orang menyikapi keadaan tersebut.



[1] . George ritzer, Douglas J Goodman, teori sosiologi modern edisi ketujuh, Prenada media group

[2]  Yesmil Anwar, Adang, Sosiologi untuk Universitas, Refika Aditama Press, Bandung Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini