Nama : Imas Hayati Nufus Kelas : KPI 5 E
Nim : 1112051000159 Tugas : UTS
TANGGAPAN FPI TERHADAP ANGGAPAN MASYARAKAT YANG MENGANGGAP FPI SEBAGAI
ORMAS YANG RADIKAL DAN ANARKIS
I. Latar Belakang
a. Persoalan Etika yang di kaji
Setiap orang memiliki pandangan-pandangan yang berbeda mengenai baik atau buruknya suatu tindakan. Di Indonesia ada banyak sekali organisasi masyarakat dengan berbagai ideologynya masing-masing. Organisasi masyarakat atau yang sering kita sebut dengan ormas ini juga memiliki perbedaan-perbedaan mengenai definisi baiknya suatu tindakan atau buruknya suatu tindakan.
Salah satu ormas yang selalu menjadi pantauan aparat, pemerintah dan masyarakat ialah Front Pembela Islam (FPI) dengan tindakan-tindakannya yang terkesan membuat rusuh, akhir-akhir ini seperti yang terlihat di berbagai media, di internet, di televisi, di radio, di koran, bahkan dari mulut ke mulut orang-orang ramai membicarakan mengenai FPI.
Pertanyaannya adalah apa yang kali ini FPI lakukan? Sehingga kembali menjadi bulan-bulanan media dan masyarakt. FPI memang selalu membuat orang-orang merasa kaget dengan tindakan yang mereka lakukan. Bagaimana tidak, jika dilihat secara kasat mata, demi terwujudnya prinsip yang mereka pegang, FPI rela melakukan berbagai cara, walaupun dengan cara yang menimbulkan kerusuhan sekalipun. Sebenarnya dalam prosedur pergerakan FPI untuk memberantas kemungkaran tidak ada prosedur dengan cara kekerasan atau kerusuhan, tetapi dengan cara hisbah yakni ketegasan. Akan tetapi, ketegasan yang dilakukan oleh FPI ini justru malah selalu berujung dengan kerusuhan.
Namun sayangnya, prosedur yang FPI lakukan ini tidak dapat dimengerti oleh masyarakat, bahkan aparat juga pemerintah, sehingga dari tindakan yang dilakukan oleh FPI ini menimbulkan kesan radikal dan anarkis.
Orang FPI justru merasa masa bodo dengan klaim masyarakat awam yang memandang mereka rusuh, "itu sudah biasa" jawab Pak Adin salah satu anggota FPI kemarin (Sabtu, 11 Oktober 2014) ketika ditemui di markas FPI, Jl. Petamburan III No. 17 Tanah Abang Jakarta Pusat.
Baru-baru ini yang FPI lakukan adalah mendemo Basuki Thahaja Purnama (Ahok) yang akan menduduki jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Alasan mereka adalah gaya bicara dan sikap Ahok yang dituding memusuhi umat Islam menjadi alasan bagi Front Pembela Islam (FPI) mereka juga tidak ingin warga DKI Jakarta dipimpin oleh pemimpin yang nonislam, alasannya "Indonesia memang bukan Negara Islam, akan tetapi mayoritas dari penduduknya adalah Islam, apalagi Jakarta adalah pusatnya negara Indonesia. Dalam al-qur'an sudah dijelaskan bahwa umat muslim tidak boleh dipimpin oleh orang nonislam, maka kami selaku warga DKI Jakarta tidak ingin dipimpin oleh pemimpin yang nonislam" berikut keterangan dari panglima besar Nasional FPI, Maman S. Abdurrahman.
Alasan FPI menolak dipimpin oleh Ahok sudah dituliskan dalam situs resmi FPI (fpi.or.id), mereka mencantumkan dalil-dalil dari Al-qur'an yang melarang umat Islam untuk dipimpin oleh orang nonislam.
Mereka juga mencantumkan alasan-alasan mereka ketika mereka kontra terhadap suatu masalah, beserta dengan ayat al-qur'an dan haditsnya. Ini menjelaskan bahwa mereka menganggap sesuatu yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Bukan hanya kali ini aksi demo FPI hingga membuat rusuh. Sudah banyak tindakan FPI yang terdahulu juga berujung dengan kerusuhan, seperti FPI menolak adanya miss world, lalu FPI sweaping (yang mereka sebut dengan prosedur hisbah) untuk memberantas warung nasi-warung nasi yang tetap buka pada bulan Ramadhan, tempat karaoke dan lain sebagainya. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk aplikasi dari ideology yang mereka yakini, yakni 'amr ma'ruf nahi munkar'. Tidak peduli yang mereka lakukan itu berakibat apa bagi mereka, yang penting mereka telah menjalankan apa yang sudah mereka yakini bahwa yang mereka bela adalah perintah Allah dan Rasul-Nya. Ini jelas terlihat dari tulisan yang terpampang jelas di pintu sekreriat FPI Jl. Petamburan III No.17 Tanah Abang Jakarta Pusat, yakni "Hidup mulia atau mati syahid".
Maka yang menjadi titik permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ormas Front Pembela Islam yang terkenal dengan istilah ormas yang radikal dan anarkis adalah "mengapa FPI ini selalu terlihat bertindak yang terkesan radikal dan anarkis ketika tidak setuju akan suatu kebijakan dari pemerintah atau masyarakat, yang hal tersebut bertentangan dengan "kebenaran" menurut mereka? dan mengapa FPI selalu melakukan aksi turun ke lapangan?
Permasalahan ini yang dilihat oleh perspektif masyarakat awam, yang tidak sama sekali tahu dan mengerti terhadap tindakan yang diambil oleh FPI. Oleh sebab itu, peneliti yang juga masih sangat awam merasa tergerak dan ingin mengetahui kasus ini lebih lanjut. Bukan hanya masalah di atas, tetapi sedikitnya banyak yang akan peneliti singgung mengenai FPI.
b. Alasan Filosofis
Pertanyaan dari pernyataan di atas ini diklarifikasi oleh bapak Maman S. Abdurrahman, beliau menjelaskan dengan sangat lantang dan bijak bahwa "Yang FPI lakukan ini bukan dengan secara tiba-tiba begitu saja langsung melakukan aksi tanpa melakukan hal-hal yang patut sebelumnya, sweaping (hisbah) yang dilakukan oleh FPI ini kebanyakan atas permintaan-permintaan kaum muslim yang merasa terganggu oleh banyaknya kemungkaran-kemungkaran di sekitar mereka, dan mereka tidak mempunyai keberanian untuk mengambil tindakan. Maka mereka melaporlah kepada kami untuk meminta bantuan kami memberantas kemungkaran yang terjadi tersebut, jadi FPI ini dijadikan sebagai wadah bagi pengaduan umat muslim".
"Kenapa kami melakukan dengan cara aksi dan menimbulkan rusuh? Sebenarnya sebelum kami aksi turun ke lapangan, kami sudah melapor terlebih dahulu kepada aparat mengenai masalah yang jadi pengaduan kami, (baru-baru ini ialah menolak Ahok naik jabatan, kami lampirkan alasan kami), kami sudah melapor dan minta untuk ditangani, akan tetapi setelah kami menunggu tidak ada kebijakan-kebijakan dan tanda-tanda dari mereka akan menangani pengaduan dari kami, maka kami memutuskan untuk turun langsung ke lapangan. Kami sebisa mungkin ingin memberantas kemungkaran dengan tangan kami, paling kecil dengan hati. Sesuai dengan hadits Rasulullah yang memerintahkan untuk memusnahkan kemungkaran dengan tangan jika mampu. Maka atas dasar itulah, kami melakukan sweaping (hisbah) dan langsung aksi untuk memberantas kemungkaran tersebut."
Beliau juga menegaskan bahwa "Istilah sweaping dalam FPI sebenarnya tidak ada, yang ada ialah prosedur hisbah yakni ketegasan. Sweaping hanyalah anggapan dari media-media, yang menganggap kami adalah ormas yang radikal dan anarkis. Padahal aksi yang dilakukan FPI adalah sesuai dengan prosedur di FPI yakni hisbah (ketegasan)".
c. Alasan Praktis
Ideology yang dipegang teguh oleh FPI memang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, amr' ma'ruf nahi munkar. Dalil yang dijadikan acuan oleh FPI pun memang mengajarkan kebaikan, dalilnya yakni yang berbunyi "Barang siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak bisa rubahlah dengan lisannya, jika tetap tidak bisa juga maka rubahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman". H.R. Bukhori Muslim
Hadits tersebut shohih, dalil yang dijadikan acuan oleh FPI inilah yang membuat mereka tak gentar untuk memerangi kemungkaran, mereka sebisa mungkin ingin memusnahkan kemungkaran-kemungkaran tersebut dengan tangan mereka, yakni dengan turun langsung ke lapangan. Sehingga acap kali membuat kerusuhan.
Secara etika, perbuatan yang didasari dari hadits Rasulullah tersebut memang sangat baik, karena memang yang diperintahkan adalah ajaran-ajaran untuk kebaikan.
Ideolog FPI yang ingin memberantas kemungkaran ini disambut dengan sangat baik oleh masyarakat muslim, akan tetapi salahnya dalam melaksakan prosedur pemberantasan kemungkaran ini mereka justru melakukan tindakan-tindakan yang justru berujung dengan kerusuhan, (dan ada beberapa dengan kekerasan, yakni dengan memaksa) dan mereka tidak meyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan itu justru banyak merugikan pada citra ormasnya dan berpengaruh negatif pada agama Islam.
Tanggapan masyarakat umum yang melihat umat muslim rusuh, ini seakan-akan memberikan gambaran bahwa umat muslim selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan, kerusuhan, dan tanpa toleransi.
Padahal, ajaran agama Islam adalah ajaran yang cinta kedamaian, bukan dengan kekerasan. Maka, masyarakat umum membutuhkan banyak klarifikasi dari FPI agar mereka tidak menyalahartikan tindakan-tindakan FPI yang terkesan rusuh.
II. Teori Etikan
Kasus ini relevan dengan teori etika teonom murni. Etika ini mengajarkan bahwa tindakan dikatakan benar ialah bila sesuai dengan kehendak Allah, dan dikatakan salah apabila tidak sesuai, suatu tindakan wajib dikerjakan jika diperintahkan Allah.[1]
III. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang datanya tidak menggunakan statistik, umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar.[2] Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa.[3] Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan bagaimana cara FPI memberantas kemungkaran sesuai dengan dalil Nabi yang mereka jadikan acuan, dan mendeskripsikan bagaimana tanggapan FPI mengenai pandangan masyakarat umum yang menganggap FPI sebagai ormas yang radikal dan anarkis.
[1] Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat & Etika, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Pertama, h. 67
[2] Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV Teruna Grafica, 2005), cet. Ke-3, h. 16
[3] Jalaluddin Rakhmat, Metode penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24-25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar