Senin, 13 Oktober 2014

tugas_UTS_Noni wildasari_KPI5D_Etika Filsafat Komunikasi

         tugas UTS (Meninjau persoalan etika komunikasi, mencakup prsoalan etika di institusi komunikasi)

 I.            LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan kita sehari-hari, manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, kita selalu menjadikan komunikasi sebagai kegiatan utama baik itu komunikasi verbal maupun non verbal. Hal itu sudah merupakan kodrat sebagai manusia. Kita manusia sebagai makhluk social tidak akan pernah lepas dari makhluk lain , walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi, dan dari interaksi itulah maka akkan timbil nilai-nilai bersama yang berikutnya disebut kebudayaan.

 

Dalam nilai-nilai yang terbentuk ada akidah yang mengatur tata cara berkomunikasi agar tidak menyebabkan kesalahpahaman dan menjunjung etika sebagai sebuah tanda penghargaan kepada lawan  bicara.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.  Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

 Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak, berdasarkan norma-norma tertentu.

 

Pada etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.

 

 

Persoala  etika yang saya angkat disini yaitu pada komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang berlangsung antara pimpinan atau orang maupun kelompok yang mewakilinya dengan public sasaran, yang meliputi masyarakat sekitar, organisasi, instansi pemerintah, konsumen, pelanggan, mediamassa. (Effendi, 2004: 128). Disini saya mengangkat kasus pada Mesjid Al-Mujahidin, bogor.

Berbicara tentang etika, karena standar etika antara satu orang atau suatu institusi berbeda dengan yang lainnya maka disitu timbul lah sebuah persoalan. Yaitu dimana terjadi kondisi seseorang berlaku tidak etis.

Ø  Alasan

-          Filosofis

 Filosofi  menjadi penuntun untuk pelaksanaan atas pemahaman yang menjadi keyakinan tiap2 individu maupun kelompok. 

Pengurus masjid Al-Mujahidin memiliki pemahaman barangsiapa yang bersedekah jariah untuk pembangunan mesjid maka pahala akan terus mengalir kepada yang bersedekah selama masjid yang dibangun masih difungsikan. Dan juga amal bagi yang mengajak atau menghimbau orang untuk bersedekah.

-          Praktis

Masjid Al-Mujahidin setiap pagi memberikan himbauan kepada warga sekitar mesjid dengan pengeras suara untuk dapat mengantarkan sedekah jariahnya untuk pembangunan masjid. Dan ketika ada yang mengantarkan sedekahnya, pihak pengus langsung mengumumkan.

Ø  Kasus yang diangkat

Melakukan himbauan atau ajakan kepada warga untuk bersedekah melalui pengeras suara (toa) mesjid setiap hari di pagi hari pada pukul 5.30 merupakan termasuk komunikasi eksternal antara pihak institusi mesjid dengan warga sekitar. Yang menurut pengurus mesjid al-Mujahidin sendiri tidak melanggar etika komunikasi karena hanya sebatas himbauan kepada masyarakat bagi yang mau bersedekah. Dan menurut Bapak Abdillah selaku pengurus mesjid Al-Mujahidin, aktivitas himbauan kepada warga setiap pagi hari itu akan terus berlanjut sampai pembangunan mesjid selesai. Itu berarti aka nada setiap pagi yang menghimbau, menginformasikan, mengajak warga untuk bersedekah melalui toa mesjid

Sedangkan disisi lain mungkin dari pihak masyarakat sekitar mesjid ada yang terganggu dengan komunikasi yang dilakukan oleh pihak pengurus mesjid Al-Mujadilah ini.

Menurut penelusuran dari beberapa sumber yang bersangkutan dalam kasus ini, yaitu warga sekitar mesjid ada yang keberatan dengan aktivitas mesjid yang tiap pagi selalu menghimbau warga untuk bersedekah ke mesjid untuk pembangunan, sedangkan warga juga sudah tau kalau di daerah sekitaran mereka sedang membangun renovasi mesjid. Mereka menilai tindakan pengurus mesjid dalam sedikit berlebihan dan seolah-olah warga sekitaran mesjid tidak akan bersedekah membantu pembangunan mesjid jika tidak dilakukan penghimbauan.

 

                            II.            Tinjauan teori

·         Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.

 

 

·         Teori Teleologis

Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu telos yang artinya tujuan. Teleologis menjelaskan benar-salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula. (Sony, 1993: 29-30)

 

·         Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

 

1.                                                       Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal "the greatest happiness of the greatest numbers". Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).

Dari tinjauan teori diatas, maka teori yang cocok dengan kasus yang diangkat adalah teori Utilitarianisme Karena utilitarianisme menilai perbuatan baik-buruknya suatu tindakan atau kegiatan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut bagi kepentingan orang banyak, atau dinilai baik karena dapat memberikan kegunaan atau manfaat perorangan bagi banyak orang.

 

                         III.            Metode penelitian

Metode penelitian yang saya gunakan adalah metode kualitatif,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.  

Dalam penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan atau lebih, hubungan antar variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.

-          subjek penelitian

Mesjid Al-Mujahidin RT 3 RW 7 Keluraha Mekar wangi. Bogor

-          objekpenelitian

kegiatan rutin panitia mesjid yang menghimbau warga tiap jam 5.30 pagi untuk bersedekah jariah ke mesjid.

-          Tempat dan waktu penelitian

Mesjid Al-Mujahidin RT 3 RW 7 Keluraha Mekar wangi. Bogor , senin 13 oktober 2014 ,pukul  9.00

 

                         IV.            Daftar pustaka

Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta

Pengurus mesjid Al-Mujahidin (narasumber): bapak Abdillah

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini