Senin, 13 Oktober 2014

UTS Etika Filsafat komunikasi_MOHAMMAD MIQDAD_1112051000075_KPI 5C

NAMA           : MOHAMMAD MIQDAD

NIM                : 1112051000075

KELAS          : KPI 5C

 

"Analisis Etika Anggota Terhadap Pengurus Di Majelis Ta'lim Mawwar Al-Husnayain"

A.    Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa dimana seseorang dalam pencarian akan jati diri yang sesungguhnya. Pada masa ini pula rasa keingintahuannya tinggi tentang berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan. Begitu pula rasa keingintahuan tentang ilmu-ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan keagamaan.

Seorang remaja dalam pencarian akan jati dirinya, akan membentuk remaja yang positif dan negatif. Hal ini terjadi, sesuai dengan kemampuan sang remaja dalam melakukan pencariannya. Seorang remaja akan menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang negatif atau buruk, ketika dia bergaul dengan orang-orang yang buruk di masyarakat, misalkan suka mabuk-mabukan dan sebagainya. Begitu juga seorang remaja yang lainnya, akan menjadi remaja positif ketika dalam kesehariaan  kehidupannya diisi dengan perbuatan-perbuatan yang positif pula. Misalkan, aktif mengikuti pengajian dan perbuatanpostif lainnya.

Di jakarta, banyak sekali berdiri majelis ta'lim. Namun, menurut analisis  dari penulis, kebanyakan Majelis ta'lim yang berada di jakarta ini fokus kepada ibu-ibu rumah tangga yang menjadi target utama anggota pengajiannya. Hal ini, yang menjadikan para remaja juga mengalami kesulitan untuk mencari ilmu-ilmu keagamaan dan membentuk dirinya sebagai remaja yang agamis, mengingat mata pelajaran maupun mata kuliah tidak mencukupi kebutuhannya tentang ilmu keagamaan.

Majelis ta'lim Mawwar al-husnayain merupakan salah satu majelis yang berada di ibukota jakarta. Majelis ini didirikan pada tanggal 28 maret 2008. Berdirinya majelis ta'lim ini berdasarkan suatu tujuan untuk agar para remaja mempunyai suatu wadah atau perkumpulan yang bermanfaat yang tidak hanya berkumpul sekedar untuk bersenang-senang ria, akan tetapi juga mampu menjadikan area perkumpulan sebagai kesempatan untuk menimbah ilmu pengetahuan agama. Untuk mengenal cinta,taat dan rela berkorban kepada Allah SWT, Rasulullah SAWW dan Ahlulbaytnya.

Memperbaiki, memperdalam dan meningkatkan akhlak dan ilmu pengetahuan, sebagai anak-anak bangsa dan penerus para pemimpin baik untuk agama, nusa dan bangsa dalam mengisi kemerdekaan.

Selanjutnya, majelis ta'lim mawwar al-husnayain ini bertujuan membentuk generasi muda di indonesia yang beragama islam untuk menjadi manusia yang memiliki wawasan tinggi, kemandirian, kepedulian, keterampilan politik, dan berguna bagi agama, bangsa, dan negara.  Serta menggalang generasi muda indonesia melalui kegiatan-kegiatan sosial, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.  Dan menciptakan kader-kader remaja maawwar al-husnayain yang berkualitas melalui pelatihan-pelatihan dan kajian-kajian baik keagamaan maupun umum.

Alasan filosofis berdirinya majelis taklim ini agar menjadikan generasi muda mendapat kebahagiaan di dunia dan akherat karena cinta, taat dan rela berkorban kepada Allah SWT, Rasulullah SAWW dan ahlulbaytnya.

Adapun alasan praktis berdirinya majelis ta'lim mawwar al-husnayain ini, diharapkan mampu menampung keingintahuan para remaja masa kini akan agama, agar mereka tidak semakin menjauh dari ajaran agama dan mudah terjerumus kedalam pergaulan bebas yang marak terjadi dikalangan kaula muda. Serta aktif dalam kegiatan sosial masyarakat.

Hal ini yang menjadikan majelis ta'lim mawwar al-husnayain,  berbeda dengan majelis ta'lim yang lainnya. Karena yang menjadi target utama anggota pengajiannya yakni adalah generasi muda yang memiliki semangat tinggi mencari ilmu pengetahuan. Namun, cukup susah untuk merangkul seluruh kaum muda untuk bergabung dalam majelis-majelis, mengingat selain memiliki rasa ingntahunya tentang ilmu pengetahuannya yang tinggi, kaum muda juga memiliki rasa egois yang tinggi pula hal ini yang dirasakan oleh sebagian pengurus majelis ta'lim mawwar al-husnayain.

Misalkan, ketika telah ditetapkannya dan diberitahukannya melalui berbagai macam media sosial dari jauh-jauh hari, pengajian dilaksanakan setiap hari sabtu dari pukul 15.00 WIB  masih banyak anggota yang mengalami keterlambatan dalam mengikuti pengajian, dengan berbagai macam alasan dari para anggota yang terlambat, sehingga waktu pelaksanaan pengajian mengalami perubahan. Hal ini, sangat disayangkan oleh pengurus majelis ta'lim ini, karena sikap egoistisnya masing-masing para anggota dapat merugikan anggota yang hadir tepat waktu.

Akan tetapi hal ini, tidak menjadi hambatan bagi pengurus majelis ta'lim  mawwar al-husnayain sayid husein bin abu tholib al-muhdor untuk selalu berkomitmen dengan tujuannya untuk membentuk generasi muda yang islami.

Contoh lain, sikap kurang hormat dan menghargai terhadap pengurus majelis ta'lim sayid Husein Bin Abu Thalib al-muhdor yang telah bersusaha menjaga dan mempertahankan majelis ini, nampak jelas ketika dalam pelaksannan kajian didalam majelis ini, kurang perhatian dan penghormatan terhadapnya, serta membicarakan sikapnya di belakangnya (Ghibah) karena menganggap sayid Husein hanya sekedar pengurus biasa dan sama seperti anggota yang lainnya. Padahal, dalam islam sendiri saling menghargai dan menghormati kepada sesama sangat ditekankan.  Apalagi terhadap guru ataupun pengurus suatu lembaga.

Sayid husein bin abu thalib al-muhdor merupakan pengurus tetap di majelis ta'lim mawwar al-husnayain. Beliau salah satu pemuda yang memiliki konstribusi lebih untuk berdiri dan mempertahankan majelis ta'lim mawwar al-husnyain ini.  Namun, kenyataannya banyak anggota yang tidak suka dengannya. karena sikap egoismenya masing-masing dari para anggota sehingga menimbulkan konflik yang tak kunjung reda.

Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian sederhana tentang persoalan etika yang terjadi didalam majelis ta'lim ini. Persoalan etika yang diangkat penulis yakni etika para anggota majelis ta'lim yang hal ini merupakan generasi muda yang sedang dalam pencarian akan jati dirinya dan yang sedang belajar dalam majelis tersebut, terhadap pengurus tetap yakni Sayid Husein Bin Abutholib Al-Muhdor. Sehingga dapat dituangkan dalam tugas analisis etika filsafat komunikasi dengan judul : "Analisis Etika Anggota Terhadap Pengurus Di Majelis Ta'lim Mawwar Al-Husnayain".

 

B.     Teori Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu "ta etha". Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Selanjutnya, Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nila-nilai, dan norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan.

      Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni Teori Egoisme, yang diperkenalkan oleh Rachels. Menurutnya, terdapat dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis : adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

Dalam egoisme etis, terdapat beberapa pokok-pokok pandangan. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri.

maupun kepentingan orang lain. Selanjutnya dalam Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah kepentingan diri. Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan menolong orang lain.     

Selanjutnya Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.

Adapun Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

      Teori egoisme mendapat dukungan karena terdapat argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan peduli terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri. Cinta kasih kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan orang tersebut.  Serta Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip fundamental kepentingan diri.

 

C.    Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan penulis dalam penelitian ini yakni menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara umum dan mendetail dari hasil diperoleh setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan yang kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif induktif yang bertujuan untuk mengembangkan teori dan hipotesis melalui pengungkapan fakta yang ada dilapangan dengan menggambarkan keadaan sebenarnya yang dianggap akurat, kemudian menuangkannya dalam penulisn tugas analisis dengan cara menjabarkan, menerangkan, dan memberikan gambaran.

1.      Subjek Dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah majelis ta'lim Mawwar al-Husnayain, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah para anggota majelis ta'lim mawwar al-husnyain.

2.      Tempat Dan Waktu Penelitian

Adapun tempat yang dilakukan penelitian adalah tempat kajian mawwar al-husnayain Tebet, jakarta Selatan

3.      Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk penulisan:

a.       Observasi

Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang berhubungan pengwasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam observasi ini dalah yang sifatnya langsung.

b.      Wawancara

Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini