Selasa, 01 Desember 2015

Tugas Oservasi Juliah KPI 1 B / Ikhwanu Mutuah Jurnalistik 1 A

SOSIOLOGI

TUGAS OBSERVASI

PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH

 

 

 

Dosen Pembimbing :

Dr. Tantan Hermansyah M.Si

 

Disusun Oleh :

Ikhwanu Mutuah : Jurnalistik 1A 11150510000057

Juliah                    : KPI            1B 11150510000058

 

 

 

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

        Universitas Islam Negeri Syarifhidatullah Jakarta

I.                    PENDAHULUAN

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT atas limpahan rahmat nikmat, taufik dan hidayah-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan keselamatan atas junjungan Nabi Muhammad Sallalohu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan pengikutnya hingga akhir jaman nanti.   

Sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga dan struktur sosial adalah bagian terpenting di dalam sebuah masyarakat. Dimana keduanya saling bergantungan karena sebuah lembaga pasti membutuhkan struktur yang ada didalamnya. untuk itu dalam rangka mengasah sosiological skill, kami mahasiswa KPI dan Jurnalistik melakukan penelitiana pada sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren madinatunnajah yang terletak di daerah Jombang Ciputat Tangerang Selatan Banten.

Pondok Pesantren Madinatunnajah adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbesik tarbiyah atau pengajaran. Didalamnya teedapat pembelajaran berorganisasi yang berguna untuk mendidik santrinya agar bisa memimpin di daerahnya masing-masing ketika kembali ke kampung halamannya. Narasumber dalam hal ini adalah bagian pengasuhan yang ada di pondok pesantren madinatunnajah dan santri yang merupakan ketua organisasi di pondok tersebut.

  Diantara pertanyaan yang diajukan adalah :

1.      Apa pesanntren Madinatunnajah ?

2.      Mengapa bernama madinatunnajah?

3.      Apa visi dan misi pondok pesantren tersebut?

4.      Apa saja jenjang pendidikan di pondok pesantren madinatunnajah ?

5.      Berapa jumlah santrinya?

6.      Kegiatan apa saja yang menunjang pembelajaran di pondok pesantren madinatunnajah?

7.      Bagaimana keadaan sarana dan prasarana untuk santrinya?

8.      Adakah kegiatan sosial di pondok pesantren madinatunnajah?

9.      Siapa saja yang terkait dalam struktur organisasi yang ada di pondok tersebut?

10.  Adakah lembaga lain yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan pondok pesantren madinatunnajah? Jika ada sebutkan lembaganya?

11.  Salah satu kegiatan yang menunjang pembelajaran adalah organisasi, apa manfaat organisasi bagi santrinya?

12.  Adakah penghambat atau konflik bagi pihak pengurus organisasi dengan anggota yang dipimpinya?

Metode yang dilakukan dalam memenuhi observasi ini adalah metode kualitatif, tahapannya adalah membuat janji dengan narasumber dan langsung mewawancarai narasumber setelah itu pengumpulan data dan dituangkan kedalam rangkaian penuisan laporan penelitian.

II.                TINJAUAN TEORITIK

Teori yang diambil dalam penyusunan hasil observasi ini adalah teori karl marx yang menjelaskan tentang struktur sosial. Dasar semua karya marx tentang struktur sosial, dan tempat-tempat dimana karya-karya tersebut sangat jelas berhubungan dengan pandangan-pandangannya tentang potensi manusia. Manusia sebagai kajian filsafat memberikan arti penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan filsafatlah ilmu pengetahuan berkembang. Tanpa adanya filsafat mungkin dunia ini akan labil. Untungnya di dunia ini terdapat para pemikir-pemikir yang luar biasa. Kritis terhadap fenomena yang terjadi.

Karl marx yang terkenal dengan pemikirannya yang menekankan dalam bidang sosial ekonomi mempunyai pandangan tersendiri mengenai manusia. Dalam pemikirannya, yaitu anggapan yang telah kita lihat mengenai emansipasi manusia seutuhnya akan dilaksanakan oleh ploretariat. Dari sinilah karl marx mulai memperhatikan tentang perkembangan-perkembangan yang berkenaan dengan ekonomi dan struktur yang ada didalamnya. dalam pandangannya struktur kelas dimulai dari masa berburu meramu yang memproduksi hasil buruan dan hasil tanam. Menghasilkan sebuah suku yang tertua dalam struktur masyarakat.

Fenomena sosial akan memancing fenomena berlawanan dan bahwa kesenjangan antara fenomena model dialektika-tesis, antisesis dan sintesis yang nantinya akan melahirkan fenomena baru. Namaun, di dunia nyata tidak ada yang tidak bisa dielakan, yang kategori sedeerhana seperti tesis, antithesis dan sintesis yang diadopsi oleh sebagian marxis. Dialektikawan lebih tertarik pada studi terhadap hubungan-hubungan yang nyata ketimbang abstraksi-abstraksi yang melangit dan hebat. Keengganan terhadap abstraksi-abstraksi inilah yang menjauhkan marx dari hegel dan menolaknya untuk menyederhanakan dialektika menjadi tesis, antithesis dan sintesis.

Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan actor dan struktur sosial. Marx tentu saja sudah mengenal saling pengaruh yang terus terjadi antara level uama analisis-analisis sosial. Inti pemikiran marx ada pada hubungan antara manusia dan struktur-struktur skala luas yang mereka ciptakan ( Lefebvre, 1968: 8 ).[1] Di satu sisi, struktu-struktur skala luas ini membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, di sisi lain dia mempresentasikan yang menakutkan terhadap umat manusia. Namun, metode dialektis bahkan lebih kompleks darp pada ini. Karena sebagaimana yang telah dilihat, para dialektikawan mengakui keadaan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Dan hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor dan struktur-struktur. 

Dalam penjabaran marx ini pada intinya struktur selalu merujuk pada unsur-unsur yang bersifat lebih atau mantap. Di umpamakan sebagai bangunan rumah maka dinding-dinding rumah itu sebagai strukturnya. Dalam hal ini struktur sosial diartikan sebagai pola-pola tertentu yang mengatur suatu kelompok organisasi sosial.

Struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja. Serta dibatasi oleh kaidah-kaidah dan beberapa peraturan serta nilai-nilai budaya. Setiap manusia terkait oleh strutur lembaga masyarakat dimana dia menjadi anggotanya. Artinya setiap orang termasuk kedalam satu atau kelompok, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang yang terdapat didalam masyarakat.

Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-lain. Serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itupun juga beragam. Untuk memenuhinya, manusia memerlukan interaksi sosial dengan pihak lain atau lembaga yang menyediakannya. Interaksi sosial merupakan salah satu wujud dari sifat manusia yang hidup bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat, manusia tertata dalam struktur sosial atau jaringan unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur itu termasuk kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kkekuasaan dan wewenang.

Kemudian, unsur-unsur tersebut berhubungan dengan berbagai segi kehidupan. Seperti ekonomi, , hukum, sosial dan lain-lain saling memengaruhi. Misalnya segi ekonomi saling berpengaruh dengan politik. Segi politik berhubungan dengan hukum dan seterunya.

 

 

 

III.             HASIL OBSERVASI LAPANGAN

1.      Apa Pesantren Madinatunnajah ?

Pondok pesantren Madinatunnajah adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang mendidik para santrinya untuk siap memimpin ummat dan bangsa. Madinatunnajah adalah sebuah nama pemberian dari seorang ulama yang berarti '' kota kesuksesan''.

Pada taggal 14 februari 1997 pondok pesantren madinatunnajah didirikan oleh Almukarrom Drs. KH. Mahrus Amin dilahan milik pribadinya seluas 2,5 hektar terletak di Jombang Ciputat Tangerang Selatan Banten. Dan dilakukan oleh peresmiannya oleh Almarkhum Kh. Soimun Lukmanul Hakim slah satu pimpinan ondok pesantren modern Daarussalam Gontor pada tanggal 20 september 1997.   

2.      Mengapa Pesantren Madinatunnajah ?                           

Pendiri pesantren Madinatunnajah Drs. KH. Mahrus Amin ketika berada di dalam ka'bah berdo;a agar diberikan kemampuan untuk mendirikan seribu pesantren di Indonesia melalui dua sayap sebagaimana Allah Subhanahu Wata'ala memberikan kekuasaan kepada Dzulkarnain. Hal itu sesuai juga dengan apa yang diamantakan oleh gurunya KH. Imam Zarkasyi ( pendiri pondok pesantren modern daarusalam gontor ). Maka setelah sukses mendirikan dan memajukan pesantren Daarunnajah Jakarta, beliau mengembangkan sayap lainnya yaitu pesantren Madinatunnajah.

Oleh karena itu keberadaan pesantren madinatunnajah disetiap daerah diharapkan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Indonesia. Dengan memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak yatim dan dhuafa sebagai kader-kader daerah.

Proses pendidikan dan oengajaran di pondok pesantren madinatunnajah berlangsung selama  dua puluh empat jam, dengan maksud agar terbentuknya karakter kepemimpinan dalam kehidupan dan skills pada diri setiap santri. Maka, akan menghasilkan. Kader-kader pemimpin umat dan bangsa yang siap membangun daerah asalnya, seperti : Aceh, Medan, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Flores, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

 

3.      Visi dan misi serta moto pondok ppesantren madinatunnajah

 pesantren madinatunnajah adalah '' Yaa Tuhanku Tambahkanlah Aku Ilmu Pengetahuan''. Adapun misi pesantren madinatunnajah adalah :

-          Mendidik kader-kader pemimpin ummat dan bangsa yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, rajin, terampil dan ulet.

-          Menyelenggarakan seribu pesantren madinatunnajah diseluruh nusantara.

-          Menjalin hubungan dan kerja sama dengan lembaga-lembaga bbaik dalam dan luar negeri untuk memajukan dan usaha dakwah islamiyah.

Sedangkan moto pesantren madinatunnajah adalah berakhlak mulia, berwawasan cendikia dan berbudaya madania.

4.      Jenjang pendidikan pesantren madinatunnajah

Jenjang pendidikan yang ada di pesantren madinatunnajah adalah

-          Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)

-          Raudhatul Athfal ( Taman Kanak-Kanak )

-          Madrasah Ibtidaiyah ( Sekolah Dasar )

-          Madrasah Tahfidz Al-Qur'an

-           Tarbiyatul Mua'allimin wal Mu'allimat Al-islamiyah yang terdiri dari Mts dan MA.

-          Ma'had 'Aliy ( Perguruan Tinggi)

5.      Jumlah santri

Jumlah santri yang ada jika digabungkan dari taman pendidikan al-qur'an sampai ma'had 'aliy adalah 865 santri.

6.      Kegiatan Penunjang Belajar

untuk melengkapi kemampuan santri ketika kembali ketengah-tengah masyarakatnya, mereka dibekali dengan kegiatan keterampilan-keterampilan dasara yang kelak berguna dan dibutuhkan di masyarakat. Adapun kegiatan-kegiatan itu adalah :

-          Pramuka

-          Muhadhoroh ( Latihan Berpidato 3 Bahasa)

-          Klub Olahraga ( Sepak Bola, Futsal, Basket, Voli, Tenis Meja dll.)

-          Sanggar Seni ( Marawis, Nasyid dan Tari Daerah )

-          Organisasi Santri

-          Organisasi Gerakan Pramuka

-          Klub Bahasa

-          Amaliyah Tadris ( Praktik Mengajar)

-          Praktik pengabdian Masyarakat)

-          Kursus Mahir Dasar Pramuka ( KMD )

-          Ketrampilan menyulam, Tata Boga dan Kaligrafi

-          Wirausaha

7.      Keadaan dan Sarana Prasarana Pesantren

Sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pembinaan santri pondok pesantren madinatunnajah, yaitu : masjid asrama putra 6 unit dan asrama putri 4 unit, kantor 2 unit, ruang belajar 32 unit, sarana olahraga, asrama guru, laboratorium computer dan bahasa, koperasi santri dan perpustakaan.

8.      Kegiatan-kegiatan Sosial

Sebagai lembaga sosial, pondok pesantren madinatunnajah mengadakan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan masyarakat desa Jombang dan sekitarnya, seperti khitanan masal, pemeriksaan kesehatan umum, majlis taklim, pesan ulama, serta kegiatan-kegiatan sosial keagamaan lainnya,

9.      Struktur Organisasi Pengurus Pondok Pesantren Madinatunnajah

Pendiri dan pemimpin umum       : Drs, KH. Mahrus Amin

Pimpinan                                       : KH. M. Agus Abdul Ghofur M.pd

Secretariat                                     : Eko Tristiono, S.Pd.I

Bagian protokoler                         : Mas Lingga Muhammad Cung

      Ka. Pendidikan Dasar                   : Hj. Nanah Rusydianah, S.Th.I         

     Ka. TPQ                             : Holilah, S.Pd.I

     Ka. RA                               : Saripah, S.Pd.I

     Ka. MI                                           : Mnsyur S.Pd.I

     Ka. Tahfidz                                    : Ruslan Abdul Ghani, S.Pd.I

     Ka. TMI                             : Muhammad Syukron Jalaluddin S.Th.I

     Ka.Biro Pengasuhan                      : Sobar S.Pd.I

     Ka. Administrasi                : Diana Zahra, SE

10.  Lembaga Lain yang Bekerjasama dengan Madinatunnajah

-          Madinatunnnajah 1 kalimukti, Cirebon Jawa Barat

-          Madinatunnajah 2 kuningan, Jawa Barat

-          Madinatunnajah 3 Tangerang Selatan

-          Madinatunnajah 4 Harjamukti Cirebon

-          Madinatunnajah 5 Natuna, kepulauan Riau

-          Madinatunnajah 6 Indramayu, Cirebon

-          Madinatunnajah 7 Lampung

-          Madinatunnajah 8 Mamuju, Sulawesi Barat

11.  Manfaat Organisasi Bagi Santri

      Sesuai dengan perkataan seorang santri putri bernama Wilda Soleha Munawaroh yang merupakan ketua organisasi santri putri eriode 2015-2016, manfaat organisasi bagi santri adalah mengajarkan kepemimpinan kepada santri agar kelak ketika mereka kembali kke daerah asalnya dapat memimpin ummat. Serta melatih tanggung jawab kepada santri bahwa segala sesuatu yang ada dalam sebuah kepemimpina harus ditanggung jawabkan baik kkepada pimpinan pesantren maupun di hadapan Allah Subhanahu Wata'aala. Selama ada kesungguhan dan keikhlasan serta di dasari dengan rasa tanggung jawab maka sebuah kepemimpinan akan berjalan sesuai dengan program kerja yang telah ditentukan, walaupun kadang terdapat sedikit hambatan.

 

12.  Kendala dalam berorganisasi

      Dalam sebuah kepemimpinan tidak selalu semua berjalan sesuai dengan harapan, diantara masalah yang terjadi di organisasi santri madinatunnajah adalah masalah santri yang di pimpin sering melanggar peraturan yang ada di dalamnya, contoh seperti tidak melakukan sholat berjama'ah di masjid dan tidak menggunakan bahasa resmi yaitu bahsa arab dan inggris yang ada di pesantren madinatunnajah.

      Setiap pelanggran ada konsekuensi yang di berikan seperti menghafal surat pilihan dan membersihkan area pesantren. Semua itu dilakukan agar santri dapat berdisiplin dengan waktunya masing-masing.

      Selain itu kendala dalam memimpin sesuai dengan yang dikatakan oleh wilda saleha munawaroh, diantaranya adalah faktor pribadi yang kadang merasa lelah, namun karena dari pihak guru yang memberikan wejangan dan nasihat mereka para pengurus organisasi sadar bahwa didalam sebuah kepemimpinan tidak mengenaal kata malas, yang ada hanya sebuah perjuangan untuk menjadikan santri madinatunnajah berakhlak mulia, berwawasan cendikia dan berbudaya madania sesuai dengan misi awal yang telah diterapkan pondok pesantren madinatunnajah.

      Namun walaupun demikian tetap saja organisasi mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan para antri kedepannya, karena ketika mereka akan kembali ke daerah asalnya diharapkan mereka sudah bisa mempin masyarakat karena bekal keorganisasian yang ada di pondok pesantren madinatunnajah.

 

 

 

 

 

 

IV. KESIMPULAN

      Pondok pesantren madinatunnajah yang terletak di daerah Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengedepankan santrinya agar bisa menjadi seorang pemimpin kelak ketika mereka kembali ke daerha asalnya. Ada beberapa kegiatan yang menunjang kegatan belajar para santrinya, diantara nya adalah kegiatan organisasi yang bertujuan untuk melatih mental santri dalam kepemimpinan dan melatih tanggung jawab.

      Lembaga ini didirikan oleh KH. Mahrus Amin seluas 2,5 hektar pada tanggal 14 februari 1997. Madinatunnajah adalah sebuah nama pemberian dari seorang ulama yang berarti '' kota kesuksesa''.

 

V.    Daftar Pustaka

Ritzer, George dan Doughlas J. Goodman. 2014. Teori Sosiologi. Bantul : Kreasi Wacana.

 

                                                           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi , (Bantul : Kreasi Wacana, 2014),Cet 10, 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini