Senin, 13 Oktober 2014

Suryo Widodo_UTS_Pengangguran di Perkotaan

Nama               : Suryo W.

Kelas               : PMI 3

 

GENGSI TINGGI PENGANGGURAN MAKIN MENJADI

A.Latar Belakang

 

Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia pada khususnya di daerah kota Jakarta sangat cukup tinggi dari tahun ke tahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meninggakat tidak pernah mengalami penurunan. Dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan jika masalah pengangguran masih terusseperti ini di tahun yang akan datang.

Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan" dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Seiring berjalannya waktu Maka merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya di Indonesia khususnya di daerah kota Jakarta.

Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negative dari hal ini salah satunya tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi dimensional. Fenomena pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial lainnya sperti yang sudah diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka produktivitas sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat nantinya.

Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia yang tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telah memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa. Data yang diperoleh saya dari Bappenas menunjukkan pada tahun 1998 penduduk miskin telah mencapai 80 juta orang, yang berarti mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 22,4 juta orang saja. Selanjutnya data BPS pun mencatat angka pengangguran pada tahun 1999 sebesar 6,37 juta orang. Yang kemudian di akhir 1999, jumlah pengangguran semakin membengkak, yakni mencapai 14 juta orang dan tenaga kerja setangah menganggur mencapai 35 juta orang itu adalah sebagian contoh prentase penganguran yang ada di Indonesia secara umum pada tahun 98 sampai dengan 99.

 

B.Landasan teori

            Menurut Bintarto dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya. Jadi kota ini adalah suatu tempat yang di dalamnya banyak sekali unsur-unsur yang saling menyatu sehingga terjadinya pemusatan suatu penduduk yang berkepadatan sangat tinggi dan kebanyakan kehidupan disana bersifat materialistis.

Kota Menurut Peraturan Mendagri RI No. 4/ 1980 adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarati suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris , misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan.

Sedangkan perkotaan adalah suatu satuan pemukiman yang di dalamnya mengembangkan suatu kota itu sendiri atau melibatkan seluruh elemen-elemen kota di sekitarnya. Dan perkotaan bukanlah sebuah pedesaan karena mata pencaharian mereka kebanyakan bukanlah pertanian dengan susunan kawasan kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

menurut Payman J. Simanjuntak pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.Jadi pengangguran ini adalah orang yang masu kedalam angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.

 

C.Rumusan Masalah

            Pada masyarakat perkotaan biasanya sering sekali masalah-masalah yang terjadi seperti sering terjadinya konflik antara suatu masyarakat yang terjadi akibat kesenjangan sosial yang terlampau jauh. Adapun kompetisi yang saling menjatuhkan agar mendapatkan kekuasaaan tertinggi. Sampai-sampai ada yang membuat kontroversi agar nama mereka jadi terkenal sehingga dapat menjadi penguasa.

            Sedangkan untuk di ibukota indonesia yaitu jakarta banyak juga masalah-masalah yang terjadi misalnya seperti banjir yang tidak kunjung selesai di karenakan warganya yang kurang kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya lalu ada juga malah kemacetan yang terjadi hampir di setiap sudut jakarta.

            Tetapi masalah yang paling signifikan yang terjadi di kota jakarta adalah masalah pengangguran. Karena pengangguran disini terjadi sangat besar dan mengakibatkan kriminalitas tinggi dan kemiskinan dimana-dimana sedangkan seharusnya jakarta sebagai ibu kota indonesia menyedikan lapangan pekerjaan lebih banyak dari yang sebelumnya sehingga dapat menampung lulusan terbaru( fresh graduate) sehingga mereka tidak terlantar dan angka kriminalitas menurun.

            Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan

 

Temuan lapangan

Saya meneliti seseorang di RT 001/ RW 004 Jln. Asem yang baru saja lulus dari sarjanannya yang sekarang ini sedang menganggur dan sedang mencari pekerjaan di tengah hiruk pikuknya kota jakarta.Lalu saya mencoba bertanya-tanya dengan seorang tersebut yang kebetulan baru menjadi lulusan sarjana S1 jurusan Ekonomi

S1        =Sample 1

S          =Saya

S                      :"kenapa sih anda menganggur?'

S1                    :"ya...... karena emang belom dapat pekerjaan,lau di jakarta ini mencari pekerjaan itu sangat sulit apalagi kalo orangnya tidak punya kemampuan atau skill saya saja yang sudah sarjana S1 ekonomi susah mendapatkan pekerjaan apalagi kalo yang tidak punya skill bisa-bisa mereka malah makin tertindas"

S                      :"memang setelah sarjana S1 jurusan ekonomi pekerjaan apa yang anda inginkan?"

S1                    :"saya sih mau menjadi akuntan karena ini sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya dari awal"

S                      :"apabila tidak mendapatkan pekerjaan sebagai akuntan, apakah anda berminat untuk membuat lapangan pekerjaan sendiri?"

S1                    :" yah.... saya sih kurang minat membuat lapangan pekerjaan sendiri. Karena apabila saya membuat lapangan pekerjaan sendiri saya membutuhkan modal lalu kalau barang dagangannya rugi bisa-bisa makin sedikit duit yang bisa di gunakan sehari-hari"

S                      :"tetapi bukankah dalam berbisnis kita jangan takut untuk rugi?bukankah di jurusan tersebut sudah di pelajari bahwa ada cara untuk menanggulangi rugi?

S1                    :"memang ada cara-caranya tetapi dalam hal ini harus benar-benar pandai dalam menganalisis suatu keadaan sehingga apabila terjadi kerugian atau devisit biasanya seorang akuntan harus mengulur waktu agar kerugian tersebut dapat terkendali"

S                      :"lalu kenapa anda masih kurang berminat untuk memulai usaha sendiri?"

S1                    :" alasannya seperti yang saya bilang di tadi saya membutuhkan modal, modal yang saya maksud disini adalah modal secara finansial,modal pengalaman, modal mental,dll.

S                      :"bukan kah modal secara pengalaman dan metal sudah di ajarkan sewaktu anda KKN?"

S1                    :" memang saya sudah mendapatkan itu semua tapi itu kurang cukup untuk membuat suatu usaha sendiri,masih ada banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus di perhatikan untuk usaha"

Lalu saya mencoba untuk membandingkan dengan seorang bapak-bapak berada di sekitar cilandak town square yang kerjanya sehari-hari menambal ban motor orang-orang yang bannya kempes terkena paku

            S2        = Sample 2

            S          = Saya

S                      :" pak, sudah berapa lama bapak bekerja kaya gini?"

S2                    :" saya kerja kaya gini itu kurang lebih hampir 20 tahun dari jamannya pak harto sampai sekarang ini saya mah gini-gini aja nambalin ban "

S                      :" sudah cukup lama juga bapak bekerja,memang tidak berkeinginan kerja yang lain?"

S2                    : " dulu saya pernah bekerja di perkantoran yang duduknya empuk terus ruangannya ber-AC tapi emang ngak nyaman ngak sampe satu tahun saya keluar"

S                      :" kenapa bapak yakin menambal ban tuh ngejamin hidup? "

S2                    :" jujur aja saya tuh dulu awalnya ngak yakin mao buka nambal begini, tapi kata orang tua kalo mao berusaha bakalan ada aja jalannya akhirnya saya beraniin menambal ban dan ternyata bener emang kalo mao berusaha allah mah bakalan kasih jalan walaupun jualan tisu juga kalo allah ngasih rejeki mah yah bakalan dapet  "

S                      :" emang apa enaknya sih menambal ban di jalan gini?kan banyak asap-asap dari kendaraan"

S2                    :"yah kalo kerja mah pasti ada enak sama ngak enaknya, kalo ngak enaknya mungkin yah seperti yang tadi di bilang banyak asap-asap kendaraan trus di pinggir jalan kadang suka di pintain sama pol pp tapi enaknya juga banyak, misalnya kaya gini kalo kerja di kantoran biasanya kan disuruh sama boss nah kalo saya disini saya bossnya,jadi kalau di tanya" siapa bossnya?" lah saya sendiri jadi ibarat kata saya itu udah kaya presiden direktur tapi di bengkel ini hehehehehheeh........

S                      :" hahahahah...... ini ngomong-ngomong ngak ada yg bantu?kaya anak sendiri ngak bantuin?"

S2                    :" kaga ada, anak sama mamahnya di kampung mereka ngurusin sawah aja sama ngurusin neneknya kasian kalo ke jakarta cuma jadi tukang tambal ban doang mah"

Dari kedua sample di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan di jakarta sebenarnya sangatlah gampang tetapi jangan mentang-mentang sekolah tinggi lalu semakin tinggi juga gengsinya tetapi tidak bisa mencari uang untuk makan sehari padahal lapangan pekerjaan belum tentu di dapatkan. Lebih baik menjadi sekolah tidak terlalu tinggi tetapi gengsinya rendah tetapi bisa mencari uang untuk makan sehari-hari.

            Hal ini apabila di lihat dari pandangan durkheim melalui tindakan sosial bahwa seorang sarjana tersebut terpengaruh oleh lingkungan-lingkungan sekitarnya yang meharuskan dia bekerja di tempat-tempat perkantoran sehingga ketika dia tidak mendapatkan pekerjaan yang di inginkan maka dia lebih memilih menganggur dari pada harus bekerja dengan penghasilan yang kecil

            Namun apabila dilihat dari karl mark melalui tindakan sosialnya bahwa seorang sarjana tersebut merasa bahwa dirinya berada disuatu kelas menengah keatas sehingga ketika terdapat peluang untuk bekerja sendiri tetapi penghasilannya kurang dia lebih memilih menganggur

            Dan dilihat dari pemikirannya weber dalam tindakan sosialnya bahwa seorang sarjana tersebut menganggur di karenakan kurang struktur atau peran nya pemerintah dalam mengolah seorang sarjana baru sehingga terjadi lah banyaknya pengangguran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini