Senin, 13 Oktober 2014

Tugas _Milki Amirus Sholeh_1112051000138

Etika Mahasiswa Dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB)
1.      Latar Belakang
A.    Latar Belakang
FKMSB merupakan organisasi dalam yang didirikan oleh para santri yang telah menyelesaikan pendidikan di pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Madura, sejak tahun 2001. Organisasi ini digagas guna menaungi para santri alumni yang melanjutkan studi diberbagai kampus yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini, juga menjadi wadah mempersatukan antar saru alumni pesantren Darul Ulum Banyuanyar. Hingga saat ini tersebar dalam cabang-cabang sesuai daerah di mana para santri menuntut ilmu.
Hal yang sangat menarik disini, bahwa santri yang notabennya berpendidikan agama, di samping itu, pondok pesantren Darul Ulum Banyuanyar dalam memberikan pendidikan jauh dominan muatan agama (Salafiah) dibandingakan pendidika moderen. Sehingga, para santri lebih diutamakan menghargai bagaimana berperilaku  dengan taat pada Kiayi selaku pengasuh dan guru di dalam pesantre. Sehingga, di dalam FKMSB walaupun posisinya bukan lagi santri tetapi alumni, dan kemudian berubah menjadi Mahasiswa masih berlaku. Misalnya, semua mahasiswa yang tergabung dalam FKMSB juga melakukan kewajiban taat kepada guru serta menjalankan pesan-pesan yang diserukan oleh seorang kiayi walaupun, jarak antara posisi organisasi denga pondok pesantren berjauhan jaraknya.
FKMSB sendiri sangat berbeda dengan kebanyakan organisasi primordial yanglebih mengedepankan semangat kedaerahan dan kental akan adanya sikap bagaimana mempersatukan mahasiswa yang awalnya sama-sama tidak kenal satu sama lain. Di FKMSB yang juga membuka cabang di Jabodetabek, hampir semua mahasiswa yang tergabung saling mengenal, sehingga interaksi jauh lebih intens karena di topang dengan kesadaran sikap sebagai santri mengedepankan emosi dan kepemilikan akan pesan-pesan etik oleh kiayi.
Selanjutnya, organisasi ini juga banyak melakukan kegiataan syiar dengan menempatkan mahasiswa di masjid dan lembaga keagamaan. Walaupun tidak semuanya para anggota melakukannya di kegiatan demikian. oleh karenanya,  Diperlukan  sumber tata nilai guna menopang peradaban manusia yang diusung mereka. Agama merupakan sumber nilai yang memuat seperangkat kepercayaan (aqidah), aturan (syariat) dan pembentukan perilaku baik (akhlak).
Akidah menempati posisi utama dalam bangunan Islam, karena ia adalah pondasi keberislaman di dalam FKMSB. Di dalam dasar-dasar patoka organisasi mereka, Akidah yang benar tidak mungkin mendua, ia hanya tunggal dan sama dari pertama hingga akhir. Dari nabi Adam as. hingga nabi Muhammad saw. (QS. Al-Anbiya': (25), (QS. Al-Syura:(31), (QS. Ali Imran: (37, 125), (QS. Al-A'raf: (125-126). Oleh karena itu tidak ada yang disebut sebagai agama-agama langit "adyan samawiyah", karena akidah bertendensi keyakinan, ia dapat mewakili kata agama "din", bersumber dari wahyu Maha Esa yang pasti benar berbeda dengan syariat yang bertendensi kepada mashalih manusia, yang ada hanyalah "al-syara-i' al-samawiyah". Sehingga perlu melakukan kebaikan sesuai dengan pesan agama.
A.    Alasan
Semua mahasiswa masih ditekankan membawa pesan kesantrian, dengan terus melaksanakan keseharianya dengan ilmu dan syariat. Sehingga pola organisasi ini memang-memang betul dibangun berdasarkan kesepakatan, bahwa, jika perilaku anggota yang dicontohkan kepada masyrakat baik, maka, oraginasasi ini juga bisa mendapatkan tempat dilingkungan  masyrakat. Dan apa bila melakukan percontohan negatif sehingga tak berkesesuaina dengan tujuan terbentuknya organisasi ini guna membetuk manusia yang berahlakul kharimah sesuai ahlus sunnah wal jamaah yang berguna bagi seluruh ummat, dan apabila perilaku bertentangan dengan nilai kebaikan maka organisasi ini juga merasa di salahkan serta harus melakukan perbaikan.
Dalam hal, ini penilaian yang berlaku dalam organisasi disini, bukan berpijak kepada banyaknya anggota yang dihimpun layaknya organisasi primordial kebanyakam, tetapi bertopang kepada pengaplikasian nilai-nilai kepesantrenan bagi mahasiswa. Memang tak gampang melihat bagaimana menjalankan hal itu semua dengan berkaca banyaknya tantangan yang dihadapi. Misalnya, oraganisasi FKMSB menjalankna kehidupan kesantriannya di perguruan tinggi, belum lagi, kedala mahasiswa walaupun mantan santri tak semuanya berhimpun dalam organisasi ini.
B.     Kasus yang diangkat
Ada tantangan dalam menjalan organsasi FMKSB. Tentunya jika melihat dari komposisi yang ada di dalamnya, hampir secara keseluruhan anggotanya berpendidikan salaf yang kental denga ajaran agama yang tertuang dalam kitab klasik. Serta kedudukan kiayi masih sebagai Opnion Leader dalam titik tolak menjalankan organisasi. Disamping FKMSB bagaimana tantangan dalan menjaga ajaran serta pesan etika amar ma'ruf nahi mungkar oleh seorang kiayi ketika mahasiswa berhadapan dengan dunia kampus yang justru tak lagi berpendidikan salaf dan justru condong ke arah pendidikan umum.
Walaupun niat kebaikan selalu ada, tak menutup kemungkinan jika pengaruh sosial akan tampak dalam keseharian mahasiswa.  Hal ini, yang mendasari untuk diteliti bagaimana santri terus melakukan perbuatan dan syiar dengan prinsif salaf sami'na wa atha'na dengan kiayi dengan lingkungan baru yang justru tantangannya jauh lebih besar.
2.      Teori-Teori Etika
Dalam hal ini perlu kita menghadirkan pendapat Al-Mawardi dalam Adab An-Nafs, bahwa pentingnya kepribadian sebagai pemacu kebiasaan diri, dalam hal ini Almawardi menyebutnya Muru'ah yaitu dengan menjahui perliaku diri perbuatan haram, menindas sesama manusianya, adil dalam menetapkan hukum serta tak berbuat dzalim. Dalamnya juga almawardi juga berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh setip pribadi juga sangat berkaitan langsung dengan lingkunganya, apabila seseorang menjaga pribadinya maka lingkungan juga akan menjaganya, karena menurut Al-Mawardi lingkungan selalu berpengaruh dengan perlaku, tetapi bisa di kendalikan jika kemudia perilaku seseorang yang baik bisa menyemimbangkannya.
Selanjutnya, Al-Mawardi mejnelaskan, lingkungan yang baik juga bisa dipengaruhi oleh ilmu dan pengamalanya yang baik, ilmu akan mengkombinasikan dengan prakteknya, bisa menahan diri serta mengisyaratkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang semenstinya tidak ia lakukan. Ia tak akan menolak apa yang dia lakukan dari ilmu yang dia dapatkan yang membimbing dirinya sendiri untuk memperoleh kemajuan besar yang tak hanya di dapatkan dari apa yang ilmu dipelajari tetapi, menurut Al-Mawardi tidak hanya diperoleh dari metodelogi tetapi juga bisa datang dari pesan gurunya.
 
Menurut Al-Mawardi, perilaku terikat dengan pemahaman akan keimuanya yang dipahami dalam pendidikan. Lingkungan juga dipengaruhi bagaimana masyarakat cerdas dan menguasai banyak ilmu, maka dalam suatu negara tingkat perbaikan hidup juga dipengaruh seberapa banyak pendidikan yang maju serta seberapa pelaku pendidikan yang bergerak kedalam perbaikan lingkunganya.
3.      Metodelogi Penelitian
Dalam menggali data terkait dengan FKMSB serta permasalahannya, perlu kiranya penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara serta pengamatan perilaku perseoranga anggota FKMSB sendir dengan lingkungannya, dengan hal ini, dapat dilihat seberapa jauh asas santri yang jauh melekat.
Dalam fakta di lapangan, kegiatan para anggota dengan asas kesantrian yang dibawa memang cukup berpengaruh, hal ini terlihat dari cara berpakaian dan cara bergaul dalam lingkup masyrakat, disamping itu di lingkungan kampus pun, setiap mahasiswanya juga sangat memegang bagaimana tatakrama pergaualan dengan lawan  jenis dan tetntunya hal ini, sangat penting, terlihat dalam berkomunikasi dengan lawan jenis, dengan perilaku duduk dan berkomunikasi yang tak saling memandang ketat. Oleh karenanya, ada kesamaan perilaku dan pesan etik yang dibawa dari pesantren.
            Ajaran amar ma'ruf nahi mungkar menjadi klateria kualitas diri, bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi lingkungannya. Setiap mahasiswa, mempunyai kewajiban dan beban moral, karenannya kegiatan walaupun tak dikontrol langsung dari dalam organisasi, etika yang bawa tetaplah ada dalam benak mereka masing.
Salah satu contoh, dalam pelantikan karena FKMSB merupak organisasi jelas sangat formal aturan sehinngga mempunyai AD/ART yang di dalamnya terlihat jelas bahwa setiap mahasiswa dibebankan membawa nama baik pesantrena, alhasil, jika ada perilaku yang tak baik, akibatnya tak hanya dimiliki oleh FKMSB sendiri dan anggotanya tetapi berlaku terhadap pesantren sendiri. Oleh karenanya, keterlibatan pesantren dalam kegiatan mahasiswa cukup mewarnai dan bahkan mempengaruhi secara penuh. Hal ini, bisa dilihat dari lembar kerja sampai pengadaan acara harus dari legalisasi seorang Kiayi, karena Kiayi bisa dikatakan salah satu penanam ajaran etik pada mahasiswa.
 
            Di samping itu, jika melihat dari kombinasi kata FKMSB, di sana jelas kata mahasiswa dan santri disampingkan, yang menurut salah satu anggotanya di gunakan sebagai simbol dan aplikasi. Santri dan mahasiswa memang tak ada kesamaan dalam posisi pendidikanya, tetapi, memang ada harapan yang dibuat agar supaya sifat akademis mahasiswa tetap mengemban nilai kesantrian yang itu tawaddu', tawakkal, dan taqwa. Sebaliknya, santri sebagai mahasiswa yang artinya jiwa kepesantrenan yang tradisiona berbanding lurus dengan nilai-nilai akademis.
            FKMSB dengan bersandarkan Ahlus Sunnah Wal Jamaah sesuai asas dasar organisasi kepesantrenan, juga menjadi acuan tetap, di mana, setiap anggota berkewajiban untuk selalu bisa membedakan mana yang sekitranya tak bertentangan dengan larangan syara' dan hukum agama islam. Serta mengusahakan diri agar tetap menjalankan kewajiban diri bukan dari terpaksa melainkan kehendak iklas. Hal ini ternyata, sepadan dengan pesan-pesan etik kiayi. Jika merujuk pada teori dari Al-Mawardi selain ilmu pengetahuan yang didapat seseorang, pelajaran dari seorang guru (Kiayi) juga mempengaruhi dalam metodelogi keilmua keseharian dalam anggota FKMSB di mana acuan baik dan buruk dan berguna atau tidak sangat diperhatikan betul.
            Berangkat dari sini, menyeimbangkan kualitas diri sangat penting, mahasiswa yang terlibat diri dalam perkumpulan FKMSB dalam menyeimbangkan budaya pendidikan kemahasiswa yang moderen dengan kesantrian yang tradisionalis, merupakan tanggung jawab dalam pribadi diri. Dengan demikian Reward dan Panishment  sudah tentu sangat erat dalam organisasi ini, di mana setiap anggota yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan asasn organisasi akan mendapatkan perinngatan yang tegas. Dalam hal ini bukan hanya sangsi oragnisasi yang disematkan tetapi juga berasal dari seorang kiayi yang berperan penting dalam pembangunan tata etika FKMSB.
            Dengan melihat hal demikian. Semua mahasiswa sangat dipesankan menjadi figur yang amanah dan sholeh, karena kualitas diri dalam diri FKMSB dipatok berdasarkan hal demikian.  Sehingga apapun yang berkaitan denga perilaku yang bertentangan etika kebaikan harus diluruskan.
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini